Assalamu Alaikum, Selamat datang Saudaraku. Semoga BLOG ini bermanfaat dan harapan kami agar Anda sering datang berkunjung. Wassalam. ==> YAHYA AYYASY <==

Dokter Paling Populer di AS Memeluk Islam

Salah satu dokter paling populer di Amerika Serikat (AS) adalah Dokter Oz. Ia menjadi dokter yang sangat terkenal karena kerap tampil di acara talk show The Oprah Winfrey Show, mengisi tema kesehatan.

Dokter Oz juga mengisi acara Larry King Live. Bahkan sejak 2009 lalu, Dokter Oz punya acara pribadi di televisi berjudul Dr Oz Show, sebuah talkshow yang diproduksi oleh Harpo Production.

Popularitas dokter Oz juga tidak asing bagi pengguna internet dari berbagai negara karena ia aktif menulis dan melayani konsultasi di web pribadinya, doctoroz.com.

Namun tahukah Anda identitas dokter Oz? Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa ia memeluk Islam. Nama aslinya Dr Mehmet Cengiz Oz. Ahli bedah jantung dari Harvard University itu lahir di AS pada 1960. Namun, ayah dan ibunya adalah Muslim asal Turki. Sang ibu bernama Suna, sedangkan ayahnya bernama Mustafa Oz.

"Saya dididik oleh ibu yang Islam sekuler, Namun ayah saya sangat teguh memegang prinsip Islam," kata dokter Oz mengungkapkan identitas kedua orangtuanya. Di tangan dua orang tua yang berbeda gaya Muslimnya itulah dokter Oz mendapatkan pendidikan keluarga.

Dokter Oz hingga saat ini tetaplah seorang Muslim. Ia bahkan tidak mau melupakan identitasnya sebagai seorang Turki. Ia pun mempertahankan kewarganegaraan Turkinya. Kecintaannya kepada Turki ia buktikan, diantaranya, dengan bergabung sebagai sukarelawan tenaga kesehatan militer negara yang kini dipimpin oleh Erdogan itu. [IK/Rpb/droz]

http://www.bersamadakwah.com/2012/12/dokter-paling-populer-di-as-memeluk.html
Lengkapnya Klik DISINI

Istri Adalah Manajer dan Partner

Wanita dinikahi bukan untuk melakukan aktivitas memasak dan mencuci. Apabila ia bisa memasak dengan rasa yang lezat itu adalah bonus, bukan kewajiban. Istri adalah manajer di dalam rumah. Namanya manajer seyognyanya punya staf alias anak buah maka tugas suamilah menyediakan pembantu untuk istrinya.

Seorang istri harus memastikan bahwa keadaan dan suasana rumah nyaman bagi penghuninya. Ia akan mengusahakan dengan sekuat tenaga agar anggota keluarga betah dan kerasan tinggal di dalam rumah. Sebagai manajer, ia yang bertanggungjawab atas kerapian, ketertiban, kebersihan dan kenyamanan rumah.

Oleh karena itu, seorang istri tidak boleh terlalu lelah melakukan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat teknis seperti mencuci, ngepel, memasak dan sejenisnya. Sebab, tugas lain selain sebagai manajer juga memerlukan energi yang besar. Apa itu? Istri juga sebagai partner bagi suami. Ia adalah teman diskusi yang cerdas dan menyenangkan bagi suami.

Tugas istri begitu berat, sungguh tidak pantas seorang suami merendahkannya. Apabila ternyata istri Anda belum sanggup berperan sebagai manajer dan partner, maka tugas suamilah menyiapkan dan mendidiknya. Tanpa manajer dan partner yang hebat, pertumbuhan kesuksesan dan kemuliaan hidup Anda bisa terhambat dan tersendat.

Sebagai manajer dan partner, maka perlakukanlah istri secara terhormat. Dia bukan staf atau karyawan Anda. Dia juga bukanlah pembantu Anda. Bila Anda belum punya pembantu atau mungkin pembantu tidak masuk kerja, ringankanlah dan bantulah istri Anda.

Perlakuan kita terhadap istri akan sangat mempengaruhi perlakuan istri kepada anak-anak di rumah. Apabila kita memperlakukan istri secara terhormat maka akan berpeluang besar menghasilkan anak-anak yang percaya diri, memiliki jiwa kepemimpinan dan kemandirian.  Dalam jangka panjang, anak-anak akan tumbuh ke arah hidup yang lebih bermartabat dengan karakter yang kuat.
Sudahkan kita memperlakukan istri sebagai manajer dan partner?

Salam SuksesMulia!
Jamil Azzaini 
 
sumber : http://www.islamedia.web.id/2012/12/istri-adalah-manajer-dan-partner.html
Lengkapnya Klik DISINI

Murabbi Bukan Biro Jodoh!!


Ilustrasi. (hudzaifah.org)
Ilustrasi
“Akhwat fillah rahimakumullah, kita harus pahami bersama bahwa murabbi bukan biro jodoh”, tutur lembut murabbi dengan sedikit penekanan di akhir kalimat
.
Saya mencoba menelisik sebab kalimat ini muncul. Bahkan hampir beberapa pertemuan halaqah bahasannya masih membahas yang begini-beginian.

Entah, hal ini menjamur sejak masa mana? Kader-kader di kampus seperti berlomba-lomba mencapai pelaminan. Yang pasti bagi yang memang sudah terlaksana sebuah jalan yang syar’i dan telah berlalu ijab qabul, “maka itu yang disebut dengan takdir”, ujar murabbiku lagi.

Nah tapi, fenomena yang kemudian muncul dewasa ini adalah banyak kader-kader “muda” yang justru terperdaya dengan “nasib” saudaranya.

Dirinya seperti tak rela jika ada saudara atau saudarinya yang melangsungkan pernikahan. Dia berpikir, “padahal umur si fulan dan fulanah notabene jauh di bawah dirinya”. Sehingga, muncul sosok-sosok kader “keder”. Sehingga, tidak sedikit muncul golongan kader galau karena “cinta”. Dulu lebih populer dengan istilah Virus Merah Jambu (VMJ). Di mana mulai dari warna rambut, warna hati, warna langit, warna mushaf, warna buku dalam pandangan kader semua berubah jadi pink. Melankolis. Itu ilusi. Itu khayal. Itu maya. Itu tipuan. Itu bisikan syaitan.

Sehingga, banyak bermunculan kader muntaber (mundur tanpa berita) karena proposal yang diajukan ke murabbi tak dapat di ACC. Sehingga, banyak kader keblinger dengan diam-diam menjalin hubungan tanpa status (HTS). Sehingga, lingkaran-lingkaran halaqah bolong-bolong karena kader akhwat berkelana mencari pangeran berkuda putih. Karena, banyak kader ikhwan yang “izin” dengan alasan berjuang mencarikan belahan sepatu kaca milik Cinderella.

Haaah, apa kata dunia? Hmmm, apa kata syaitan yang bergembira ria menyaksikan kebodohan umat manusia yang “sok, pahlawan” menerima penawaran dari Allah sebagi khalifah di muka bumi. Lalu, bagaimana dengan sorak sorai kaum Yahudi laknatullah yang takut dengan amalan yaumi kita. Tapi sekarang mereka menyadari bahwa umat Islam sudah kalah! Umat Islam perlahan tapi pasti mulai tergerus dengan pengaruh media yang menggejala.

Karena, sadarkah kita? Istilah galau! Ada sejak dulu, kosa kata itu bertapa di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sejak lama. Tapi kemudian ketika ia dikenalkan kepada khalayak oleh media. Maka, kata “galau” menjadi naik daun! Menjadi konsumsi harian setiap insan. Mereka kenyang dengan mengagung-agungkan kata “galau” tanpa tahu persis makna kata itu sendiri. Apa manfaat dari memaknai setiap sedikit saja keresahan yang muncul dalam diri dengan kata “galau”? Biar gaya? Biar kelihatan gaul? Biar tak tampak sebagai mahasiswa yang cupu, culun lagi kuper?

Dalam ilmu komunikasi, proses yang demikian disebut dengan teori kultivasi. Di mana media berusaha “mencekoki” khalayak secara terus menerus hingga tanpa sadar ia menerima sesuatu yang sesungguhnya bertentangan dengan dirinya.

Jika bisa dianalogikan seperti sebuah kutipan dalam film Sang Murabbi. Syaikhut Tarbiyah Rahmat Abdullah pernah mengungkapkan kurang lebih seperti ini redaksi katanya “Umat ini layaknya monyet yang berada pada sebuah pohon. Ketika berusaha menaiki pohon ia begitu bersemangat untuk mencapai puncak dengan terpaan angin yang besar sekalipun. Namun ketika mencapai puncak, terpaan angin mulai pelan dan pelan. Monyet pun mulai merasa nyaman dan terlena dengan angin pelan tersebut. Sampai akhirnya ia terjatuh dan menyia-nyiakan usahanya yang begitu besar tadi”.

Begitulah, karakteristik umat ini. Kita seringkali terlena dengan kemudahan. Kita kerap kali terhipnotis dengan kenyamanan. Kita bahkan lupa bahwa itu merupakan upaya menghancurkan kekokohan benteng kita.

Masya Allah, kita tengah masuk terlampau jauh dalam perangkap Yahudi. Media yang mereka buat “istimewa” untuk kita. Media yang dirancang menjadi “perangkap” yang mampu meredupkan cahaya iman kita. Media yang di satu sisi mampu juga membangkitkan gerakan kita. Tapi kita belum mau mengambil kesempatan itu. Kita masih saja nyaman dengan menjadi “juragan” yang bisanya cuma make. Padahal jika kita runut, umat kita memiliki potensi yang luar biasa!

Maka, terpaan badai ujian dan problematika umat tidak saja berasal dari eksternal saja. Tapi kemudian yang paling dikhawatirkan adalah guncangan kerusakan dari dalam, dari internal. Seperti yang pernah Rasulullah saw alami saat perang khandaq.

Maaf jadi membahas terkait media. Karena menurut saya, hal ini kemudian menjadi salah satu faktor yang menyebarkan virus terganas kepada umat. Walaupun bisa menjadi sebaliknya, ketika kita tahu ilmu dan cara efektif menggunakannya. Kita kembali ke…

***

“Anti lagi proses ya ukh”, canda salah seorang akhwat kepada sahabatnya. Ini murni bercanda.

Berawal dari candaan pendek tersebut seringkali obrolan dua atau beberapa akhwat maupun ikhwan menjadi melebar ngalor-ngidul. Nggak jelas juntrungannya.

Menurut salah seorang akhwat, aku bisa dibilang akhwat yang “aneh”. Karena jarang terlibat pembicaraan seperti gambaran di atas. Saat ada yang menggodaiku dengan celotehan “ukh, anti lagi proses ya”. Saya jawab dengan candaan, “iya, proses pertumbuhan”.

Bagi saya pribadi, tidak ada salahnya membahas masalah tersebut. Hanya saja ketika semakin lama bahasannya semakin ngaco bahkan melalaikan maka lebih baik ditinggalkan. Selain itu, saya merupakan orang yang orientatif target, orientatif prestatif. Banyak hal-hal yang saya alami dan dapatkan karena sinergitas antara target pribadi dengan keputusan Allah.

Maka yang saya pahami dari hal tersebut di atas juga berbicara masalah target. Bahwa “rizki, usia dan jodoh merupakan sesuatu yang misteri”, begitu ungkap murabbi.

Beliau juga memaparkan bahwa tidak sedikit kader yang “autis”. Mengikuti tarbiyah dengan tujuan mendapatkan yang tarbiyah lagi. Bahkan suatu kali ada yang terang-terangan keluar dari tarbiyah hanya gara-gara masalah ini. Pragmatis!

Saya memilih untuk slow motion but sure karena sesuatu akan datang indah pada waktunya. Saya juga sangat suka dengan ungkapan “bahwa Allah tidak akan pernah mempercepat atau memperlambat suatu keputusan. Semua telah diatur dengan sebaik-baiknya. Tinggal bagaimana kita melakukan yang terbaik untuk mendapatkan yang sebaik-baik yang telah Allah siapkan”.

Sayang, kalau masa produktif kita terperkosa oleh rasa “galau”. Lebar, kalau masa-masa prestatif kita dihantui dan dibayang-bayangi “galau” yang menyeramkan. Karena pada dasarnya hidup adalah pilihan. Pilihan-pilihan yang kemudian berada dihadapkan kepada kita adalah pilihan yang menggiurkan. Tapi jangan salah, bisa jadi Anda mendapatkan zong! Bila tidak cermat dalam memilih. Memilih membutuhkan pertimbangan agar hasil maksimal, tapi jangan karena waktu pertimbangan yang tidak efektif hingga kita sadar waktu memilih telah habis!

***

Daripada “galau” lebih baik kita bahas terkait hal-hal yang mampu menjadi solusi permasalahan ini (mengingatkan diri sendiri). Pertama, mari yakini bersama bahwa Allah akan membalas setiap perbuatan sesuai dengan yang dilakukan hambaNya. Yuk, kita perbaiki diri untuk mendapat balasan yang terbaik pula dariNya.

“Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji. Dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji. Sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik pula. Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia dari (surga)” (QS. An-nur: 26).

Apa yang kita lakukan saat ini merupakan upaya mendapatkan tujuan kita.
Kedua, jika “galau” melanda maka, beristighfar dan coba berjalan lalu berlari sekencang-kencangnya menghampiri Sang Penyembuh “galau”.

“(Yaitu) orang-orang yang beriman hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (QS Ar-Rad: 28)

Mencoba beradu padanya. Tak perlu kita pedulikan apa yang ada di luar diri kita. Karena pada dasarnya kita memiliki potensi untuk bertahan dan “membantah”. Kuncinya, mau!

Ketiga, selalu terngiang materi pada Stadium General Musyawarah Daerah (Musda FSLDK Bandung Raya). Pemateri said: “ada tiga hal yang mampu membangkitkan peradaban Islam secara keilmuan”. Membaca, menulis dan berkarya (beramal). Baca merupakan kunci utama kebangkitan umat.

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha mulia. Yang Mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya” (QS Al-‘Alaq: 1-5).

Sungguh dahsyat efek membaca! Bahkan itu anjuran Allah dari wahyu pertama yang diturunkan. Dengan membaca mampu membuka cakrawala dunia. Dengan membaca menyibak rahasia-rahasia yang tak terungkap. Dengan membaca kita tahu apa itu “galau”, apa gunanya dan cara mengatasinya?

Menulis, terinspirasi perkataan Ali Bin Abi Thalib “Ikatlah ilmu dengan menulis”. Menulis dan berkarya sungguh menjadi solusi mengisi waktu-waktu kita yang seringkali lengang. Dengan menulis kita mampu menambah khazanah pengetahuan untuk peradaban. Namun yang harus dipahami bersama bahwa membaca dan menulis ibarat keping mata uang yang tak terpisahkan. Antara satu sisi dengan sisi yang lain tak dapat berjalan sendiri. Ia adalah satu kesatuan.

Menulis tanpa membaca sama dengan buta.
Membaca tanpa menulis sama dengan pincang.
Maka keduanya harus bersinergi agar mendapatkan karya yang maksimal.




Wallahua’alam bish shawab.

Salam Inspirasi dari Ruang Inspirasi
Lengkapnya Klik DISINI

Referendum Mesir dan Kematangan Politik Ikhwan

Dahsyatnya aksi kelompok sekuler-liberal selama satu bulan terakhir ternyata tidak mampu menggagalkan referendum. Bahkan, tahap pertama referendum yang digelar Sabtu (15/12) kemarin menunjukkan lebih dari 56 persen warga Mesir di 10 provinsi mendukung Mursi, menerima konstitusi baru yang oleh kelompok sekuler-liberal dinilai terlalu “islami.”

Hasil perhitungan referendum Mesir tahap pertama itu tidak lepas dari kematangan politik Ikhwanul Muslimin dalam menghadapi skenario kelompok sekuler-liberal sebagai berikut:

1. Menggagalkan isu dengan mengadirkan fakta
Isu pertama yang digulirkan kelompok sekuler-liberal dengan demo-demonya sejak 15 Nopember lalu adalah mencitrakan Mursi sebagai diktator baru. Isu itu digulirkan dengan cepat menyusul dekrit Presiden Mursi sehari sebelumnya. Isu itu bisa dipatahkan oleh Mursi yang membuka dialog dan menjelaskan tujuan dekrit, serta peran kader-kader Ikhwan membuka kedok demonstran yang ternyata memiliki hubungan dengan Zionis Israel. Umat Islam kemudian bisa membaca bahwa gerakan demonstrasi anti-Mursi bertepatan dengan “kekalahan” Israel di Gaza, sehingga negara Zionis itu membalas Mursi yang telah memperkuat Gaza.

2. Tidak terprovokasi skenario musuh
Kelompok sekuler-liberal sejak awal menggalang demonstrasi memancing kemarahan Ikhwan dengan menghancurkan kantor-kantornya dan mencederai kadernya. Namun, Ikhwan yang telah puluhan tahun ditempa dengan tribulasi yang jauh lebih hebat, tampak matang menghadapi situasi itu.

Pada pekan pertama demonstrasi, Ikhwan bersikap diam meskipun kantornya dibakar. Kader yang cedera segera ditolong tetapi tidak menginstruksikan membalas. Pengamat yang mengetahui kekuatan Ikwan menyimpulkan, sikap Ikwan itu sangat tepat. Meskipun dengan kekuatannya Ikhwan mampu menggulung kelompok sekuler-liberal, itu tidak dilakukannya. Dan sikap itu cukup mendatangkan simpati publik. Skenario kelompok sekuler-liberal untuk menjadikan Ikhwan sebagai musuh rakyat ternyata justru berbalik.

3. Mengorbankan sarana demi tujuan
Demonstrasi yang semakin membesar pada pekan berikutnya diikuti dengan sikap bijak Mursi. Demonstran saat itu tidak mau berdialog kecuali Mursi membatalkan dekrit dan menunda referendum. Tuntutan pertama dipenuhi Mursi. Dekrit dibatalkan. Tetapi referendum tetap digelar sesuai jadwal.

Dibatalkannya dekrit membuat sebagian pengamat menilai Mursi telah kalah dan demonstran menang. Bahkan tokoh-tokoh Salafi tidak terima dengan “kekalahan” Mursi itu. Tetapi kematangan politik itu baru disadari banyak pihak di kemudian hari bahwa meskipun dekrit dibatalkan, asalkan referendum berhasil maka tujuan perbaikan hukum dan pemerintahan itu bisa tercapai.

4. Mengindari penggunaan senjata dan kekerasan
Meskipun berada di pihak yang benar, tetapi jika menggunakan senjata dan kekerasan dalam situasi Mesir saat ini, media dan Barat akan segera memposisikan pemerintahan Mursi sebagai pihak yang salah. Skenario itu yang hendak dilakukan oleh kelompok sekuler-liberal pada Rabu 5 Desember lalu. Mereka mengepung istana presiden dan menuntut Mursi lengser.

Kematangan Ikhwan tampak jelas melalui aksi tandingan yang jumlah massanya lebih banyak. Aksi massa yang bertujuan mengkudeta Mursi itu tidak dihadapi dengan tindakan represif aparat tetapi “dihadapi” dengan lautan massa pendukung Mursi untuk menunjukkan bahwa jumlah orang yang menginginkan Mursi mundur sebenarnya tidaklah banyak.

Mungkin karena tujuannya gagal, sejumlah orang anti-Mursi mengamuk dan menyerang massa pro Mursi dengan bom molotov. Enam kader Ikhwan tewas (baca: syahid, insya Allah) dan puluhan lainnya terluka akibat serangan anarkis itu. Korban jiwa itu tenta sangat besar nilainya, tetapi justru karena peristiwa itulah publik Mesir dan dunia mengetahui anarkisme kelompok sekuler-liberal. Aksi anarkis mereka memang membunuh kader Ikhwan, tetapi juga sekaligus membunuh kepercayaan dan rasa simpatik terhadap mereka sendiri.

5. Menegaskan fakta dengan kata-kata
Setelah fakta-fakta terungkap, saatnya kata-kata menegaskannya. Setelah tersuguhkan data dan peristiwa, saatnya penjelasan verbal merangkai alur kesimpulannya. Dan itula yang dilakukan oleh Mursyid Am Ikhwanul Muslimin Muhammad Badi pada 9 Desember 2012. Dalam pernyataan resminya ia menjelaskan bahwa tewasnya delapan kader dan rusaknya 28 kantor Ikhwan adalah bukti bahwa Ikhwan –seperti sebelumnya- tidak pernah menggunakan jalan kekerasan, dan Ikhwan bukanlah penguasa Mesir. Jika musuh Ikhwan marah mengapa mereka harus merusak Mesir, bukankah sebenarnya yang tengah bertarung adalah dua kelompok politik, yang harusnya diselesaikan melalui jalur demokrasi bukan dengan kekerasan.

Pada akhirnya, warga Mesir kembali mampu melihat ketulusan Ikhwan dan kelompok Islam, serta memandang jernih bahwa perubahan konstitusi adalah kebaikan. Bukan sesuatu yang menakutkan dan membelenggu kebebasan, khususnya bagi kalangan minoritas seperti Kristen Koptik. Tentu, segalanya terjadi dengan izin Allah. Tahap pertama referendum Mesir telah berakhir. Akumulasi suara dari 10 provinsi menunjukkan dukungan kepada Mursi dengan menerima konstitusi yang baru. Namun, 17 provinsi lainnya baru akan memberikan suara pada pekan depan. Bagaimana hasilnya? Wallaahu a’lam. [Abu Nida]


Lengkapnya Klik DISINI
Recent Post widget Inspirasi Rabbani

Menuju

Blog Tetangga

Blog Tetangga
Klik Gambar untuk Berkunjung

Luwuk Banggai SULTENG

Luwuk Banggai SULTENG
ebeeee......