Assalamu Alaikum, Selamat datang Saudaraku. Semoga BLOG ini bermanfaat dan harapan kami agar Anda sering datang berkunjung. Wassalam. ==> YAHYA AYYASY <==

Ihsan dalam Beramal

preview006Oleh: KH. Hilmi Aminuddin

Setiap muslim senantiasa dituntut berbuat ihsan dalam segala sesuatu. Rasulullah saw pernah bersabda,
“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berbuat ihsan atas segala sesuatu”. (HR. Muslim).

Tidak dapat tidak, semua aktifitas seseorang muslim dalam kehidupannya harus tercelup dalam nuansa ihsan. Baik dalam aktifitas ibadah mahdhah (ritual) seperti shalat, do’a, dzikir, tilawatil Qur’an, hajji; juga dalam ibadah-ibadah dalam arti yang umum, seperti berdagang, menuntut ilmu, bertetangga dan bekerja. Semuanya harus diwarnai sikap ihsan.

Dalam syariat Islam, ihsan memiliki dua makna, yaitu:

Kebersamaan dengan Allah swt.

Sebagaimana sabda Rasulullah saw ketika ditanya Malaikat Jibril tentang makna ihsan. Beliau memberikan pengertian ihsan: “Engkau mengabdi kepada Allah seakan-akan engkau melihat Dia. Kalau engkau tidak dapat melihat Dia, maka sesungguhnya Dia melihat kamu”. (HR. Muslim).

Dari sabda Rasulullah saw tersebut, diharapkan dalam diri seorang muslim tumbuh sikap ma’iyatullah atau kebersamaan dengan Allah Ta’ala. Sikap merasa senantiasa dalam pengawasan Allah swt dalam seluruh sisi kehidupannya. Tidak ada satu sisi pun yang lalai dari pengawasan Rabbul ‘alamin.

“Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya, dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah keenamnya. dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan dia berada bersama mereka di manapun mereka berada. Kemudian dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Mujadilah ayat 7)

Ada perbedaan prinsip anatara mereka yang merasa senantiasa berada dalam pengawasan Allah swt dengan mereka yang tidak merasa ada pengawasan dari-Nya. Orang yang merasa hidupnya diawasi Allah swt akan senantiasa berjalan hati-hati dalam meniti hidup serta dakwahnya. Mengerjakan amalan shalih tidak hanya di hadapan keramaian, tetapi juga di kala sepi dan sendiri. Demikian pula sebaliknya, meninggalkan yang jahat dan maksiat pun di kala keramaian mau pun ketika sendiri. Sedang orang yang tidak merasa diawasi Allah swt akan berbuat sesuka hati dalam kehidupannya, merasa tenang ketika berbuat dosa dan memiliki rasa takut hanya terhadap aparat keamanan.

Kisah Amirul Mukminin Umar bin Khattab ra dengan penjual susu menjadi teladan abadi tentang tingginya nilai ihsan. Ketika ibu penjual susu memaksa anaknya—Laila—untuk mencampur susu dengan air biasa. Jawab Laila, “Tidak boleh bu. Amirul Mukminin melarang kita mencampur susu yang akan dijual dengan air”.

“Tetapi semua orang melaksanakan hal itu nak, campur sajalah! Toh, Amirul Mukminin tidak melihat kita melakukan itu…”, kata sang ibu.

“Bu, sekalipun Amirul Mukminin tidak melihat kita, namun Rabb dari Amirul Mukminin pasti mengetahui.”

Masya Allah…Ucapan itu membuat Amirul Mukminin yang sedang mengintainya berderai air mata.
Alangkah mulianya jika setiap muslim menghiasi kehidupannya dengan jiwa ma’iyyatullah.

Berbuat baik karena Allah swt

Ihsan dapat pula bermakna berbuat baik karena Allah swt, sebagaimana perintah-Nya:

 “…dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash ayat 77).

Berbuat baik adalah akhlaq setiap makhluq Allah swt dia atas permukaan bumi ini. Berbuat baik ini meliputi pengertian memenuhi hak-hak orang lain dan memperhatikan adab-adabnya dalam setiap perilaku. Tidak masa bodoh, beku hati dan asal mau menangnya sendiri. Rasulullah saw memberikan panduan tentang apa yang disebut kebaikan. Ketika Wabishah bin Ma’bab ra bertanya tentang kebaikan, jawab beliau saw,

“Mintalah fatwa dari hatimu. Kebaikan itu adalah apa-apa yang tenteram jiwa padanya dan tenteram pula dalam hati. Dan dosa itu adalah apa-apa yang syak dalam jiwa dan ragu-ragu dalam hati, walaupun orang-orang memberikan fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya”. (dari Musnad Ahmad bin Hambal).

Rasulullah saw telah memberikan teladan yang mulia tentang sikap baiknya kepada sahabat-sahabat, kepada tetangga, isteri, anak cucu, bahkan terhadap musuh-musuh sekalipun. Beliau berpesan untuk berbuat baik bila membunuh, baik membunuh musuh-musuh Allah Ta’ala dalam peperangan mau pun terhadap binatang sembelihan.

“Maka apabila kamu membunuh hendaklah membunuh dengan cara yang baik, dan jika kamu menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik dan hendaklah menajamkan pisaunya dan menyenangkan hewan sembelihannya”. (HR. Muslim).

Alangkah mulianya bila seorang muslim menghiasi hidupnya dengan senantiasa berbuat baik kepada sesamanya, kepada binatang, dan kepada alam semesta.

Sikap ihsan memiliki dimensi ma’iyyatullah dan berbuat baik karena Allah swt akan mendorong seorang muslim untuk senantiasa memasang niat baik untuk memulai segala aktifitasnya. Niat untuk melandasi segala katifitas karena Allah Ta’ala, niat untuk bekerja dengan serius dan senantiasa meningkatkan prestasi, serta niat untuk melaksanakan semua tugas-tugas hidup dengan sebaik-baiknya. Bila seorang muslim mempunyai niat yang sedemikian ini, tiada hasil yang akan didapatkannya kecuali kebaikan (ihsan) pula.sumber
Lengkapnya Klik DISINI

Nenek yang Menemukan Cinta Sejatinya di Usia 106 Tahun

Ketika cinta sejati rasanya sudah hampir punah dewasa ini, sebuah kisah asmara mengharukan datang dari Marjorie Hemmerde. Pasalnya, setelah menginjak usia 106 tahun, barulah nenik ini menemukan cintanya.
Marjorie tinggal di panti jompo. Di tempat inilah ia bertemu dengan Gavin Crawford, yang usianya 30 tahun lebih muda, yakni 73 tahun. Selain perbedaan usia, kisah romantis ini menjadi semakin unik karena keduanya belum pernah menikah sebelumnya.
Kami sama-sama tertarik," kata Marjorie. "Kami seperti teman lama, perbedaan usia tidak menjadi masalah," imbuhnya.
Gavin pun merasa sangat bahagia menemukan putri pujaan hatinya. Di mata Gavin, Marjorie adalah sosok yang ceria dan selalu menghargainya. Tak heran keduanya sering menghabiskan waktu dengan tertawa bersama.
"Saya pikir kami berdua telah belajar bahwa hidup ini terlalu singkat untuk tidak dinikmati," kata Gavin.
Namun Gavin dan Marjorie tidak berpikir untuk membawa hubungan mereka ke jenjang pernikahan. Sebab mereka merasa sudah terlalu tua dan yakin bahwa menikah bukanlah satu-satunya hal yang membuat hidup menjadi luar biasa.
Batu Keberuntungan
Saat usia Marjorie 96 tahun, ia mencium batu Blarney di Irlandia. Konon orang yang mencium batu ini akan mendapatkan keberuntungan atau karunia kelancaran berbicara. 
Padahal untuk mencium batu ini sangat tidak mudah, apalagi untuk seorang nenek. Bagi yang ingin mencium batu tersebut, maka dia harus memanjat ke puncak Kastil Blarney, kemudian bersandar ke belakang tembok pembatas. Dan, lihat pada foto posisi tubuh yang harus dibuat untuk mencium batu tersebut.
Ilustrasi / www.blarneycastle.ie
Walau kisah batu Blarney tampaknya hanya kebetulan saja, Marjorie telah menjadi inspirasi. Senada dengan pendapat Vicki Fraser, manajer di panti jompo tersebut, "Ini membuktikan bahwa tidak ada sesuatu yang terlalu terlambat."
Ya, tidak ada yang pernah terlambat bila kita tetap berpegang pada keyakinan teguh dan memercayainya. Karena, segala sesuatu akan menjadi sangat indah pada waktunya.
 
Lengkapnya Klik DISINI

Siapkan Diri untuk Menikah

kartun ber2
Ada yang serius untuk menikah? Ya, serius! Sebagaimana ibadah lainnya, menikah memerlukan persiapan. Membutuhkan upaya serius untuk melakoninya. Tidak asal-asalan atau berpikiran “menggampangkan”. Tidak. Menikah itu butuh keseriusan. Sebab, nikah itu bukan hanya untuk didiskusikan atau diobrolkan sampai berbusa-busa yang sekadar wacana dan retorika belaka. Nikah adalah sebuah aksi. Sehingga, jika kita hanya terus menerus membicarakan nikah sebagai teori semata (tanpa dipraktikkan), itu artinya belum siap, dan mungkin tidak akan pernah siap jika kita tidak bertekad untuk mempersiapkannya. Karena, nikah bukan semata untuk dibicarakan dengan sangat bahagia dan berapi-api, tapi seharusnya dilaksanakan dengan penuh tanggung-jawab dan meminggirkan segala rasa khawatir dan ragu.

Jika kita sudah serius ingin menikah, maka kita harus menyiapkan segalanya untuk melaksanakan ibadah tersebut. Itu artinya, jika kita hanya berdiam diri, melamun, mengangankan merenda bahagia bersama kekasih impian kita, belum dikatakan berpikir serius. Itu baru melamun bahkan mimpi. Sama sekali tidak produktif. Karena waktu akan terus berjalan. Waktu tak akan peduli apakah orang-orang mengisinya dengan baik atau buruk. Waktu pun tak pernah kompromi dan memaafkan andaikata kita melakukan kesalahan atau kegiatan yang tidak produktif. Itu sebabnya, daripada berbincang dengan teman bagaimana rasanya punya pendamping hidup, lebih baik menyiapkan diri untuk merenda bahagia dengan kekasih kita dalam ikatan pernikahan. Nyata. Bukan melamun.

Persiapan untuk menikah itu adalah wujud nyata, bentuk peduli dan serius kita untuk menuju pernikahan. Itu sebabnya, menentukan target adalah sebuah keputusan penting yang akan mempengaruhi cara pandang, usaha, dan doa kita. Ketika menentukan target waktu tertentu untuk menikah, maka cara pandang kita tentang kehidupan yang sedang dijalani juga akan berporos pada target tersebut. Kita tidak akan pernah merasa santai untuk waktu yang lama, apalagi tidak jelas. Cara pandang seperti ini akan menggerakkan usaha kita dan tak lupa memolesnya dengan doa agar apa yang kita lakukan mendapat barokah dari Allah Swt.

Itu sebabnya pula, rasa-rasanya sudah saatnya kita melepaskan belenggu pikiran yang tidak produktif. Pernikahan tidak bisa dicapai hanya dengan mimpi. Indahnya pernikahan tidak bisa dilukiskan hanya dengan cerita menyenangkan yang terus menerus diobral dalam obrolan dengan teman di saat senggang. Karena pernikahan itu nyata. Bukan khayalan (kecuali di film, barangkali), maka usaha untuk menuju ke arah sana juga nyata. Dan, sangat membutuhkan keseriusan. Baik pemikiran, usaha, dan juga doa.

Oya, ketika kita berpikir serius bukan berarti kita harus kaku atau tak boleh sama sekali memikirkan yang ringan-ringan. Tidak. Bukan itu maksudnya. Karena arti keseriusan berpikir adalah adanya tujuan dan usaha untuk merealisasikan tujuan tersebut, di samping tentunya harus adanya gambaran yang baik tentang fakta yang akan dipikirkan.

Sebagai contoh, jika kita berpikir tentang bahaya, seharusnya bukan membahas tentang bahaya, akan tetapi bagaimana upaya kita untuk menjauhinya. Jadi, kalau kita tahu bahwa api itu jika kecil jadi ‘sahabat’, tetapi jika sudah besar menjadi musuh (baca: kebakaran), maka kita harus berpikir tentang bahaya yang sudah jelas dari sebuah kebakaran, lalu kita memikirkan bagaimana caranya supaya jangan sampai terjadi dan menimpa kita. Bisa saja kemudian serius berpikir untuk mencari model pengamanan, memikirkan juga bagaimana caranya agar tidak dekat-dekat dengan segala macam yang bisa memunculkan bahaya kebakaran.

Begitu pun, jika kita mulai serius memikirkan tentang nasib kita di dunia dan di akhirat, itu karena kita ingin agar kehidupan kita di dunia selamat dan sejahtera, begitu pula untuk kehidupan di akhirat. Akhirnya kita jadi berusaha berbuat untuk mendapatkan tujuan hidup kita itu. Iya kan? Itu namanya sudah berpikir serius. Jadi, jika sekarang kita mulai serius, itu tentunya dalam tindakakan pun kita harus membuktikan dengan antimalas dalam meraih dunia dan berusaha agar akhirat pun bisa kita gapai dengan baik. Berpikir dan bertindak.

Dalam kaitannya dengan pernikahan, maka seseorang yang dikatakan berpikir serius tentang pernikahan, bisa dilihat dan dibuktikan dari aksinya. Yakni, ia akan berusaha untuk merealisasikan target pernikahannya sebaik mungkin. Mempersiapkan kondisi pribadi: keuangan, ilmu, mental, dan juga fisik. Kemudian mencari calon pendamping hidup: baik bergerilya sendiri maupun mencari bantuan lewat teman atau guru ngaji. Ini namanya sudah taraf berpikir dan bertindak (berusaha) dengan serius.

Itu sebabnya, tidak dikatakan berpikir dan berusaha serius jika hanya menjadikan pernikahan itu sebagai obrolan santai dengan teman sambil mengkhayal. Bukan pula pernikahan itu hanya menjadi wacana dan retorika tanpa aksi. Dan, pernikahan itu harus dikondisikan untuk disiapkan. Jangan menunggu siap. Tapi harus disiapkan. Sebagaimana halnya ketika ingin lulus kuliah, tapi kita tidak pernah memberi tenggat dan target waktu untuk kelulusan, maka akibatnya kita akan abai terhadap kelulusan. Itu sebabnya, bagaimana mungkin bisa menyiapkan kelulusan, karena memikirkan untuk lulus saja tidak, belajar pun semaunya. Berbeda dengan mereka yang sudah mematok tenggat dan target waktu tertentu. Ia akan berusaha untuk meraihnya. Akan terus bersemangat dan mengobarkan semangat di hati dan pikirannya. Bagaimana kawan, apakah sudah serius menyiapkan diri untuk menikah?

Salam,
O. Solihin

Lengkapnya Klik DISINI

Empat Penyebab Anak Malas Belajar

Berbagai upaya sudah dilakukan agar anak semangat belajar. Tapi, hasilnya justru sebaliknya. Seringkali penyebabnya muncul dari orangtua.
Memahami anak sebagai individu yang sedang menjalani tahapan-tahapan dalam masa pertumbuhannya, diperlukan kesabaran ekstra. Demikian pula ketika mendapati anak yang telah memasuki usia sekolah begitu malas belajar. Mengandalkan guru untuk menyelesaikan masalah? Tentu tak bisa begitu.

Apalagi bila kita menyadari bahwa anak sesungguhnya memulai pendidikannya dari rumah. Sehingga, peran orangtua untuk membantu secara langsung kesulitan yang dialami anak merupakan hal yang sangat penting. Mencari penyebabnya adalah langkah awal untuk menerapkan solusi yang tepat.

Robert D. Carpenter MD adalah seorang peneliti yang pernah mengadakan  pengamatan terhadap perkembangan belajar murid sekolah dasar di California, Amerika Serikat. Dalam pengamatannya ditemukan adanya penyebab mengapa anak-anak kerap mengalami masalah dalam belajar yang cenderung membuat mereka jadi malas. Berikut ini empat penyebab yang kerap terjadi dan menyebabkan anak malas belajar.

1. Komunikasi tidak efektif
Ingat, target kita berkomunikasi adalah memastikan bahwa ‘pesan’ yang ingin kita sampaikan kepada penerima pesan (anak) diterima dengan benar. Tentu orangtua ingin agar anak mengerti, menyukai dan melakukan apa-apa yang dipikirkan orangtua. Komunikasi yang efektif juga bisa mengungkapkan kehangatan dan kasih sayang orangtua, misalnya, “Ayah bangga sekali, kamu sudah berusaha keras belajar di semester ini.

Coba ingat-ingat bagaimana pola komunikasi yang kita bangun selama ini. Sudahkah anak-anak menangkap pesan yang kita sampaikan sesuai dengan yang kita maksud?

Seringkali orangtua lupa menyampaikan ‘isi’ dari pesannya, tapi lebih banyak merembet pada hal-hal yang sebenarnya di luar maksud utamanya. Misal, nilai ulangan harian anak di bawah rata-rata teman sekelasnya. Tanpa bertanya terlebih dulu kepada anak kenapa nilainya jelek, Ibu langsung komentar, “Itulah akibatnya kalau kamu nggak nurut Ibu. Main melulu sih. Ibu tuh dulu waktu sekolah nggak pernah dapat nilai 6. Kamu kok nilainya jelek begini. Gimana sih?” Apa inti pesan yang disampaikan Ibu? Anak salah karena nilainya jelek dan semakin salah karena Ibu selalu membandingkan anak dengan keadaan Ibunya sewaktu sekolah. Akibatnya, anak akan berpendapat, “Ah, nggak ada gunanya bilang ke Ibu kalau nilai jelek. Nanti pasti dimarahin.”

Padahal, mengetahui nilai anak yang di bawah rata-rata buat orangtua sangat penting untuk mengevaluasi penyebabnya. “Wah, nilai anak saya untuk mata pelajaran matematika kenapa selalu jelek ya? Apa yang perlu dibantu?” Sederet pertanyaan itu bisa terjawab bila kita berkomunikasi secara efektif, bukan menyalah-nyalahkan anak. Bila penyebab bisa segera diketahui, maka orangtua bisa mencari solusinya dan melakukan perbaikan.

Komunikasi yang tidak efektif yang berjalan selama bertahun-tahun, pastinya akan berdampak negatif pada pembentukan karakter anak. Padahal, salah satu fungsi komunikasi adalah untuk mengenal diri sendiri dan orang lain. Bisa dipastikan pola seperti itu akan membuat anak bingung dalam mengenali dirinya sendiri dan orangtuanya. ‘Apa sih sebenarnya maunya Ayah/Ibu?’ Kebingungan ini mengakibatkan dalam diri anak tidak tumbuh motivasi kuat untuk berprestasi, toh mereka tak tahu apa gunanya mereka belajar.
           
2. Tak terbantahkan
Pokoknya kamu harus ranking satu. Dulu, ayah sekolah jalan kaki, tapi selalu ranking satu. Kenapa kamu nggak bisa?’ Menekankan dengan kalimat, ‘pokoknya’, ‘seharusnya’, dan kata sejenis lainnya menunjukkan tidak adanya celah untuk pilihan lain.         

Orangtua yang tak terbantahkan membuat anak sulit mengemukakan pendapatnya. Bahkan, sulit mengetahui potensi dirinya sendiri, apalagi mengoptimalkan potensinya. Kecenderungan tak terbantahkan ini kalau berlanjut terus bisa menjurus pada upaya memaksakan kehendak orangtua pada anak. Misalnya, “Nanti kamu harus jadi dokter.” Kalaupun akhirnya anak mengikuti kehendak orangtuanya kuliah di fakultas kedokteran, ia akan menjalaninya dengan setengah hati. Bisa jadi, hanya setahun dijalani, selanjutnya keluar karena bertentangan dengan keinginannya. Tentu kita tak ingin ini terjadi bukan?

3. Target tidak pas
Target yang tidak pas, bisa terlalu rendah atau terlalu tinggi dari kemampuannya. Jangan sampai memaksakan begitu banyak kegiatan pada seorang anak sehingga mereka jadi jenuh dan terlalu lelah. Akibat overaktivitas, banyak anak yang kemudian mulai meninggalkan belajar sebagai kegiatan yang seharusnya paling utama.

Di sinilah peranan orangtua sangat penting, jangan sampai terlalu memaksa anak dengan harapan agar mereka dapat menuai prestasi sebanyak-banyaknya. Mereka didaftarkan pada berbagai macam kursus atau les privat tanpa mengetahui bahwa batas IQ seorang anak tidak memungkinkannya menerima berbagai macam kegiatan yang disodorkan oleh orangtua.

Namun, sebaliknya bagi anak yang memiliki IQ tinggi, juga perlu penanganan khusus, karena mereka tidak cukup dengan target regular untuk anak lainnya. Mereka membutuhkan tantangan lebih supaya potensinya teroptimalkan. Untuk mengetahui potensi ini, orangtua perlu bantuan psikolog.

4. Aturan dan hukuman yang tidak mendidik
Terlalu ketat dalam rutinitas harian bisa menyebabkan akhirnya anak malas belajar. Namun, sebaliknya tanpa membuat rutinitas harian anak tidak terbiasa memiliki jadwal belajar yang harus dipatuhinya. Jalan tengahnya, rutinitas tidak bisa ditetapkan secara sepihak oleh orangtua, namun dibangun bersama-sama.

Membuat aturan juga harus diikuti dengan konsekuensi. Jadi, anak dapat mengerti apa hubungannya antara kepatuhan menjalani aturan dengan konsekuensinya, bukan sekadar hukuman yang tidak mendidik, seperti hukuman cubitan bila dapat nilai jelek

Bagi anak usia SD ke atas, orangtua perlu mendiskusikannya dengan anak. Aturan tersebut ditandatangani dan dipasang di dekat meja belajar. Misal, 1) Belajar sehabis shalat Maghrib sampai Isya;  2) Boleh nonton Avatar pada minggu pagi; 3) Main PS paling lama 2 jam di hari libur; 4) dan seterusnya.  

Jangan bosan juga untuk meng-up date kesepakatan dan mengingatkan kalau ada yang melanggar. Ingatkan juga akan konsekwensinya, misalnya “Belajar yuk! Kemarin kita sepakat kan kalau nggak belajar, gimana hayo?”

Biarkan anak menjawab konsekwensinya. Jika aturan itu sudah dibuat bersama, pasti anak ingat akan konsekwensinya. Harapannya, kesadaran untuk belajar akan tumbuh dari dalam diri anak, bukan dipaksakan orangtua. Tidak ada lagi hukuman yang tidak mendidik, karena hukuman akan membuat anak berpikir “Ugh, belajar sangat tidak menyenangkan!”

Mewaspadai empat hal tersebut penting untuk mencegah kemalasan anak semakin parah. Yuk, bantu anak-anak kita agar rajin dan senang belajar.

(Sarah Handayani)
Lengkapnya Klik DISINI

Romantisme Sejati di Antara Janji-Nya

Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)
Anak muda hari ini malas baca. Mungkin termasuk saya ataupun Anda. Berjam-jam pelototin film Korea. Ambil tissue untuk usap air mata. Pasang wajah mewek tanpa jeda.
“Ihhh, film-nya romantis bangeeettt eaaa,”

Padahal, pemeran dalam film tak jelas status hubungan antar mereka. Istri bukan, suami bukan. Entah di mana letak romantisnya. Heran.

Mungkin karena wajah pemeran wanita jelita. Atau sang pria dengan tampang rupawan. Itu saja, tidak lebih. Maka berhari-harilah film itu ditonton. Tapi itu bukanlah hal yang romantis. Bukan. Semua pasti setuju itu.

Bela-belain beli CD-nya. Saling pinjam. Atau tongkrongin di warnet lola, downloadnya berjam-jam. Tetap saja menikmatinya. Katanya demi sebuah pelajaran romantisme. Kemudian, dilanjutkan bikin jadwal nonton bareng. Niat banget deh pokoknya.

Pas ditanya, “demen banget nontonnya ya?” Dengan wajah berbinar dijawab, “iyaa, aku pencinta sejati. Suka yang romantis dan ingin menjadi orang yang romantis. Pokoknya, amat menyukainya.”

Padahal kisahnya banyak fiktif belaka. Bisakah terlahir seorang pencinta sejati dari hal yang seperti itu? Owh, yang benar sajalah. Tentu, romantismenya pun perlu dipertanyakan.

Jika hendak belajar romantisme, bacalah sejarah para pencinta sejati.  Kisah romantis mereka apik dicatat dalam kehidupan nyata. Kitanya saja yang malas baca. Maunya yang praktis. Hanya hasil imajinatif yang kualitasnya pun fluktuatif. Yakinlah, tak kan bisa menghadirkan romantisme yang sesungguhnya dari karya fiktif.

Mari kita simak kisah romantisme Ali bin Abi Thalib RA dan Fatimah Az-Zahra RA. Ini cerita nyata. Bukan hasil rekayasa. Tak perlu sutradara. Karena Allah sendiri yang punya rencana. Jauh-jauh hari telah tertulis di Lauh Mahfudz manuskripnya.

Ali dan Fathimah. Sudah ada rasa suka di antara keduanya saat mulai mengerti tentang cinta. Gejolak-gejolak rasa pun membuncah bak air telaga. Tapi mereka saling menjaga. Hati-hati menjaga sikap. Tidak pernah diumbar. Mencintai dalam diam.

Ali tak pernah nyatakan cinta. Bukan karena dia pria cemen. Bukan karena dia tak punya nyali. Tapi, karena dia tahu batasan syar’i. Juga tak pernah kasih kode-kode maut melalui kerlingan mata. Perhatian ‘pedekate’ pun tak pernah. Apalagi sms gombal. Pokoknya sangat dijaga hingga syaithan pun tak tahu. Meski cinta di dada semakin menggebu.

Begitu juga dengan Fatimah. Tak pernah tebar pesona di depan Ali. Pura-pura ‘kecentilan’ cari perhatian pun tidak. Tak pernah kalimat manja yang dia lontarkan. Apalagi ngajak jalan bareng, memanfaatkan kendaraan si doi hanya untuk ngojek.

“Beib, motor kamu bagusss deh…anterin aku donk…donk…donk,” ahh rayuan maut. Asli modus. Minyak gratis. Fasilitas gratis. Tapi sayangnya diragukan dihitung sebagai pahala. Dosa mungkin iya. Na’udzubillah.
Ali dan Fatimah, keduanya saling mencinta. Hebatnya, tetap saling menjaga hati. Bahkan seandainya Muhammad saw yang merupakan ayah Fatimah bukan Rasul Allah, mungkin tak kan tahu cinta suci ini seumur hidupnya. Hingga Allah mengabari sang Rasul dengan cara yang sangat halus. Ya, sangat halus.

Allah menepati janjinya pada waktu yang tepat. “..Laki-laki baik, untuk perempuan baik. Perempuan baik untuk laki-laki baik,” (An-nur 26). Akhirnya, mereka berdua dinikahkan. Bertemulah cinta dengan cinta. Cinta yang tumbuh bersama ketaatan. Tak terkotori dengan kemaksiatan.

“Suamiku, sesungguhnya ada seorang laki-laki yang teramat aku cintai sebelum menikahimu,” ungkap Fathimah setelah ijab qabul terlaksana. Sambil menunduk ia ucapkan pengakuan itu.

Owh, broo… Bayangkan bagaimana perasaan kita saat itu jika menjadi Ali. Perempuan yang telah lama kita cintai, bahkan Allah takdirkan juga menikahinya, kini membuat pengakuan yang bisa membuat hati ini sangat cemburu. Panas amarah bahkan bisa saja memuncak saat itu.

“Sampaikan kepadaku, siapakah lelaki itu?” tanya Ali dengan perasaan bergemuruh. Namun sikapnya tetap tenang. Ia pandangi dengan dekat perempuan yang telah jadi istrinya ini.

Fatimah pun mengangkat wajahnya, “Laki-laki yang pernah aku cintai itu, kini berdiri tepat di hadapanku,”
Allahu Akbar…Allahu Akbar…Allah tepati janji-Nya. Laki-laki baik, untuk perempuan baik. Perempuan baik, untuk laki-laki baik. Itulah romantisme dari pencinta sejati. Romantisme yang sesungguhnya.  Mereka tahu kapan saatnya menyatakan cinta. Barakah pada waktunya.

Atau kisah tentang Utsman bin Affan RA waktu itu usianya menginjak 80 tahun. Sudah renta untuk ukuran usia. Tapi jangan ditanya kualitasnya sebagai pencinta sejati. Seorang gadis berusia 18 tahun, Naila, bersedia menikah dengannya.

Ini bukanlah perjodohan yang mudah. Tapi itulah cinta, ia hadir bersama kerahasiaan yang begitu menjelaga. Persis serahasia jodoh itu sendiri. “Kamu terkejut melihat ubanku? Percayalah, hanya kebaikan yang engkau temui di sini,” itulah kalimat pertama Utsman bin Afffan saat menyambut istri terakhirnya itu. Itu kata yang ia ucapkan setelah pernikahan berlangsung. Bukan gombal. Apalagi penipuan. Karena setelah itu yang ada hanya bukti dari kata-kata yang telah terpateri.

Utsman, lelaki tua itu membuktikan cintanya. Cinta yang bersumber dari ketaatannya pada Allah. Bahkan, setelah Utsman meninggal karena terbunuh. Naila memutuskan untuk tidak menikah lagi. Ia bahkan merusak wajahnya untuk menolak semua pelamarnya. Bayangkan, berarti banyak sudah pelamar yang datang. Terbukti, tak ada yang dapat mencintai sehebat lelaki tua itu. Masya Allah.

Dan tentu kita harus tahu, seperti apa sebenarnya Naila ini. Kenapa begitu layak ia menikah dengan Utsman. Karena dulu, ketika ia pernah ditanya tentang alasannya mau menikah dengan Utsman, dia menjawab, “Aku suka ketuaanmu, karena mudamu telah kau habiskan bersama Rasulullah,”. Cinta bertemu Cinta. Cinta yang bermuara pada ketaatan, bukan kemaksiatan. “..Laki-laki baik, untuk perempuan yang baik. Perempuan yang baik, untuk laki-laki yang baik.” Allah selalu tepati janji-Nya.

Akmal AhmadAkmal Ahmad

Sarjana Saint (S.Si) di bidang Fisika FMIPA Universitas Andalas, kini aktif di bidang Social Entrepreneure - DOMPET DHUAFA.
 
Lengkapnya Klik DISINI

Kaleidoskop Prahara PKS


Setelah membaca hasil polling online beritasatu.com tentang partai paling bersih korupsi yang hingga tulisan ini Saya posting telah menempatan PKS pada urutan teratas (87%), maka Saya tertarik untuk mengirimkan catatan-catatan Saya tentang PKS yang memang sudah lama tersimpan di folder komputer Saya. Berikut ini adalah sedikit catatan Saya tentang PKS yang Saya tulis ketika dunia publisitas di negeri ini dihebohkan oleh kasus impor daging sapi:

Miris memang membayangkan nasib PKS di tahun politik ini. Ketika sedang asyik-asyiknya berada di puncak sukses mengangkat jargon ‘Bersih’ tiba-tiba serangan bertubi-tubi datang dari berbagai arah. Serangan darat tidak hanya sekali atau dua kali, serangan udarapun berkali-kali terus digencarkan oleh pihak-pihak pengendali media. Kasus dugaan suap kuota impor sapi yang terus diledakkan oleh KPK menuai beragam sorotan dari berbagai kalangan. Mulai dari para pengamat, LSM, politisi, tokoh masyarakat, dan tentu saja media yang hingga saat tak henti-hentinya terus melumat PKS dengan berbagai opini mereka. Sebagian masyarakat terprovokasi dan akhirnya turut berkontribusi melancarkan hujatan dan caci maki. Namun ada pula yang mencernanya dengan pikiran cerdas dan kritis yang melahirkan otokritik bagi penegakan hukum yang benar dan tidak tebang pilih. Bagi PKS sendiri walau sudah terbiasa mengalami tribulasi namun baru kali ini sepertinya PKS mengalami hentakan psikologis yang luar biasa.

Sebelum tahun politik ini pula PKS juga sudah sering diberikan serangan-serangan pemanasan seperti yang masih lekat dalam ingatan kita yaitu Kasus Misbakhun yang akhirnya dibebaskan oleh Mahkamah Agung setelah mengajukan PK pada tahun 2012. Pada tahun 2010, seorang elit PKS yang juga Menteri Komunikasi dan Informatika, Tifatul Sembiring juga sempat menjadi target serangan mereka dengan mem-blow up jabatan tangannya dengan Michelle Obama. Boleh dikatakan itulah jabatan tangan terheboh sepanjang sejarah umat manusia hingga media luar negeripun seperti The Washington Post ikut-ikutan memberitakannya. Pada tahun 2011 PKS juga pernah didera oleh gosip video porno yang menyeret nama Anis Matta yang pada saat itu masih menjabat sebagai Sekjen Partai. 

Namun akhirnya dapat dibuktikan bahwa pemeran video mesum itu ternyata bukan Anis Matta. Pada tahun yang sama juga terjadi operasi cyber terhadap PKS. Kali ini target yang kena sasaran adalah Arifinto yang merupakan anggota fraksi PKS di DPR RI. Nasib na’as dialami Arifinto ketika membuka email yang tidak jelas pengirimnya melalui gadget miliknya pada saat sidang paripurna DPR. Email tersebut mengarahkannya ke situs video porno dan anehnya disaat yang sama salah seorang wartawan foto Media Indonesia bernama Arif membidiknya dengan tepat di antara 500 lebih peserta sidang paripurna dan akhirnya pret pret pret. 

Mediapun gegap gempita memberitakannya. PKS sendiri menduga ini adalah ulah dari oknum-oknum yang merasa dirugikan karena situs-situs porno mereka kena blokir oleh kementerian Kominfo yang digawangi oleh kader PKS juga. Di tengah silih bergantinya badai yang menerpa PKS, sosok Yusuf Supendi (sekarang menjadi caleg Hanura) muncul secara sporadis untuk menambah dahsyatnya serangan terhadap PKS. Sosok inipun ditengarai sering dimanfaatkan oleh lawan-lawan politik PKS sebagai senjata pamungkas untuk merontokkan citra PKS.

Kini KPK hadir sebagai aktor yang akhirnya turut mewarnai drama politik penghancuran PKS yang entah kapan akan berakhir. Oknum KPK di mata kader PKS terlanjur diposisikan sebagai pihak ‘antagonis’ dalam perkara dugaan suap kuota impor sapi yang menyeret nama seorang makelar proyek bernama Ahmad Fathonah. Tak tanggung-tanggung, pada episode ini yang menjadi target adalah pucuk pimpinan partai yang kini mantan Presiden PKS , Luthfi Hasan Ishak. Perdebatan sengit terjadi dalam berbagai diskusi hukum menanggapi aksi penangkapan Luthfi Hasan Ishak yang dinilai cacat hukum oleh sebagian pakar, diantaranya dalah Prof. Teuku Nasrullah, DR. Yenti Ganarsih, Prof. Romli Atmasasmita, Prof. Yusril Ihza Mahendra dan belakangan pengacara senior OC Kaligis pun ikut berkoar hingga berani mempertaruhkan lehernya untuk dipotong jika PKS dibubarkan. Namun pada tulisan ini tidak hendak membahas berbagai argumentasi hukum dari para pakar tersebut. Penulis hendak mengajak kita untuk sedikit mengidentifikasi latar profil siapa sebenarnya kalangan yang terkesan begitu tendensius dan kurang imbang melihat kasus ini secara adil.

1. Media

Setelah menelusuri berita-berita terkait kasus ini dapat disimpulkan bahwa beberapa media yang begitu heboh dan sangat tendensius mem-bully PKS adalah TV One, Metro TV, MNC, Tempo, Detik.com, Merdeka.com, Inilah.com, Okezone.com. Pembaca pasti sudah cukup mafhum dengan sepak terjang berita yang dimainkan oleh media-media ini khususnya TV One, Metro TV dan MNC. Ketiga media televisi nasional tersebut kebijakan redaksionalnya sangat dipengaruhi oleh bos besarnya. TV One dimiliki oleh Abu Rizal Bakri (ketua umum Partai Golkar), Metro TV dimiliki oleh Surya Paloh (ketua umum Partai Nasdem), dan MNC dimiliki oleh Hary Tanusudibyo (ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Hanura). 

Motif mereka jelas, yaitu politis walaupun sebagian menilainya karena alasan komersial, maklum saja karena kapitalisme juga kini merambah industri penyiaran di Indonesia. Media-media online yang terus menjadikan kasus ini sebagai menu utamanya tentu bukan hanya sekedar ikut-ikutan, tapi juga terjebak pada persaingan meningkatkan rating. Khusus tempo, terdapat indikasi bahwa ada keengganan dari unsur petinggi di majalah tempo yang tidak ingin kasus Century diobok-obok, sehingga setiap kolom di majalah tempo jangan sampai terisi oleh kasus Century. Ada apa? Kabarnya ada petinggi salah satu media nasional yang berjasa mempertemukan Robert Tantular (pemilik bank Century) dengan Sri Mulyani di Washington.

2. Pengamat Politik

Burhanudin Muhtadi, walau pernah disebut Anis Matta sebagai outsider yang ‘insider’ sepertinya juga ikut tergoda untuk memberi argumentasi yang kurang menguntungkan bagi PKS, tapi toh ternyata apa yang pernah diramalkan oleh para pengamat tersebut bahwa PKS akan terjun bebas ternyata tidak terbukti. Malah Jawa Barat dan Sumut berhasil direbut PKS justeru ditengah badai isu yang menghantam. Siti Zuhro, Boni Hargens, Ikrar Nusa Bakti, Fajlur Rahman dan para pengamat lainnya, komentar mereka tentang kasus ini juga tak kalah pedasnya.

3. Tokoh Nasional

Mahfud MD, mantan ketua MK ini adalah satu diantara sekian tokoh besar yang kelihatannya sangat mendorong KPK untuk terus fokus menggarap habis kasus dugaan suap kuota impor daging sapi ini. Belum pernah ada komentar Mahfud MD terkait kasus-kasus yang lebih besar seperti Century dan suap di Nakertrans atau Hambalang.

Jika kembali membuka memori politik pada tahun 2001 ketika Mahfud MD masih di PKB, tokoh ini sempat menaruh kekecewaan yang besar terhadap PKS karena tidak ikut membela Abdurrahman Wahid ketika dilengserkan dari kursi presiden RI. Wajar jika pada saat PKS terseret-seret pada kasus yang menimpa LHI maka Mahfud MD berkomentar cukup sinis.

4. LSM

ICW adalah satu-satunya LSM yang begitu getol mewacanakan pembubaran PKS. Mereka adalah narasumber yang paling diburu oleh para wartawan selain KPK. Akhirnya, toh terkuak juga apa motif dibalik semangat ICW mem-bully PKS habis-habisan. Sikap berbeda justeru mereka tunjukkan pada kasus-kasus besar yang didiamkan KPK. ICW diam ketika KPK terpaksa harus memeriksa Sri Mulyani di Amerika sebagai saksi kasus Century, ICW ‘no comment‘ ketika Muhamad Nazarudin menyebut seluruh anggota Fraksi Demokrat ikut menerima uang dari Nazaruddin, ICW juga diam seribu bahasa ketika Abraham Samad tidak menepati janjinya untuk mundur dari KPK dan pulang kampung jika kasus Century tidak tuntas dalam setahun. Catatan terpenting tentang ICW yang paling menghebohkan adalah tentang dana pihak asing yang mengucur ke ICW. Dana 45,470 ribu dolar AS itu dikucurkan melalui Bloomberg Initiative yang merupakan milik dari seorang taipan dan politisi Yahudi yang juga Walikota New York, Michael Bloomberg. Oh ya Bang Teten Masduki, boleh tau gak, apa sih pesan yang dititipkan om Bloomberg pada ICW? Jika alasannya dana itu untuk kampanye anti rokok pada anak-anak kenapa tidak diserahkan saja pada bang Aris Merdeka Sirait yang ketua KPAI? ICW kok ngurusin anak-anak!

5. (Operasi) Intelejen

Kecurigaan ini wajar-wajar saja ada mengingat kepemimpinan saat ini diketahui memiliki hubungan yang tidak biasa dengan poros kekuatan barat yang dikendalikan Amerika. Kekhawatiran pihak luar tidak perlu diherankan lagi setelah munculnya kekuatan Islam baru di Mesir, Turki, dan Hamas di Palestina. Bangkitnya poros kekuatan Islam hanya tinggal menunggu hadirnya pemimpin Muslim sejati dari Asia setelah ada Mursi dan Haniyah dari poros Afrika, Erdogan dari poros Eropa. Kebangkitan Islam yang ditakuti Amerika dan Israel kini telah memunculkan awan mendung di dunia barat. Intelejen dalam negeri pun jika dicermati komentar-komentar mantan kepala BIN, Hendro Priyono, tak kalah gerahnya dengan partai ini.

Apapun akhir dari kasus atau skenario ini akan sangat berarti bagi PKS. Harapannya tentu akan berakhir dengan husnul khotimah. Laksana sebuah fenomena alam berupa cuaca ekstrim maka keadaan ini tentu tak akan terjadi selama-lamanya. Selanjutnya apakah LHI akan menghadapi peradilan yang benar atau sesat? Kita tunggu dan kita awasi bersama! Semoga masih ada hakim yang karena rasa takutnya kepada Allah ia dapat mengadili dengan kejujurannya, bukan dengan kebencian atau kejahilannya.

Oleh :Defra Ekasakti

http://muslimina.blogspot.com/
Lengkapnya Klik DISINI

"FRUST" dalam bercinta


Siapa yang pernah merasakan tahulah betapa peritnya. Benarlah kata pujangga,"sakit yang paling dahsyat ialah mencintai seseorang, tetapi tidak berbalas."


Aneh sekali derita sakit putus cinta ini... benci, tapi rindu. Dendam tapi sayang. Dunia terasa sempit, dada terasa mencengkam.


Orang yang paling boleh menyakitkan hati kita ialah dia yang pernah paling kita cintai.  Ramai orang yang hancur hidupnya kerana putus cinta. Terlupakah pesan bijak pandai:

"Cintailah sesuatu itu sekadar saja, berkemungkinan ia akan menjadi kebencianmu pada suatu ketika, bencilah yang engkau benci itu sekadar saja, berkemungkinan ia akan menjadi kecintaanmu pada satu ketika."


Sesetengahnya hilang kewarasan berfikir. Hilang semangat juang. Malah ada yang sanggup bunuh diri.

Benarlah kata orang: "Dunia akan terkejut mendengar seseorang membunuh diri kerana kematian ibunya, tetapi tidak akan terkejut apabila pembunuhan diri itu disebabkan kematian kekasih yang dicintainya."


Justeru, yang minta mati, akibat frust cinta ramai sekali.
(Ingat senikata lagu: Oh, Tuhanku kau cabutlah nyawaku). Buruk sekali keadaan orang yang 'frust' dalam bercinta. Inilah salah satu akibat cinta nafsu. Jika kita berani 'memperkosa' kesucian cinta, awas ia akan menuntut balas dengan cara yang paling kejam.


Ketahuilah, seseorang pernah gagal dalam percintaan, kemungkinan dia akan terus melihat kebahagiaan itu laksana pelangi.


Tidak pernah di kepalanya sendiri, selamanya di atas kepala orang lain. Pesimis. Prejudis. Bagaimana hendak dihadapi segalanya?


Putus cinta adalah bukti bahawa tidak ada cinta sejati kecuali cinta yang diasaskan oleh cinta Allah.

Cubalah anda fikirkan, apakah punca pihak sana atau pihak sini memutuskan cintanya? Mungkin kerana hadirnya orang ketiga? Mungkin dihalang oleh orang tua? Mungkin kerana sudah jemu? Macam-macam alasan diberikan.


Ketika itu lupa segala sumpah setia, akujanji, lafaz janji yang dimetrai sewaktu sedang 'syok' bercinta. Hingga dengan itu mereka yang dikecewakan seolah-olah tidak pernah mengenal orang yang dicintai itu. Dia benar-benar berbeza (seolah-olah dia tidak pernah kita kenali!).


Putus cinta bukanlah pengakhiran segalanya. Ia adalah satu permulaan yang baik jika ditangani dengan positif. Memanglah di awalnya kita rasa sukar menerima hakikat. Tetapi percayalah... kita tetap ada Allah.
Semuanya dari Allah. Dan segala yang datang dari Allah ada baik belaka, walaupun belum terserlah kebaikannya pada pandangan kita. Namun yakinlah, pandangan kita terbatas, pandangan Allah Maha Luas.

Sesuatu yang kita cintai, belum tentu membawa kebaikan kepada kita. Manakala sesuatu yang kita benci, belum tentu memudaratkan kita.


Sebagai hamba Allah, renungilah maksud firman Allah dalam surah Al Baqarah;


"Ada sesuatu perkara yang kamu cintai tetapi itu membawa keburukan kepada kamu. Ada pula sesuatu perkara yang kamu benci tetapi sebaliknya ia membawa kebaikan kepada kamu. Sedarlah kamu tidak mengetahui, Allah-lah yang lebih mengetahui."

Kita inginkan orang yang kita cintai itu terus setia bersama kita. Biar sampai menempuh alam perkahwinan, beranak cucu hingga ke akhir hayat. Segala kata pengukuhan telah diberikan.


Kita rasa dialah terbaik untuk kita (you are the answer of my prayer). Tetapi entah macam mana, dia berpaling tadah.


Waktu itu kita terhenyak lalu berkata, "mengapa aku terpaksa menanggung derita ini." Kita frust kerana merasakan dialah yang terbaik, tercantik, ter... ter... segala-galanya. Sukar membayangkan ada orang lain seumpama dia. Cinta diberikan seluruhnya. Ketika si dia pergi tanpa berpaling, kita berkata, "ya Tuhan, kenapa aku yang terpaksa menerima nasib ini?"


Harga diri orang yang putus cinta selalu rendah. Penilaian diri terhadap dirinya sendiri menjunam ke paras terendah. Rasa hina (gagak di rimba) berbanding kekasihnya yang pergi (merak kayangan).

Sedangkan jika masih ada iman bersemi di dada... kita masih boleh berfikir dan berhenti seketika, lalu berkata, "Tuhan ada!"


Pujuklah hati dengan apa yang telah Allah tegaskan bahawa yang baik pada pandangan kita belum tentu baik dalam realitinya. Katakan, dia yang pergi itu bukan yang terbaik. Mungkin dia terbaik, tapi untuk orang lain. Dan yang terbaik untuk kita pasti datang sebagai gantinya!

Jangan katakan kenapa aku yang kena? Jangan labelkan aku yang malang. Tetapi katakan, aku yang terpilih. Terpilih untuk putus cinta dengan manusia supaya 'terpaksa' bercinta dengan Allah.


Memang begitulah rahmat Tuhan, kekadang DIA memutuskan untuk menyambungkan. Putus cinta dengan manusia, tersambung cinta dengan Allah. Inilah hikmah di sebalik kesusahan, kemiskinan, kegagalan, dan termasuklah putus dalam bercinta. Dalam ujian kesusahan selalunya manusia lebih mudah ingatkan Allah.

Alangkah indahnya jika orang yang frust cinta itu kembali kepada Allah secara sihat – maksudnya, bukan sekadar merintih, mengadu, merayu atau minta mati segera. Tetapi tersentak oleh satu kesedaran bahawa cinta Allah itulah yang sejati.


Allah tidak pernah mengecewakan seperti kekasih mengecewakan. Seorang filosof Barat, Hendrick berkata, "mencintai seorang yang tidak mencintai kamu adalah sia-sia, menyia-nyiakan orang yang mencintai adalah berbahaya." Cubalah fikirkan... siapa yang paling mencintai kita? Siapakah yang kita sia-siakan selama ini? Fikir...

Dan tersentak oleh hakikat itu, kita mula berfikir... barangkali putus cinta ini adalah rahmat yang tersirat, "Allah menjemput aku untuk mencintai-Nya!"


Sedarlah, bahawa Allah adalah Tuhan yang sentiasa mengasihi kita. Tetapi DIAlah Tuhan yang sering kita sia-siakan.


Frust cinta itu hakikatnya untuk menyambungkan cinta kepada-Nya. Ketika itulah orang yang frust cinta akan benar-benar terasa bahawa dia terpilih, bukan tersisih!

Saya punya banyak cerita betapa ramai pasangan suami-isteri yang bahagia bersama 'orang' yang mereka tidak sangka apalagi harapkan sebelumnya.


"Rugi, buang masa mengenang kekasih dulu."
"Allah ganti yang lebih baik."
"Tak sangka, kami akan serasi begini."


Begitulah suara-suara 'testimonial' daripada orang yang frust bercinta tetapi akhirnya berjaya melalui kehidupan berumah-tangga dengan orang yang lebih baik (untuk mereka).


Ya, pada waktu 'terkena' dulu belum nampak lagi, sebab itu terasa marah, kecewa, dendam dan benci. Tetapi apabila masa berlalu, segalanya bertukar menjadi syukur, beruntung dan terselamat. Mujur putus dengan dia. Beruntung tidak jadi dengan dia!


Begitulah ilmu kita yang terbatas dibandingkan dengan ilmu Allah yang Maha Luas. Yang penting dalam apa jua keadaan sekalipun, iman mesti diperkukuhkan dalam dada. Ingat Tuhan. Cintailah DIA, pasti Allah akan mendorong orang yang dicintai-Nya untuk mencintai kita. Cinta itu bagai 'mata rantai' yang sambung menyambung sesama manusia yang akhirnya bersambung kepada cinta Allah.

Percayalah frust dalam bercinta itu satu ujian. Ujian dalam kehidupan. Ingatlah bahawa alam adalah sebuah 'sekolah' yang besar. Setiap manusia adalah para pelajarnya. Dan kita terpaksa belajar berterusan. Hidup adalah satu siri pelajaran yang tersusun rapi untuk difahami dan dihayati sepanjang hayat.


Frust dalam cinta jika ditakdirkan berlaku kepada anda, adalah satu pelajaran juga. Kita perlu faham 'pelajaran' yang dibawa bersamanya.

Jika difahami, pelajaran-pelajaran ini akan memberi panduan dan suluhan untuk menjalani hidup dengan lebih tenang dan bahagia pada masa akan datang.


Tetapi sekiranya pelajaran ini gagal difahami, maka hidup akan huru-hara dan kita akan selalu menghadapi keadaan yang tidak menentu. Kemungkinan besar kita akan 'frust' berkali-kali.


Semasa kita di peringkat remaja ada 'pelajaran-pelajaran' tertentu yang perlu difahami benar-benar sebelum menghadapi usia dewasa yang jauh lebih mencabar.


Apakah 'pelajaran-pelajaran' itu dan apakah cara sebaik-baiknya mempelajarinya?
Inilah salah satu persoalan penting yang mesti dijawab oleh setiap remaja.


Jangan sampai pelajaran yang sepatutnya 'selesai' di alam remaja terpaksa dibawa ke peringkat tinggi. Kalau begitu rugilah, sama seperti siswa atau siswi yang terpaksa 'refer'  atau 'repeat' akibat gagal dalam peperiksaan mereka.


Remaja adalah kelompok manusia yang sedang melalui satu proses transisi. Mereka telah meninggalkan alam kanak-kanak tetapi belum mencapai alam dewasa sepenuhnya. (I'm not a girl but not yet a women)


Keadaan transisi ini tidak stabil. Umpama air yang hendak bertukar menjadi wap, maka molekul-molekulnya terlebih dahulu bergerak dengan cepat dan tidak menentu.


Samalah dengan remaja, jiwa, akal, nafsu, emosi dan lain-lain elemen-elemen mereka sedang bergolak. Takah usia ini paling tidak stabil – tercari-cari identiti diri, krisis pemikiran, perubahan biologi dan macam-macam lagi.


Dan di tahap ini juga remaja akan menemui pelbagai situasi dan kondisi – suka dan duka, kejayaan dan kegagalan, permusuhan dan kasih-sayang, sempadan dan teladan. Muncul pelbagai individu dengan pelbagai kelakuan dan sikap.


Terjadi bermacam-macam peristiwa dengan membawa pelbagai kesan. Salah satunya frust dalam bercinta.

Semua ini tidak berlaku sia-sia melainkan ada 'pelajaran' yang dibawanya untuk difahami dan dihayati. Remaja mesti dapat membaca 'mesej' yang dibawa oleh setiap peristiwa, individu dan keadaan yang berlaku ke atas mereka.

Jika tidak, mereka terpaksa mengulangi pelajaran itu berkali-kali. Sebab itu kita pernah temui orang tertentu yang sentiasa berdepan dengan masalah yang sama berulang-ulangkali.


Jadi langkah pertama supaya remaja 'lulus' dalam pelajaran mereka ialah  mereka perlu akur bahawa setiap yang berlaku di alam remaja ada unsur pengajaran dan didikan buat mereka.


Frust cinta hakikatnya adalah 'guru' yang mengajar kita. Setiap guru mengajar sesuatu yang baik, walaupun kadangkala pahit, pedih dan sakit kita menerimanya.

Untuk itu, apabila putus cinta, hendaklah ditanyakan pada diri, "apakah pelajaran yang disebalik semua itu."Pandanglah semua yang berlaku ke atas kita ada tujuan yang tertentu, maka barulah hidup kita sentiasa bertujuan.


Kata ahli-ahli sufi, setiap yang berlaku dalam hidup ialah 'mehnah' – maksudnya didikan terus dari Allah.

Mereka berpendapat bahawa apa sahaja yang berlaku dalam hidup adalah ujian dan ujian itu hakikatnya adalah didikan terus daripada Tuhan.


Ahli sufi menambah lagi bahawa jika manusia tidak mampu dididik melalui didikan terus dari Allah (mehnah) maka manusia tersebut tidak akan dapat dididik lagi oleh sebarang manusia lain. Inilah yang ditegaskan oleh Ibnu Attoillah, seorang sufi yang terkenal dalam buku-buku karangannya.


Jika seorang datang membuat kita kecewa, maka dia adalah 'guru' yang hendak mengajar kita erti sabar.

Jika kita rasa kita sedang dikecewakan, itu menunjukkan kita sedang belajar untuk membina sikap tidak terlalu mengharap.

Begitulah seterusnya dalam apa jua situasi dan masa, kita hakikatnya sedang belajar dan dididik.
Memang pada lahirnya, manusia, peristiwa dan kejadian yang sedang bertindak ke atas kita tetapi sedarilah hakikatnya semua itu adalah datang dari Allah. Semuanya berlaku dengan izin Tuhan, yang dengan itu DIA hendak mendidik kita. Maka terimalah didikan itu dengan baik.


Apakah sebenarnya yang menjadi 'tujuan' di sebalik pelajaran-perlajaran yang datang dalam hidup kita?

Tujuan utamanya ialah untuk mengubah kita. Perubahan tidak dapat dielakkan justeru hidup adalah satu proses perubahan yang berterusan. Yang tidak berubah dalam hidup adalah perubahan itu sendiri. Perubahan sentiasa berlaku dan ia diluar kawalan kita. Kita tidak dapat mengawal hati 'kekasih hati' agar dia sentiasa setia.


Apa yang boleh kita ubah ialah diri kita sendiri. Jadi, berubahlah mengikut haluan dan kawalan kita sendiri. Jangan izinkan orang lain hatta kekasih kita mengawal hidup kita. Sehubungan itu, bijak pandai pernah berkata, "we cannot  direct the wind but we can adjust our sail." Ertinya, walaupun kita tidak boleh menentukan takdir yang menimpa tetapi kita diberi kuasa oleh-Nya untuk mentadbir diri kita.


Malangnya, ramai manusia yang ingin memegang takdirnya sendiri. Dia seolah-olah ingin jadi 'Tuhan". Dia ingin semua keinginannya tercapai. Mustahil, manusia hakikatnya lemah. Dia tidak boleh mengawal hati kekasihnya. Dia tidak boleh memastikan kesetiaan kekasihnya. Ingat, mencintai seseorang bukanlah bererti mengatur segala langkah dan perbuatannya demi cinta. Kita tak akan mampu!


Ringkasnya, ujian hidup datang dengan pelajaran, dan pelajaran itu datang bersama tuntutan perubahan. Jika sudah berkali-kali pelajaran disampaikan, tetapi masih tidak ada perubahan, maka itu bermakna remaja gagal dalam 'sekolah' kehidupan mereka.  


Frust cinta, hakikatnya adalah ujian yang ingin merubah kita untuk mula mencintai Allah.
Ingat, setiap kali sesuatu menimpa anda, samada baik atau buruk. Itu adalah pelajaran yang menuntut perubahan. Maka ubahlah diri kita selalu, ke arah yang baik, lebih baik dan cemerlang.


Setiap detik, setiap ketika, ada sahaja peristiwa yang akan anda hadapi... maka belajarlah secara berterusan, dan berubahlah secara berterusan... Nanti anda akan mencapai kebaikan secara berterusan pula.


Jangan sekali-kali menangguhkan pelajaran, nanti anda akan menangguhkan perubahan dan akhirnya menangguhkan datangnya kebaikan.


Belajarlah dari sekolah kehidupan semasa remaja lagi, supaya anda tidak diburu penyesalan apabila mencapai usia tua. Kata pepatah, "belajar sewaktu muda bagai melukis di atas batu, belajar sewaktu tua bagai melukis di atas air."


Teringat kata Dale Carnargie dalam bukunya Stop Worrying and start living, "Jangan gergaji abuk kayu!" Dan itulah nasib orang tua yang tidak belajar semasa mudanya!


Kita perlu sedar, hidup ini bagaikan satu siri gelombang yang datang secara bergilir-gilir. Ada ketikanya, gelombang kecil dan tenang dan ada ketikanya gelombang itu besar dan ganas. Pada ketika gelombang itu ganaslah, semuanya terasa serba tidak kena.


Tuhan menetapkan bahawa setiap manusia itu tidak akan mendapat kesenangan sahaja atau kesusahan sahaja.

Masing-masing daripada kita akan mengalami pasang-surut dalam hidup – ada masa senang, ada masa susah.


Justeru dalam kehidupan ini, kita tidak boleh terlalu gembira kerana selepas kegembiraan itu mungkin muncul kesusahan. Begitu juga kita tidak boleh terlalu sedih bila kesusahan kerana mungkin selepas itu Allah swt datangkan perkara-perkara yang menggembirakan.


Kesedaran tentang hukum Sunnahtullah ini akan memberi ketenangan dalam hidup. Apabila kita ditimpa kesusahan, rasakan dalam hati... ya, selepas ini akan datang kesenangan. Sabarlah sebentar.
Dan apabila datang kesenangan, kita tetap tidak alpa... ya, selepas ini akan datang kesusahan. Bersiap-sedialah.


Hakikatnya, tidak ada kesenangan dan kesusahan yang abadi di dunia ini. Kehidupan adalah satu pergiliran antara senang dan susah yang berterusan...


Cabaran kita bukan untuk mengawal perubahan 'cuaca' kehidupan itu tetapi mengubah diri bagi menyesuaikan diri dalam setiap keadaan yang berubah-ubah itu.
 
Fahamilah hakikat ini.

Apabila kita frust dalam bercinta terimalah bahawa itu adalah hakikat hidup. Hidup bukanlah yang serba kena, serba senang dan serba mudah. Hidup tidak selalu indah, kerana di situlah keindahan hidup!

Sematkan di hati kata pujangga ini: "Sesungguhnya orang yang berkali-kali gagal bercinta, pada suatu saat akan bertemu jua...cinta sejati yang ditunggunya!"

 
sumber
Lengkapnya Klik DISINI

Jadilah Seperti Lebah, Bukan Lalat!



Oleh : Ust. Firanda Andirja, M.A

Seorang Penyair berkata :

شَرُّ الْوَرَى بِعُيُوْبِ النَّاسِ مُشْتَغِلُ …. مِثْلُ الذُّبَابِ يُرَاعِي مَوْطِنَ الْعِلَلِ

Seburuk-buruk manusia adalah yang hanya sibuk mencari aib/kekurangan orang-orang…. Seperti lalat yang hanya memperhatikan bagian luka

... فَعَيْنُهُ أَبَداً باِلسَّوْءِ مُغْرَمَةٌ …. فَلاَ يَرَى غَيْرَ قَبِيْحِ الْفِعْلِ وَالْخَلَلِ

Selalu saja matanya tertarik dengan melihat keburukan… Maka tidaklah ia memandang kecuali perbuatan buruk dan kesalahan…


وَلاَ تَرَى عَيْنُهُ إِلاَ مَسَاوِئَنَا …. وَتَشْتَهِي رُْؤَيَةَ الأَوْضَارِ وَالزَّلَلِ

Tidaklah matanya melihat kecuali keburukan-keburukan kita…Bahkan ia senang jika melihat kotoran-kotoran dan ketergelinciran…

يَكْبِلُ النَّاسَ بِالأَصْفَادِ تَمْنَعُهُمْ …. مِنَ النُّهُوْضِ وَتَفَشِّي الْحِسِّ بِالْفَشَلِ

Ia mengikat manusia dengan belenggu yang menahan mereka …untuk bangkit dan menjadikan orang-orang selalu merasa gagal…

Ada sebagian orang yang hobinya hanya mencari-cari kesalahan dan kekurangan…, hampir-hampir tidak ada sesuatupun yang menyenangkannya.

Tidaklah ia memandang makanan yang lezat terhidangkan kecuali matanya tertuju pada sehelai rambut yang tidak sengaja terjatuh di atas makanan tersebut, lalu diapun mencela makanan tersebut…!!

Tidak ada buku yang baik dan bermanfaat kecuali matanya tertuju pada kesalahan cetak yang terdapat pada buku tersebut…, tidaklah ia melihat pakaian yang bersih kecuali matanya tertuju pada setetes tinta yang –tanpa sengaja- mengotori baju tersebut…

Jika ia mengendarai kendaraan sahabatnya…maka spontan ia berkata, “Udah tua model mobilmu…!!”

Jika ia masuk ke rumah sahabatnya ia spontan berkata, “Perabot rumah udah lama dan usang, kenapa tidak diganti-ganti?, apa tidak bosan??!!”

Jika ia pulang kerumahnya –sementara istrinya sudah berjam-jam menyiapkan hidangan makanan- maka ia berkata, “Kenapa engkau tidak membuatkan aku makanan ini dan itu??!”, padahal istrinya telah menyiapkan berbagai macam hidangan..

Lihatlah adab Nabi صلى الله عليه وسلم
Abu Hurairoh رضي الله عنه berkata :

مَا عَابَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامًا قَْط كَانَ إِذَا اشْتَهَى شَيْئًا أَكَلَهُ وَإِنْ كَرِهَهُ تَرَكَهُ

“Rasulullah صلى الله عليه وسلم sama sekali tidak pernah mencela makanan, jika ia suka maka ia makan, dan jika ia tidak suka maka beliau tinggalkan” (HR Al-Bukhari no 3563 dan Muslim no 2064)

Anas bin Maalik رضي الله عنه berkata,

وَاللهِ لَقَدْ خَدَمْتُهُ تِسْعَ سِنِيْنَ مَا عَلِمْتُهُ قَالَ لِشَيْءٍ صَنَعْتُهُ لِمَ فَعَلْتَ كَذَا وَكَذَا؟ أَوْ لِشَيْءٍ تَرَكْتُهُ هَلاَّ فَعَلْتَ كَذَا وَكَذَا؟

“Demi Allah aku telah melayani Rasulullah صلى الله عليه وسلم selama sembilan tahun, aku tidak pernah mengetahuinya berkata kepada apa yang aku kerjakan, “Kenapa engkau melakukan ini dan itu”, dan tidak juga pernah berkata kepada sesuatu yang aku tinggalkan, “Kenapa engkau tidak melakukan ini dan itu?” (HR Muslim no 2309).

Jadilah engkau seperti LEBAH yang hanya mengambil kebaikan dari sari-sari bunga dan meninggalkan keburukan-keburukan, bukan seperti lalat yang mecari-cari luka-luka yang bau…

SUNGGUH KASIHAN orang yang modelnya seperti ini…ia menyiksa dirinya…dan juga menyiksa orang lain… Tidak ada sesuatupun yang memuaskan dirinya…dan perkataannya selalu menyakiti perasaan orang lain…perasaan sahabatnya bahkan perasaan istrinya…

Bahkan bisa jadi orang-orang akan membalas perbuatannya…mencari-cari dan mengumbar kesalahan-kesalahannya …!!!

Al-Imam As-Syaafi’i rahimahullah berkata :

إَذَا رُمْتَ أَنْ تَحْيَا سَلِيْماً مِنَ الرَّدَى …. وَدِيْنُكَ موفورٌ وَعِرْضُكَ صَيِّنُ

Jika engkau ingin hidup selamat dari kehinaan…. Agamamu terjaga demikian pula harga dirimu…

فَلاَ يَنْطِقَنْ مِنْكَ اللِّسَانُ بِسَوْأَةٍ …. فَكُلُّكُ سَوْءَاتٌ وَلِلنَّاسِ أَلْسُنُ

Maka janganlah sekali-kali lisanmu mengucapkan keburukan….Sesungguhnya seluruh dirimu adalah kekurangan dan orang-orang juga memiliki lisan (yang bisa mencelamu)

وَعَيْنَاكَ إنْ أَبْدَتْ إِلَيْكَ مَعَايِباً …. فَدَعْهَا ، وَقُلْ يَا عَيْنُ لِلنَّاسِ أَعْيُنُ

Dan jika kedua matamu melihat aib-aib (orang lain)… maka tinggalkanlah dan katakanlah kepada matamu, “Wahai mataku, sesungguhnya orang-orang juga memiliki mata”

وَعَاشِرْ بِمَعْرُوفٍ ، وَسَامِحْ مَنِ اعْتَدَى …. وَدَافِعْ وَلَكِنْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ

Hendaknya engkau bergaul dengan cara yang baik, maafkanlah orang yang bersalah kepadamu…Serta tolaklah kesalahan orang tersebut akan tetapi dengan cara yang terbaik

Ingatlah kata Imam As-Syafi’i, “Dirimu seluruhnya adalah kekurangan…!!”. Jika orang lain ingin mencari kesalahanmu maka seluruh bagian tubuhmu bisa menjadi bahan celaan…songkokmu… kaca matamu…cara jalanmu… wajahmu…tubuhmu..semuanya bisa jadi bahan celaan..!!

TAPI…

Ini bukan berarti kita meninggalkan nasehat…bahkan menasehati kesalahan-kesalahan merupakan kewajiban…akan tetapi janganlah terlalu detail dan bersikap “mencari-cari”, akan tetapi kesalahan yang jelas nyata dan tersebar maka tegakkanlah nasehat sebagai pengamalan perintah Allah dan RasulNya dalam bernahi mungkar !!!

Wallahu A’lam bi As-Showaab
Lihat Selengkapnya
Lengkapnya Klik DISINI

Anak Penyejuk Mata

foto koleksi pribadi Yahya Ayyasy
Apa yang dimaksud anak penyejuk mata? Ini pun berlaku pada istri di mana orang yang beriman selalu meminta istri dan anaknya selalu menjadi penyejuk mata baginya, maksudnya adalah ia meminta pada Allah agar mereka itu taat pada-Nya.

Allah Taala berfirman,

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

"Dan orang orang yang berkata: "Ya Rabb kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa” (QS. Al Furqon: 74).

Apa yang dimaksud dengan keturunan yang menjadi penyejuk mata?

Ibnu ‘Abbas berkata,

يعنون من يعمل بالطاعة، فتقرُّ به أعينهم في الدنيا والآخرة.

"Yaitu mereka (ibadurrahman) meminta agar mendapatkan keturunan yang gemar beramal ketaatan sehingga sejuklah mata mereka di dunia dan akhirat.”

'Ikrimah berkata,

لم يريدوا بذلك صباحة ولا جمالا ولكن أرادوا أن يكونوا مطيعين.

"Yaitu mereka (orang yang beriman) tidaklah menginginkan keturunan yang memiriki paras cantik, akan tetapi yang mereka inginkan adalah keturunan yang taat.”

Al Hasan Al Bashri ditanya mengenai ayat di atas. Beliau pun berkata,

أن يُري الله العبد المسلم من زوجته، ومن أخيه، ومن حميمه طاعة الله. لا والله ما شيء أقر لعين المسلم من أن يرى ولدا، أو ولد ولد، أو أخا، أو حميما مطيعا لله عز وجل.
"Yang ingin dilihat Allah pada hamba muslim dari istri, saudara, dan sahabat karibnya adalah mereka semua taat pada Allah. Wallahi, demi Allah, tidak ada sesuatu yang lebih menyenangkan pandangan mata seorang muslim melebihi ketaatan pada Allah yang ia lihat pada anak, cucu, saudara dan sahabat karibnya.”

Ibnu Juraij berkata mengenai ayat tersebut, “Hamba beriman meminta pada Allah agar keturunannya dapat beribadah dan memperbagus ibadahnya kepada Allah, tidak berbuat maksiat dan tindak kejahatan.”

'Abdurrahman bin Zaid bin Aslam  berkata, “Orang beriman meminta kepada Allah agar istri-istrinya dan keturunannya mendapatkan hidayah Islam.” Beberapa perkataan di atas dinukil dari Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim karya Ibnu Katsir.

Syaikh 'Abdurrahman bin Nashir As Sa'di berkata, "Menyejukkan mata orang tua adalah ketika melihat anak dalam keadaan taat kepada Allah, berilmu, beramal. Ini do'a kebaikannya pada anak dan istrinya, namun itu juga termasuk do'a untuknya. Karena istri dan anak yang menjadi penyejuk mata akan kembali manfaatnya pada suami. Inilah yang dijadikan karunia untuk suami." (Taisir Al Karimir Rahman, hal. 587).

Dalam tafsir Al Jalalain (hal. 377) disebutkan, "Menjadi penyejuk mata bagi kami dengan melihat anak dan istri dalam keadaan taat pada Allah."

Sangat dianjurkan sekali jika seorang muslim memperbanyak do’a ini untuk memperbaiki istri, keturunan dan dirinya sendiri.


رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Ya Rabb kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.

Tidak cukup dengan usaha yang baik dan memberikan lingkungan yang baik pada anak. Agar anak-anak kita menjadi penyejuk mata teruslah meminta dalam do'a-do'a kita.

Hanya Allah yang memberi taufik.

Referensi:
Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, Ibnu Katsir, terbitan Dar Ibnul Jauzi, cetakan pertama, tahun 1431 H, 5: 615-616.
Taisir Al Karimir Rahman, Syaikh 'Abdurrahman bin Nashir As Sa'di, terbitan Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, tahun 1423 H.
Tafsir Al Jalalain, Jalaluddin As Suyuthi dan Jalaluddin Al Mahalli, terbitan Darus Salam, cetakan kedua, tahun 1422 H.
---
Akhukum fillah,

Lengkapnya Klik DISINI

Abu Nawas dan Harimau Berjenggot

“Hai Abu Nawas,” seru Khalifah Harun Al-Rasyid. “Sekarang juga kamu harus dapat mempersembahkan kepadaku seekor harimau berjenggot, jika gagal, aku bunuh kau.” 

Kata-kata itu merupakan perintah Sultan yang diucapkan dengan penuh tegas dan kegeraman. Dari bentuk mulutnya ketika mengucapkan kalimat itu jelas betapa Sultan menaruh dendam kesumat kepada Abu Nawas yang telah berkali-kali mempermainkan dirinya dengan cara-cara yang sangat kurang ajar. Perintah itu merupakan cara Baginda untuk dapat membunuh Abu Nawas.

“Ya tuanku Syah Alam,” jawab Abu Nawas. “semua perintah paduka akan hamba laksanakan, namun untuk yang satu ini hamba mohon waktu delapan hari.”

“Baik,” kata Baginda.
Alkisah, pulanglah Abu Nawas ke rumah. Agaknya ia sudah menangkap gelagat bahwa Raja sangat marah kepadanya, dicarinya akal supaya dapat mencelakakan  diriku, agar terbalas dendamnya,” pikir Abu Nawas. “jadi aku juga harus berhati-hati.”

Sesampainya di rumah dipanggilnya emapt orang tukang kayu dan disuruhnya membuat kandang macan. Hanya dalam waktu tiga hari kandang itu pun siap sudah. Kepada istrinya ia berpesan agar menjamu orang yang berjenggot yang datang kerumah. “Apabila adinda dengar kakanda mengetuk pintu kelak, suruh dia masuk kedalam kandang itu,” kata Abu Nawas sambil menunjuk kandang tersebut. Ia kemudian bergegas pergi ke Musalla dengan membawa sajadah.

“Baik,” kata istrinya.
“Hai Abu Nawas, tumben Lu shalat di sini?” bertanya Imam dan penghulu mushalla itu.

Sebenarnya saya mau menceritakan hal ini kepada orang lain, tapi kalau tidak kepada tuan penghulu kepada siapa lagi saya mengadu,” jawab Abu Nawas. “Tadi malam saya ribut dengan istri saya, itu sebabnya saya tidak mau pulang ke rumah.”

“Pucuk dicinta, ulam tiba,” pikir penghulu itu. “Kubiarkan Abu Nawas tidur disini dan aku pergi kerumah Abu Nawas menemui istrinya, sudah lama aku menaruh hati kepada perempuan cantik itu.”

“Hai Abu Nawas,” kata si penghulu, “Bolehkah aku menyelesaikan perselisihan  dengan istrimu itu?”
“Silakan,” jawab Abu Nawas. “Hamba sangat berterima kasih atas kebaikan hati tuan.”

Maka pergilah penghulu ke rumah Abu Nawas dengan hati berbungan-bunga, dan dengan wajah berseri-seri diketuknya pintu rumah Abu Nawas. Begitu pintu terbuka ia langsung mengamit istri Abu Nawas dan diajak duduk bersanding.

“Hai Adinda,,,” katanya. “Apa gunanya punya suami jahat dan melarat, lagi pula Abu Nawas hidupnya tak karuan, lebih baik kamu jadi istriku, kamu dapat hidup senang dan tidak kekurangan suatu apa.”
“Baiklah kalau keinginan tuan demikian,” jawab istri Abu awas.

Tak berapa lama kemudian terdengar pintu diketuk orng, ketukan itu membuat penghulu belingsatan, “kemana aku harus bersembunyi ia bertanya kepada nyonya rumah.

“Tuan penghulu….”  Jawab istri Abu Nawas, “Silahkan bersembunyi di dalam kandang itu,” ia lalu menunjuk kandang yang terletak di dalam kamar Abu Nawas.

Tanpa pikir panjang lagi penghulu itu masuk ke dalam kandang itu dan menutupnya dari dalam, sedangkan istri Abu Nawas segera membuka pintu, sambil menengok ke kiri-kanan, Abu Nawas masuk ke dalam rumah.

“Hai Adinda, apa yang ada di dalam kandang itu.?” Tanya Abu Nawas.
“Tidak ada apa-apa,” jawab Istrinya. “Apa putih-putih itu?” tanya Abu Nawas, lalu dilihatnya penghulu itu gemetar karena malu dan ketakutan.

Setelah delapan hari Abu Nawas memanggil delapan kuli untuk memikul kandang itu ke Istana. Di Bagdad orang  gempar ingin melihat Harimau berjenggot. Seumur hidup, jangankan melihat,  mendengar harimau berjenggot pun belum pernah. Kini Abu Nawas malah dapat seekor. Mereka terheran-heran akan kehebatan Abu Nawas. Tetapi begitu dilihat penghulu di dalam kandang, mereka tidak bisa bilang apa-apa selain mengiringi kandang itu sampai ke Istana hingga menjadi arak-arakan yang panjang. Si penghulu malu bukan main, arang di muka kemana hendak disembunyikan. Tidak lama kemudia sampailah iring-iringan itu ke dalam Istana.

“Hai Abu Nawas, apa kabar?” tanya Baginda Sultan, “Apa kamu sudah berhasil mendapatkan harimau berjenggot?”

“Dengan berkat dan doa tuanku, Alhamdulillah hamba berhasil,” jawab Abu Nawas.

Maka dibawalah kandang itu ke hadapan Baginda, ketika Baginda hendak melihat harimau tersebut, si penghulu memalingkan mukanya ke arah lain dengan muka merah padam karena malu, akan tetapi kemanapun ia menoleh, kesitu pula Baginda memelototkan matanya. Tiba-tiba Baginda menggeleng-gelengkan kepala dengan takjub, sebab menurut penglihatan beliau yang ada di dalam kandang itu adalah penghulu Musalla. Abu Nawas buru-buru menimpali, “Ya tuanku, itulah Harimau berjenggot.”

Tapi baginda tidak cepat tanggap, beliau termenung sesaat, kenapa penghulu dikatakan harimau berjenggot, tiba-tiba baginda bergoyang kekiri dan ke kanan seperti orang berdoa. “Hm, hm, hm oh penghulu…”

“Ya Tuanku Syah Alam,” kata Abu Nawas, “Perlukah hamba memberitahukan kenapa hamba dapat menangkap harimau berjenggot ini di rumah hamba sendiri ?”

“Ya, ya,” ujar Baginda sambil menoleh ke kandang itu dengan mata berapi-api. “ya aku maklum sudah.”

Bukan main murka baginda kepada penghulu itu, sebab ia yang semestinya menegakkan hukum, ia pula yang melanggarnya, ia telah berkhianat. Baginda segera memerintahkan punggawa mengeluarkan penghulu dari kandang dan diarak keliling pasar setelah sebelumnya di cukur segi empat, agar diketahui oleh seluruh rakyat betapa aibnya orang yang berkhianat.

Sumber kisah dari  Alkisah Nomor 20 / 27 Sep – 10 Okt 2004
*sufiz.com/
Lengkapnya Klik DISINI
Recent Post widget Inspirasi Rabbani

Menuju

Blog Tetangga

Blog Tetangga
Klik Gambar untuk Berkunjung

Luwuk Banggai SULTENG

Luwuk Banggai SULTENG
ebeeee......