Assalamu Alaikum, Selamat datang Saudaraku. Semoga BLOG ini bermanfaat dan harapan kami agar Anda sering datang berkunjung. Wassalam. ==> YAHYA AYYASY <==

Kisah Mujahid Penyelam Handal Pilihan Khalifah Umar

Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!

Ada pesan khusus dari Khalifah Umar bin Khattab kepada panglima Abu Musa al Asy’Ari saat ditugaskan mengejar Hurmuzan dan pasukannya, “Sertakan penunggang kuda bernama Majza’ah bin ats Tsaur as Sadusi dalam pasukanmu.” Siapakah mujahid yang bernama Majza’ah ini? Sampai-sampai Khalifah harus menyebut namanya secara khusus agar diikut sertakan dalam satuan pasukan?
Mari kita simak kisah shahabat yang satu ini.

Pasukan Abu Musa dari Kufah bergabung dengan pasukan dari Bashrah lalu bertolak menuju Ahwaz, salah satu daerah kekuasaan Persia. Selain pengejaran, target lain pasukan Islam kali ini adalah menaklukkan kota Tustar, tempat di mana Hurmuzan bersembunyi. Tustar adalah salah satu permata terindah yang dimiliki Persia. Dibangun dengan sangat cerdas di atas sebuah dataran tinggi yang memiliki sungai besar bernama Dujail, berikut waduk yang dibangun oleh Raja Sabur. Tak hanya megah, Tustar juga dikelililingi benteng yang menurut ahli sejarah adalah benteng terkuat yang pernah ada. Benteng menjulang itu semakin sulit ditembus dengan adanya parit yang mengelililinginya dari ujung ke ujung serta dijaga prajurit-prajurit terkuat.

Dan benarlah, setelah sampai di sana dan melakukan pengepungan, sampai 11 bulan pasukan Islam tak sedikitpun mampu mendekat. Hari demi hari hanya dilalui dengan perang tanding sebelum akhirnya terjadi peperangan yang tak terlalu berdampak. Nah, di sinilah Majza’ah mulai menunjukkan jati dirinya. Kapan? Saat perang tanding. Bayangkan, ada 100 pertandingan yang berhasil dimenangkan singa Islam yang satu ini. Artinya, ada 100 jagoan dari Persia yang tak hanya K.O. tapi tewas di ujung pedangnya. Luar biasa ! Setelah itu, barulah Abu Musa dan para pasukan mengerti, mengapa Khalifah sedikit memaksa agar Majza’ah diikutkan dalam barisan.

Setelah 11 bulan yang melelahkan itu, pasukan musuh malah mundur dan masuk ke gerbang lalu menutupnya. Dan itulah awal penderitaan yang lebih mengerikan yang harus dihadapi pasukan kaum muslimin. Kini musuh mengandalkan sniper-sniper mereka untuk menembaki pasukan Islam dari atas benteng. Mereka juga melemparkan sejenis rantai dengan kait-kait tajam pada ujungnya. Siapapun yang berani mendekat, kait-kait itu akan merobek dan mencincang dagingnya.

Saat itu, pasukan Islam hanya bisa berharap bantuan dari Allah. Di saat yang genting dan memancing keputusasaan itu, tiba-tiba Abu Musa mendapatkan surat yang dikirim dengan anak panah yang dilempar oleh seseorang dari atas benteng musuh. Isinya, si pelempar bisa menunjukkan celah agar kaum muslimin bisa menembus benteng dan masuk ke kota. Syaratnya, ia dan keluarganya diberi jaminan keamanan. Abu Musa pun menyetujuinya dengan membalasnya melalui anak panah. Lelaki itupun turun dengan diam-diam lalu menjelaskan mengapa ia ‘berkhianat’. Ternyata, Hurmuzan telah membunuh kakak sulungnya, merampas harta dan keluarganya. Karenananya, ia ingin agar pasukan Abu Musa membalaskan dendamnya. Satu pelajaran, kezhaliman kita berpotensi mengubah teman menjadi lawan.

Setelah disepakati, ia meminta satu orang pasukan Islam yang benar-benar pandai berenang untuk membuka celah itu.

Abu Musa memanggil Majza’ah dan meminta satu orang dari kaumnya yang pandai berenang untuk ikut bersama orang asing tersebut. Ternyata, Majza’ah tidak menunjuk orang lain, dia katakan, dia pandai berenang dan siap melaksanakan tugas tersebut. Abu Musa pun menyetujuinya dan memerintahkan agar Majza’ah fokus pada misi untuk mencari celah dan tidak melakukan hal lain.

Orang asing itupun membawa Majza’ah menuju satu lorong yang menghubungkan antara sungai dengan pusat kota. Lorong berair itu kadang lebar sehingga ia bisa berjalan, kadang pula sempit hingga harus berenang dan menyelam. Akhirnya ia bisa sampai di pusat kota, tempat di mana Hurmuzan tinggal. Bahkan dalam penyusupan itu, ia sempat melihat Hurmuzan dan berniat membunuhnya, tapi ia urungkan karena teringat pesan Abu Musa.

Misi sukses. Hari berikutnya, Abu Musa memilih 300 tentara terkuat agar menerobos bersama Majza’ah. Majza’ah berpesan pada pasukan perintis itu agar mereka tidak membawa apapun selain pedang. Bahkan pakaian pun tidak boleh yang berkain tebal agar tidak memberatkan.

Bersamaan dengan itu pasukan Abu Musa juga berangkat menuju gerbang yang direncanakan bakal dibuka dari dalam oleh 300 pasukan. Di sinilah kekuataan Majza’ah kembali tampak. Dari 300 pasukan itu, 220 orang gugur saat melewati lorong bawah tanah yang ganas itu. 80 sisanya, termasuk Majza’ah, berhasil mencapai ujung lalu serempak berhamburan menuju gerbang sembari bertakbir. Takbir mereka disambut takbir oleh pasukan Abu Musa yang telah menunggu dan hendak merangsek ke dalam. Perang pun mendadak pecah dengan dahsyatnya. Gerbang dibuka dan pasukan Islam menyerbu ke dalam.

Dari kejauhan, Majza’ah melihat Hurmuzan. Dengan penuh keberanian, ia mendekat dan langsung berduel dengannya. Akan tetapi, perjuangannya menempuh lorong telah menyedot kekuatannya. Ia berhasil melukai Hurmuzan, tetapi sabetan Hurmuzan lebih dalam dan membuatnya jatuh ke tanah. Tubuh pendekar hebat itu tersungkur dan menjemput keberuntungannya sebagai syahid.

Lalu, perang pun berakhir, dan Hurmuzan berhasil ditawan. Pasukan Islam pulang membawa berita gembira atas kemenangan mereka, juga sebuah berita takziyah atas meninggalnya pahlawan Islam sejati, Majza’ah bin ats Tsaur as Sadusi.

Bagi kaum muslimin, gugurnya Majza’ah adalah berita yang sangat mengharukan dan membuat mereka kehilangan. Tapi bagi Majza’ah sendiri, insya’Allah, adalah sebuah happy ending dari kisah hidupnya yang penuh heroisme itu. Tidak masalah meski Hurmuzan tidak tewas di tangannya. Di akhirat kelak, yang akan melambungkan namanya bukanlah nama musuh yang dibunuhnya, tapi besarnya perngorbanan yang telah diberikan untuk menegakkan dien-Nya. Allahu Akbar ! *sumber


Diambil dari Shuwarun min Hayatish Shahabah karya DR. Abdurrahman Ra’fat Basya.

Lengkapnya Klik DISINI

Taujih Anis Matta: 'Keberanian itu, Sesungguhnya Kesabaran Sesaat'

Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!

 

Tidak ada keberanian yang sempurna tanpa kesabaran. Sebab kesabaran adalah nafas yang menentukan lama tidaknya sebuah keberanian bertahan dalam diri seorang pahlawan.

Maka dahulu ulama kita mengatakan: "Keberanian itu, sesungguhnya hanyalah kesabaran sesaat."

Risiko adalah pajak keberanian. Dan hanya kesabaran yang dapat menyuplai seorang pemberani dengan kemampuan untuk membayar pajak itu terus-menerus. Dan itulah yang dimaksud Allah swt dalam firman-Nya: "Jika ada di antara kamu dua puluh orang penyabar, niscaya mereka akan mengalahkan dua ratus orang. Dan jika ada di antara kamu seratus orang (penyabar), niscaya mereka akan mengalahkan seribu orang kafir."(QS. 8: 65).

Ada banyak pemberani yang tidak mengakhiri hidup sebagai pemberani. Karena mereka gagal menahan beban resiko. Jadi keberanian adalah aspek ekspansif dari kepahlawanan. Tapi kesabaran adalah aspek defensifnya. Kesabaran adalah daya tahan psikologis yang menentukan sejauh apa kita mampu membawa beban idealisme kepahlawanan, dan sekuat apa kita mampu survive dalam menghadapi tekanan hidup. Mereka yang memiliki sifat ini pastilah berbakat menjadi pemimpin besar. Coba simak firman Allah swt ini: "Dan Kami jadikan di antara mereka sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka bersabar dan mereka selalu yakin dengan ayat-ayat Kami." (QS. 32 : 24).

Demikianlah kemudian ayat-ayat kesabaran turun beruntun dalam Qur'an dan dijelaskan dengan detil beserta contoh aplikasinya oleh Rasulullah saw, sampai-sampai Allah menempatkan kesabaran dalam posisi yang paling terhormat ketia la mengatakan: "Mintalah pertolongan dengan kesabaran dan sholat. Sesungguhnya urusan ini amatlah berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu'." (QS. 2: 45 )

Rahasianya adalah karena kesabaran ibarat wanita yang melahirkan banyak sifat lainnya. Dari kesabaranlah lahir sifat santun. Dari kesabaran pula lahir kelembutan. Bukan hanya itu. Kemampuan menjaga rahasia juga lahir dari rahim kesabaran. Demikian pula berturut-turut lahir kesungguhan, kesinambungan dalam bekerja dan yang mungkin sangat penting adalah ketenangan.

Tapi kesabaran itu pahit. Semua kita tahu begitulah rasanya kesabaran itu. Dan begitulah suatu saat Rasulullah saw mengatakan kepada seorang wanita yang sedang menangisi kematian anaknya: "Sesungguhnya kesabaran itu hanya pada benturan pertama." (Bukhari dan Muslim). Jadi, yang pahit dari kesabaran itu hanya permulaannya. Kesabaran pada benturan pertama menciptakan kekebalan pada benturan selanjutnya. "Mereka memanahku bertubi-tubi, sampai-sampai panah itu hanya menembus panah," kata penyair Arab nomor wahid sepanjang sejarah, Al-Mutanabbi.

Mereka yang memiliki naluri kepahlawan dan keberanian, harus mengambil saham terbesar dari kesabaran. Mereka harus sabar dalam segala hal: dalam ketaatan, meninggalkan maksiat atau menghadapi cobaan. Dan dengan kesabaran tertinggi, "sampai akhirnya kesabaran itu sendiri yang gagal mengejar kesabarannya," kata Imam Ibnul Qayyim (sahrulfadlishikamaru) sumber
Lengkapnya Klik DISINI

Alhamdulillah, Sudah Ditemukan Obat Alami Gagal Ginjal Tanpa Harus Cuci Darah, Tolong Bagikan Info Kesehatan Ini

Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!

Screenshot_80 

Daun kelor yaitu satu diantara tipe sayuran yang sekarang ini popular karena memiliki banyak manfaat untuk kesehatan.

Apabila Kita Saksikan dibalik kelor nyatanya daun kelor itu Mengandung

3x Potasium daripada Pisang
4x Vitamin A dari Wortel
25x Zat Besi daripada Bayam
7x Vitamin C Jeruk
4x Kalsium Susu
3x Protein Yoghurt

Sungguh mengagumkan bukan? Sayur ini asli Indonesia sudah popular faedahnya sampai ke mancanegara. Banyak peneliti yang sudah temukan manfaat daun kelor untuk kesehatan tubuh.

Daun kelor telah dikira sebagai tanaman ajaib yang dapat digunakan sebagai obat herbal semuanya penyakit. Kandungan vitamin C daun kelor makin banyak dari sayur maupun buah yang lain, Selain itu, kandungan vitamin A dan potasium dalam daun kelor sangat tinggi.

Tidak heran apabila daun kelor dikira sebagai tanaman ajaib yang sangat bagus untuk tubuh.
Kandungan-kandungan dalam daun kelor ini buat daun kelor mempunyai begitu banyak manfaat.
Manfaat daun kelor untuk tubuh sangat banyak, mulai dari mengobati penyakit dalam sampai penyakit luar. Tersebut beberapa manfaat yang bisa diambil dari daun kelor.

1. Menyehatkan kulit
Daun kelor mempunyai kandungan vitamin c dan anti-oksidan yang sangat tinggi, ke-2 zat ini sangat baik untuk kesehatan kulit. Daun kelor yang jadikan sebagai sayur dan dikonsumsi lewat cara teratur dapat melembutkan kulit dan menghindar timbulnya jerawat. Daun kelor yang ditumbuk bisa pula untuk jadikan masker muka yang bisa bikin kulit muka semakin halus dan cantik.

2. Menangani Diabetes
Satu diantara manfaat daun kelor yaitu dapat mengatasi diabetes. Manfaat daun kelor untuk diabetes dapat kurangi kandungan gula dalam darah.
Daun kelor dapat jadikan sebagai insulin alami untuk mengatasi diabetes. Makan sayur daun kelor bisa pula menghindar penyakit gula darah atau diabetes.

3. Menyehatkan Mata
Daun kelor banyak juga terdapat vitamin A yang sangat baik untuk mata. Konsumsi daun kelor dapat buat mata selalu dalam kondisi sehat dan jernih.
Daun kelor bisa pula menyembuhkan penyakit mata, langkahnya bisa dikonsumsi selekasnya ataupun air rebusan daun kelor di basuhkan pada mata yang sakit setiap hari sampai pulih.

4. Menghindar kanker
Anti-oksidan dalam daun kelor sangat tinggi, selain itu daun kelor mempunyai kandungan potasium yang banyak. Satu diantara manfaat dari daun kelor yaitu dapat menghindar kanker.
Manfaat daun kelor untuk kanker yaitu dapat memperlambat bahkan hentikan dan singkirkan kanker yang ada dalam badan.

5. Mengobati rematik
Daun kelor juga sangat baik untuk mengobati rematik. Manfaat daun kelor untuk pengobatan rematik dapat kurangi rasa sakit pada sendi dan dapat kurangi penimbunan asam urat pada sendi sampai dapat menyembuhkan rematik atau asam urat

Daun kelor memang sudah sangat popular di mancanegara maupun di dalam negeri. Bermacam penyakit bisa diobati dengan daun kelor. Terkecuali dapat mengobati bermacam penyakit, daun kelor juga sangat baik untuk dikonsumsi setiap hari.

Manfaat daun kelor yang dikonsumsi setiap hari yaitu dapat tingkatkan kekebalan badan sampai badan tidak mudah sakit. Diluar itu, kelor bisa pula tingkatkan kekebalan badan dari bermacam virus yang ada.

http://updateterbaruu.tk/index.php/2016/01/29/alhamdulillah-sudah-ditemukan-obat-alami-gagal-ginjal-tanpa-harus-cuci-darah-tolong-bagikan-info-kesehatan-ini/

Lengkapnya Klik DISINI

Teman Baik Selalu Dicari, Teman Jahat Dihindari

Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!

Persahabatan (Psychologytoday)
Sebagai makhluk sosial, manusia tentu memerlukan teman dalam kehidupannya. Namun demikian, seseorang harus mencari teman baik dan menjauhi teman jahat. Sebab, kehidupan seseorang akan terpengaruh oleh temannya.

Alangkah senangnya jika seseorang mempuyai teman baik yang lembut kata-katanya dan santun bahasanya. Itulah orang yang hidup bahagia.

Sungguh, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

إِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ وَلَا يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ

“Tiada lemah lembut dalam suatu hal kecuali menjadi perhiasan baginya, dan tidak tercerabut dari suatu hal kecuali mengotorinya.”

Lembut dalam bertutur kata, senyum yang tersungging di wajah dan sapaan yang berbudi saat berjumpa adalah perhiasan-perhiasan yang senantiasa dikenakan oleh orang-orang yang berbahagia.

Seandainya ia jatuh menimpa bunga tidak akan mematahkannya, karena Allah Ta’ala meletakkan sugesti dalam lemah lembut yang tidak diberikan pada sikap keras dan kaku.

Ingat, di kalangan manusia ada orang-orang yang kedatangannya selalu dinantikan, gerak-geriknya selalu menjadi perhatian, hati-hati berbunga dan jiwa-jiwa berbahagia dengan keberadaannya

Sebab, mereka adalah orang-orang yang dicintai tutur katanya, saat memberi, menerima, membeli, menjual, berjumpa dan berpisah dengannya. Semuanya mereka lembari dengan keramahan dan kesopanan.

Menarik teman merupakan suatu seni yang dapat dipelajari dan secara nyata telah dikuasai oleh orang-orang hebat.

Sambutan luar biasa oleh khalayak ramai dengan penuh suka cita saat ia datang dan di tengah-tengah mereka, dan suasana kelabu, hujan tangis, duka mendalam serta ratapan doa jika ia telah pergi meninggalkan mereka.

Orang-orang yang berbahagia tersebut memiliki suatu undang-undang moral tinggi yang bertemakan firman Allah Ta’ala,

اِدْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيْمٌ

”Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan antara kamu dan dia akan seperti teman yang setia.” (QS. Fushshilat: 34)

Mereka menghancurkan dengki dan iri hati orang-orang di sekitarnya dengan keteguhan hati, kesabaran, kemaafan, melupakan segala hal yang menyakitkannya dan selalu mengenang kebaikan yang diberikan kepadanya.

Kata-kata kotor yang terdengar di telinganya tidak sampai masuk ke dalam hatinya, tetapi langsung dibuang jauh sekira tidak akan kembali lagi, dan mereka hidup dalam gelimang ketenangan.

Manusia yang dekat dengannya merasakan keamanan dan kaum muslimin di sekitarnya merasakan kenyamanan.

”Muslim sejati adalah jika manusia selamat dari lisan dan tangannya, dan mukmin sejati adalah jika manusia merasa terjamin darah dan harta bendanya.”
”Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadaku untuk menyambung orang yang memutus kekerabatanku, memberi maaf orang yang bertindak aniaya kepadaku dan memberi kepada orang yang menolakku.”

”Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain.” (QS. Ali ’Imrân: 134)

Allah Ta’ala memberi kabar gembira kepada mereka dengan adanya ganjaran di dunia yang berupa hidup penuh ketenangan, ketenteraman dan kedamaian, serta menyediakan pahala agung di akhirat kelak dengan bertetangga dengan-Nya.

إِنَّ الْمُتَّقِيْنَ فِي جَنَّاتٍ وَنَهَرٍ، فِي مَقْعَدِ صِدْقٍ عِنْدَ مَلِيْكٍ مُقْتَدِرٍ

Di taman-taman dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi; di sisi Tuhan Yang Mahakuasa. (QS. Al-Qamar: 54-55)

Demikian dikutip dari kitab Kuni Aniqah karya Shafa Syamandi. [Abu Syafiq/BersamaDakwah]
Lengkapnya Klik DISINI

Khilafah versi HT Mengikuti Uswah Yahudi

Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!

 

Oleh Mohammad Zubaidi:
SAYA & HIZBUT TAHRIR

Awal 1983 adalah awal interaksiku dg Hizbut Tahrir (HT) di Berlin. Saya berteman akrab dg mereka, saling mengunjungi, makan bareng dg mereka dan jadi khotib Jumat di masjid mereka.
Salah satu sahabat saya pada periode Berlin itu adalah Ismail Wahwah atau Abu Anas yg skrg jadi tokoh internasional HT.

Kalau HTI mengadakan acara besar dia menyempatkan diri dtg ke rumah.

Ketika saya di Sydney diapun mengunjungiku dan juga mengundangku ke rumahnya dan memintaku ceramah di markaz HT.

Meskipun begitu saya tdk pernah jadi HT.

Sekian tahun yang lalu saya hadir di pertemuan HTI di Wisma Dharmala, jl. Sudirman, Jakarta.

Disana ada sdr. Hari Mukti dan juga sdr. Ismail Yusanto.
Dalam pertemuan itu saya sempat mengkritisi HTI yg di semua kesempatan, ketika demo dll selalu mengajak mendirikan Khilafah.

Saya sdh curiga dari waktu itu: ada apa? Kenapa pemerintah Indonesia yg berdasar pancasila yg represif thdp segala upaya merobah pancasila bisa membebaskan HTI dg upayanya merobah RI menjadi negara Khilafah.

Maka saya peringatkan kpd sdr. Ismail dan seluruh anggota HTI agar hati2. Saya khawatir mereka dibebaskan spt dibebaskannya masyarakat tanjung priok dg ceramah2 keras utk akhirnya dibabat habis oleh benny moerdani.

Saya katakan kepada Ismail Yusanto bhw di Al-Quran dan As-Sunnah serta semua kitab Sirah tdk pernah kita dapatkan Nabi SAW, yg menjadi tauladan kita, mengajak para shahabat mendirikan Negara Islam.

Tapi yg terjadi Nabi SAW berdakwah dan berjihad maka Negara Islam dg sendirinya berdiri.

Seandainya Nabi SAW dari awal mencanangkan pendirian negara Islam dari awal pastilah permusuhan golongan dan kerajaan2 kafir makin keras, sehingga cara spt itu jelas tdk bijak.

Oleh karena itu jika kita mengacu pada sunnah Nabi SAW perjuangan Islam dg gembar-gembor mendirikan Khilafah (Negara Islam) adalah tdk tepat dan menyalahi sunnah.

Tapi... jawaban yg mengejutkan dari sdr. Ismail Yusanto, dia mengatakan: "Khilafah adalah platform Hizbut Tahrir. Dan Yahudi jauh sebelum mendirikan Negara Israel mereka sdh mencanangkan pendirian Negara Israel dan mereka berhasil".

AstaghfiruLlah.. koq yg dijadikan uswah malah Yahudi.

Sayang sekali acara di Dharmala itu bukan acara debat, maka saya hanya bisa ngelus dada.

Kalau dilihat dari sini memang sangat sulit kita bisa nyambung dlm diskusi dg HTI.

Bukan karena soal "faham tentang mana yg termasuk hadhoroh dan mana yg tergolong madaniah"...

Tapi karena kita merujuk pada Sunnah, Nabi SAW sebagai Uswatun Hasanah, sedangkan mereka merujuk pada Yahudi.

Saya tidak tahu, mungkin setelah sekian lama kita ngumpul di Wisma Dharmala itu mungkin sekarang sdr. Hari Mukti sudah menemukan ayat atau hadis yg secara langsung Nabi SAW mengajak mendirikan Negara Islam.

Kalau ada maka saya nyatakan siap utk bergabung dg sdr. Hari Mukti di HTI.

Kalau tdk ada maka mari sdr Hari Mukti kita amalkan sunnah Nabi SAW, kita mencontoh cara berjuang beliau.

Itulah cara yang benar spt Allah SWT berfirman:

{قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ}
 
Katakanlah jika kamu memang mencintai Allah maka ikutlah aku (Nabi SAW) niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu, dan Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(Ali Imron 31).

Mengikuti Nabi SAW itu tdk hanya dlm beraqidah, beribadah, berakhlaq dan bermuamalah, tapi juga dlm berjuang.

[8/12 05.13] Halim:
Analisa yg mantap Ustadz, sy juga sdh lama (bedtahun2)menjadi tandatanya, kenapa HTI dibiarkan pemerintah menggembargemborkan akan merubah Pancasila, padahal itu isu sensitif, saat itu analisa saya ada dua kemungkinan, pertama seperti yg Ustadz sampaikan dan yg kedua HTI ini diyakini (pihak2 dalam) pemerintah bisa digunakan utk memecahbelah Ummat Islam, karena cara mereka tdk sesuai dgn cara Rasullah, shg (hasilnya) jauh panggang dari api, wallahu a'lam

[8/12 06.28] Mohammad Zubaidi:
Betul ust. Halim, saya sependapat, HTI sangat manfaat utk musuh2 Islam.

Dg HTI orang2 kafir bisa dg mudah berkuasa entah sebagai kpl daerah, gubernur atau presiden, dg menyingkirkan saingannya, calon pemimpin muslim.

Bayangkan kalau PDI misalnya bikin divisi yg tugasnya menggembosi lawan politik entah brp ratus milyar harus mereka keluarkan utk pendanaan divisi itu.

Dg adanya HTI semua jadi gratis, tanpa sadar HTI jadi relawan buat menyokong klompok2 kafir. HTI tdk hanya golput tapi juga mengajak umat diluar HTI utk golput.

Suatu kebodohan yg luar biasa jika orang ngaku Islam tapi membiarkan org kafir bisa melenggang jadi pemimpinnya dan pemimpin umat.

Mereka punya alat utk mencegah si kafir agar tdk berkuasa tapi tdk digunakan. Entah apa kelak yg akan mereka katakan di hari mahsyar di hadapan Allah. Karena mereka merugikan dan meletakkan umat Islam dlm bahaya, dilain fihak menolong kelompok2 kafir dan mengantar mrk menuju pd kejayaan.

Islam juga sdh mengajarkan kaedah2 yg penting utk kondisi2 darurat.

Misal "apabila dua bahaya bertemu maka haruslah bahaya besar dihindari dg cara mengambil bahaya yg kecil".

Contoh: (1) bahaya ikut mengamalkan satu bagian kecil dari demokrasi yaitu PEMILU dibanding (2) bahaya DIPIMPIN ORANG KAFIR.

Maka orang Islam yg akalnya sehat dan berfungsi pasti bisa menilai bhw dosa membiarkan KAFIR jadi PEMIMPIN lebih bahaya dari dosanya org yg TERPAKSA IKUT PEMILU.

Yang namanya TERPAKSA yg tadinya haram bahkan bisa menjadi halal.
Misal: makan babi krn terpaksa adalah tdk dosa dan HALAL karena terpaksa.

Kalau orang tdk mampu memahami beda kadar bahaya (1) dan (2) tadi
sepertinya perlu dicek jgn2 ilmu Islamnya ilmu karbitan, atau ada konspirasi rahasia dg kafir utk mensukseskan mereka menguasai negeri ini.
 

Lengkapnya Klik DISINI

Kisah Dua Anak Petani Buta Huruf yang Meraih Gelar Doktor Bersamaan

Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!

Sang Kakak Sebagai Wisudawan Terbaik, Sang Adik Sebagai Doktor Termuda

Kisah-Dua-Anak-Petani-Buta-Huruf-yang-Meraih-Gelar-Doktor-Bersamaan

Pada hari Selasa 29 september 2015 UIN Alauddin Makassar melaksanakan wisuda yang ke 75, saya hadir untuk mengikuti wisuda salah satu adik saya berhubung orang tua kami berhalangan hadir, di sebelah kiri saya ada orang tua wisudawan yang umur umurnya kurang lebih 60 tahun, dia menggunakan songkok haji, yang menarik perhatian saya adalah ketika sesi pengumuman wisudawan terbaik dipersilahkan maju ke depan untuk menerima penghargaan sebagai wisudawan terbaik di semua jenjang, tiba-tiba saya melihat orang tua di sebelah kiri saya tadi meneteskan air mata, bahkan terdengar bahwa dia sedang menangis, orang tua itu kemudian mengambil tissue untuk menghapus air matanya, saya kemudian bertanya kepada orang tua tersebut.
“Pak haji kenapa menangis?”

Dia menjawab dengan bahasa daerah (Bahasa Fattae, bahasa yang digunakan di daerah Kanang, salah satu daerah di Polman Sulbar) saya paham walaupun menggunakan bahasa Fattae karena mirip dengan bahasa Palopo, yang artinya kurang lebih: “anak saya tadi yang diumumkan namanya”,

Saya kemudian bertanya: “siapa nama anaknya pak Haji?”

Dia menjawab: “Gaffar”

Kemudian saya mencoba untuk mencari nama yang dia maksud Pak Haji tadi, sebab saya sedang asik balas sms, sehingga saya tidak mendengar dengan baik pengumuman wisudawan terbaik. Saya sms ke adik saya perihal nama yang disebutkan oleh pak Haji tadi.

Adik saya membalas Sms tersebut bahwa nama lengkap anak pak Haji tadi yaitu: Dr. Abdul Gaffar, S.Th.I., M.Th.I. sesuai yang tertera dalam buku alumni yang dibagikan kepada seluruh wisudawan. Saya sontak kagum melihat pak Haji yang saya yakini bahwa beliau adalah orang yang buta huruf, sebab bahasa Indonesia saja tidak bisa, apalagi membaca dan menulis.

Saya kemudian duduk tenang mengikuti seluruh rangkaian wisuda hari itu, setelah acara wisuda selesai, pak Haji kemudian berdiri dan berjalan dengan terpincang-pincang, saya mengikuti dan meminta untuk saya papa, tetapi beliau menolak dengan halus. Setelah kami berada di lantai dua, lokasi para wisudawan, salah seorang wisudawan datang mendekatinya bersama dengan ibunya, kemudian bersalaman dan mencium tangannya, kemudian saya bertanya kepada wisudawan yang datang tadi.

“kenal dengan pak haji ini?,

Dia menjawab “bapak saya pak?”

Saya kembali bertanya; “adiknya Gaffar ya?” saya bertanya demikian karena wisudawan yang datang tadi masih sangat muda, dalam benak saya dengan usia segini paling cepat baru selesai S2/ Masternya bahkan masih terlihat dari mukanya S1/sarjana, sebab tidak mungkin dia sudah Doktor dalam usia semuda ini.

Saya kemudian berkata kepada pak Haji; “beruntung sekali anda pak haji punya dua anak bersamaan wisudanya, satu doktor dan satu sarjana”

Pak haji itu kemudian menjawab; “doktor ngasanni” yang artinya kurang lebih “doktor semua”
Saya kemudian bertanya ke wisudawan tadi yang baru saja selesai mengangkat telepon.

“kita (kita dalam tradisi bahasa Makassar berarti kata penghargaan dan memuliakan sebagai pengganti anda atau kamu) doktor juga?”

Dia menjawab: “iya, Alhamdulillah promosinya bersamaan harinya dengan kakak kemarin”, saya makin terkagum-kagum melihat keberhasilan kedua orang tua ini dalam mendidik anaknya, sebab orang yang buta huruf dapat melahirkan dua anak doktor sekaligus, istri dari pak haji walaupun bisa menggunakan bahasa Indonesia, tetapi dia juga buta huruf. Tak lama berselang kami berdiri di luar lokasi wisuda, salah seorang wisudawan datang menghampiri kami dan langsung mencium tangan kedua orang tua tadi.

Wisudawan yang datang tadi ternyata Abdul Gaffar, saya kemudian meminta mereka untuk mencari lokasi di mana bisa bercerita dan berbagi tips bersama mereka.
Akhirnya kami sepakat untuk masuk ke ruang wisuda yang sudah mulai kosong.

Dalam perbincangan itu saya mendapati banyak hal positif terkait dengan perjalanan hidup keluarga mereka.

Profesi kedua orang tua mereka adalah petani gula merah (pa’ golla), keduanya orang tua yang tidak pernah mengenyam bangku sekolah alias buta huruf. Anaknya delapan bersaudara semuanya bergelar sarjana kecuali satu orang, bahkan salah satunya sebagai pejabat Kemenag Sulbar.

Salah satu prinsip orang tuanya dalam membiayai anaknya adalah harus dilandasi dengan kejujuran artinya tidak pernah memberikan makan dan biaya dari harta yang haram kepada anaknya.

Bapaknya merasa orang yang paling bodoh di Kanang (salah satu daerah di Polman Sulbar), sehinggan beliau tidak mau kalau anak-anaknya mengikuti jejaknya sebagai orang yang bodoh pula.
Ketika saya bertanya kepada kedua doktor bersaudara tersebut kakaknya menjelaskan bahwa yang mendorongnya untuk melajukan pendidikan lebih tinggi karena mereka mau berubah nasib keluarga mereka dan membuktikan bahwa dengan keterbatasan ekonomi tidak menghalangi untuk meraih cita-cita.

Saya kemudian bertanya kepada mereka berdua untuk berbagi tips dalam meraih doktor sang kakak sebagai lulusan terbaik dan adik sebagai doktor termuda di UIN Alauddin Makassar bahkan tidak banyak di Indonesia, dia kemudian bercerita dari awal sekolah sampai doktor yang saya ringkas dalam sebuah tulisan:

Kakak Lulusan Terbaik
Pantang menyerah dalam menuntut ilmu (selalu menjadi terbaik dalam semua jenjang pendidikan yang ia ikuti)

Saya mondok pada saat berusia 8 tahun tepatnya hari Selasa tgl. 1 Agustus 1989. Lalu tinggal bersama KH. Abd Latif Busyra dan keluarganya. Setiap hari diantar ke sekolah SDN 007 Parappe hingga kelas 4 SD. Pada saat kelas 5 SD, mulai mandiri dan masak dan mencuci sendiri, terkadang kiriman terlambat sehingga makan seadanya seperti makan nasi dengan kepiting empang yang konon tidak boleh dimakan, kadang makan nasi cukup dengan kelapa yang telah diparut lalu diberi garam dan bahkan terkadang makan nasi dengan hanya berteman garam saja atau sekalian buat bubur. Kalau lauknya ikan kering maka itu sudah sangat enak. Untuk mendapatkan uang jajan maka terkadang menjual kerupuk yang diberi gula atau menjual es lilin di sekolah SD. Pengalaman ini dirasakan hingga kelas 2 MTs.

Keterbatasan biaya tidak menghalangi saya untuk belajar, sehingga saat masih duduk di kelas 5 SD, saya sudah mulai membaca kitab kuning yakni Syarah al-Jurumiyah, bahkan pernah Kyai menyuruh menghafal kitab Matan Rahbiyah dan akhirnya saya bisa menghafalnya semalam dengan cara merendam kaki di ember agar tidak tidur dan pada pagi harinya saya hadapkan hafalan Matan Rahbiyah kepada Kyai.

Pada saat kelas 2 MTs, saya diberhentikan dari Pondok Pesantren Salafiyah Parappe karena suatu hal, tetapi peristiwa itu yang membuat saya bisa menginjakkan kaki ke Jawa. Setelah berhenti di Pondok, saya akhirnya membantu orang tua di empang selama 2 bulan. Sebenarnya saya diajak melanjutkan di Pondok Pesantren Mangkoso atau Kaballangan tapi akhirnya bisa melanjutkan di Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan Jawa Timur berkat H. Husain (seorang penduduk Kanang yang sangat senang melihat anak-anak mondok di pesantren) yang rela meminjamkan uang 500 ribu sebagai bekal ke Jawa. Saat itulah saya berangkat ke Jawa diantar oleh alumni dari Sidogiri bernama Ust. Hadisman.

Saat di Sidogiripun, saya harus berusaha untuk menghemat karena uang yang dibawa tidak banyak, terlebih lagi kalau habis maka harus berkirim surat ke kampung (maklum tidak ada telpon saat itu). Jika berkirim surat, paling cepat suratnya sampai sekitar 1 minggu, kemudian orang tua mengirim uang melalui wesel di POS dan sampai ke pondok biasanya 1 minggu juga lalu diumumkan di papan pengumuman.

Saat menunggu kiriman datang, setiap hari saya rajin membaca dan melihat papan pengumuman siapa tahu kiriman sudah datang. Jika kiriman terlambat, saya hanya makan ubi jalar rebus yang harganya saat itu 50 rupiah 1 buah di pagi hari, siang hari dan malam hari. Jika kiriman masih juga terlambat maka langkah terakhir yang dilakukan puasa supaya uangnya cukup hingga kiriman datang. Saya tidak berani juga meminjam uang karena takut tidak bisa membayar.

Kehidupan ini saya jalani selama mondok di Pesantren Sidogiri selama kurang lebih 9 tahun, mulai dari tahun 1996 hingga 2004 dengan suka duka, terlebih lagi saat adik saya M Ali Rusdi juga ikut mondok di Sidogiri sekitar 3 tahun sebelum saya berhenti mondok. Saat saya meminta izin kepada orang tua untuk membawa serta adik mondok, orang tua keberatan karena takut tidak bisa membiayai kami berdua. Akhirnya saya sampaikan biarlah dicoba satu tahun. Jika memang tidak sanggung membiayai kami, saya rela berhenti mondok yang penting adik saya mondok dengan alasan saya sudah lama merasakan pondok. Tapi pada akhirnya orang tua tetap membiayai kami berdua hingga selesai.

Pada tahun 2005, saya sebenarnya tidak ingin kuliah di Makassar atau di Indonesia secara umum. Saya hanya ingin kuliah saat itu di al-Azhar Mesir, namun karena ijazah saya sudah menganggur 3 tahun lebih (lulus 2002) akhirnya saya memutuskan untuk tidak kuliah. Saat pulang ke kampung, semua keluarga membujuk saya agar tetap kuliah meski hanya di Makassar, dan keluarga yang paling ngotot saat itu adalah kakak yang bernama Muhdin (saat ini Ka.Kanwil) tapi tetap saja saya tidak bergeming dan akhirnya pada satu momen, ibu saya menghampiri dan menangis tanpa berkata apa-apa. Saat itu juga saya berangkat ke Makassar dan memutuskan untuk kuliah di Jurusan Tafsir Hadis karena takut durhaka terhadap ibu.

Sebenarnya, saya tidak pernah berpikir mau jadi apa saat itu, yang terlintas dalam pikiran saya bukan ingin menjadi guru atau yang lain tetapi hanya ingin mendapatkan ilmu. Saat mau memilih jurusan, salah seorang kelurga yang bernama Ust. Suddin Bani (salah seorang dosen UIN Alauddin Makassar) memberikan masukan dan pilihan kepada saya dengan mengatakan “Kalau mau jadi guru masuklah di Tarbiyah, kalau mau jadi ulama fikih masuk di Syariah, kalau mau jadi pemikir masuk di Ushuluddin Jurusan Filsafat, tapi kalau mau dapat ilmu masuklah di Tafsir Hadis”. Akhirnya saya memilih Tafsir Hadis dengan harapan bisa mendapatkan ilmu.

Ada satu peristiwa yang tidak bisa saya lupakan yaitu saat mendaftar di bagian akademik rektorat, salah seorang staf berkata kepada saya “Dek, beraninya kita ambil jurusan Tafsir Hadis dengan nilai seperti ini (saat itu, nilai ijazah aliyah saya memang rendah)”, saya kemudian menjawab “Biar bu, saya coba dulu kalau tidak sanggup, saya akan berhenti”.

Singkat cerita saya masuk di Tafsir Hadis tepatnya pada tanggal 1 September 2005. Tidak lama berselang, ada kabar gembira dari Kemenag Pusat bahwa UIN Alauddin diberi amanah menjadi salah satu pelaksana Program Khusus Tafsir Hadis di Indonesia. Akhirnya saya mendaftar dan ikut tes Bahasa Arab dan Bahasa Inggris. Saya masih ingat bahasa Arab saya mendapatkan nilai 90 tapi bahasa Inggris saya dapat nilai 40 (nilai terendah). Namun saya dinyatakan lulus dan masuk dalam urutan 4 besar.

Akhirnya saya sadar bahwa keinginan untuk kuliah di luar negeri tidak terkabul karena Allah sudah mengaturnya bahwa di Makassar ternyata ada beasiswa yang lebih menjanjikan yakni Program Khusus Tafsir Hadis. Saya yakin bahwa beasiswa itu erat kaitannya dengan kepatuhan dan doa ibu yang mengharapkan saya kuliah di Makassar.

Sejak itulah, saya mulai menuntut ilmu tanpa memikirkan biaya karena di samping SPP dibayarkan, kami juga difasilitasi dengan asrama kampus. Pada tahun 2009 tepatnya tanggal 23 Juni 2009 saya bisa menyelesaikan S1 dengan nilai 3,97 dengan predikat Summa Cumlaude, karena dapat menyelesaikan pendidikan kurang dari 4 tahun, skripsi dalam bahasa asing (bahasa Arab) dan dipersentasikan dengan bahasa Arab pula.

Pada bulan berikutnya saya melanjutkan kuliah S2 dan mendapatkan beasiswa 20 besar karena lulus tes pada urutan 12. Saya bisa menyelesaikan S2 dalam jangka 1 tahun 11 bulan dengan predikat Cumlaude dengan IPK 4,00. Pada tahun 2012, saya nekat untuk melanjutkan S3 tanpa berfikir dapat beasiswa atau tidak tapi akhirnya dalam perjalanan kuliah tersebut, saya dua kali mendapat beasiswa BBP dari Kemenag Pusat dan dapat menyelesaikan S3 dalam jangka 3 tahun 6 hari dengan IPK 3,98.

Sang Adik Sebagai Doktor Termuda
Doktor di Usia 28 Tahun (Anak Pa’gollah -pembuat gula merah- jadi Doktor)

Sebab waktu yang sangat terbatas sehingga dia memberikan biografi perjalan pendidikannya yang telah ditulis oleh temannya kepada saya, melalui email.

Dr. M. Ali Rusdi Bedong, S.Th.I., M.H.I., Lahir di Kanang Polmas, 18 April 1987, anak ketujuh dari delapan bersaudara, pasangan dari H. Bedong dan Hj. Harisah, saudara kandungnya: Nurdiah, Muhdin, S.Ag, M.Pd.I, (Kakanwil Kemenag Sulbar) Abdul Majid, S.Pd.I, Dr. Abdul Gaffar, M.Th.I. (Dosen IAIN Kendari), Mustamin, S.Pd.I, Rusnaeni, S.Pd.I, St. Munawwarah, S.Pd.I. Alamat rumah Jalan Mangondang-Kanang Desa Batetangnga Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat. Salah satu moto dan prinsip hidupnya, yaitu : “Di dunia ini tidak ada orang yang bodoh yang ada adalah orang yang tidak mempu menentukan skala prioritas dalam hidupnya”.
Sejak usia 6 tahun sampai usia 28 tahun, ia tidak pernah jeda dalam menuntut ilmu mulai dari TK-SD-MTs-MA-S1-S2-S3 ditempuh selama 23 tahun tanpa jeda, sejak kecil ia tidak pernah membayangkan dapat mendapat gelar doktor di usia yang relatif muda seperti saat ini. Terlebih lagi bila melihat latar belakang kedua orang tuanya yang tidak pernah sekolah dan buta huruf, bahkan ayahnya hanya dapat berkomunikasi dengan bahasa Fattae (bahasa daerah orang Kanang). Akan tetapi kedua orang tuanya memiliki tekad yang kuat untuk menyekolahkan anak-anaknya, sehingga sangat marah bila melihat ada anaknya tidak berangkat ke sekolah, sebab ayah memiliki prinsip: “biarlah saya orang yang paling bodoh di kampung ini (Kanang), tapi jangan sampai ada anak-anak yang mengikuti jejak saya.”

Ketika menempuh pendidikan pada SDN No. 012 Kanang, ia hidup sebagaimana anak pada normalnya yaitu bermain dan sesekali membantu orang tua, pada saat kelas enam SD, ia bersama teman-temannya bermain sepak bola di sebuah lapangan kecil, ia mengalami cedera patah tulang pada kaki yang membuat harus dirawat di rumah selama kurang lebih tiga bulan, pada titik inilah ia merasa putus asa, karena ia tidak bisa berbuat apa-apa dan tidak berdaya, sebab cita-cita sederhananya dulu, cukup jadi petani coklat atau menggarap sawah saja sudah cukup, peristiwa itu pula membangkitkan keinginan untuk sekolah sampai ke perguruan tinggi menjadi impiannya, setalah lulus SD pada tahun 2000. Selanjutnya sekolah menengah pertama di tempuh di Madrasah Tsanawiyah al-Ihsan DDI Kanang dan lulus pada tahun 2003.

Setalah menyelesaikan pendidikan tingkat pertama, ia melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren Sidogiri Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa Timur, tahun 2003-2005 dan diterima pada kelas tiga Ibtidaiyah hingga kelas satu Tsanawiyah namun ijazahnya bersifat informal, sehingga ia juga mengikuti pendidikan tingkat atas di luar Pondok Pesantren Sidogiri, namun tidak tamat dan akhirnya pindah ke Madrasah Aliyah Pergis Campalagian Kabupaten Polewali Mandar dan lulus pada tahun 2006.

Pada tahun 2006, ia melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi dengan memilih jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar dan lulus pada tahun 2010 dengan predikat summa cumlaude karena ia dapat menyelesaikan pendidikannya dalam tiga tahun sembilan bulan dengan judul skripsi dalam Bahasa Arab “al-Faqr wa ‘Ilajuh fi Tasawwur al-Qur’an”. Di tengah-tengah pendidikannya di S1, ia sempat menjabat sebagai Ketua BEM Fakultas Ushuluddin dan Filsafat periode 2009-2010.

Pada tahun 2010, ia melanjutkan pendidikan di Pascasarjana Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar dengan memilih konsentrasi yang berbeda dengan konsentrasi S1. Konsentrasi yang dipilihnya adalah Syariah/Hukum Islam padahal strata satunya adalah Tafsir Hadis, namun ia dapat menyelesaikannya pada tahun 2012 dengan judul tesis “Implementasi Maqashid al-Mukallaf terhadap Pelaksanaan Hukum Islam” dalam jangka waktu satu tahun sepuluh bulan dengan rata-rata 3,75. Sebetulnya melanjutkan ke jenjang S2 bukan merupakan keinginannya, akan tetapi kedua kakaknya (Ka’ Muhdin dan Ka’ Gaffar) memberikan saran agar lanjut, dan mereka berdua siap membantu biaya yang dibutuhkan selama proses kuliah.

Pada tahun 2012, ia kemudian melanjutkan pendidikannya pada program doktor dengan memilih konsentrasi Syariah/Hukum Islam dan lulus apada tahun 2015 dengan masa studi 3 tahun 6 hari dengan IPK 3,98. Pada awal masuk di S3 dengan usia 25 tahun, membuat sebagian teman-teman kelas meremehkan dan tidak berharap banyak, bahkan sering dianggap sebagai mahasiswa S1, akan tetapi ia mampu membuktikan ketika tampil sebagai pemakalah.

Di samping sebagai mahasiswa pascasarjana, sejak tahun 2012, ia menjadi dosen luar biasa pada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar hingga 2015 dan pada tahun 2014, ia mengikuti seleksi penerimaan pegawai negeri sipil sebagai dosen bidang fikih muamalah dan Alhamdulillah dinyatakan lulus di STAIN Pare-pare. Ia juga telah menulis sebuh buku yang diterbitkan oleh Alauddin University Press dengan judul “Implimentasi Maqashid al-Mukallaf terhadap Pelaksanaan Hukum Islam: Solusi Aplikatif Menuju Fatwa Komprehensif” tahun 2014.

Selama menjalani perkuliahan S1-S2-S3 tentulah tidak selamanya mulus. Ada berbagai hambatan dan rintangan yang menemani perjalanan kuliahnya. Ada saja masalah yang menganggu dan mencoba menghalangi untuk bisa lulus tepat waktu. Masalah biaya salah satu kendala yang paling sering menggangu, sebab sangat berat untuk minta uang ke orang tua ketika ada kebutuhan, sebab ia sadar betul bahwa orang tuanya hanya seorang petani Gula (anak pa’golla). Ketika S1 Jumlah uang yang dikirim sangat pas-pas an untuk biaya hidup+biaya beli buku, sehingga tidak ada waktu hidup mewah dan berfoya-foya. Ketika teman-temannya pergi ke Mall dan gonta-ganti HP, ia tetap konsisten dengan hidup apa adanya. Hambatan masalah biaya sudah mulai teratasi setelah melanjutkan studi di S2 dan S3 karena kakaknya Muhdin dan Abdul Gaffar banyak membantu. Menurutnya salah satu hambatan lain yang paling sering ditemui oleh mahasiswa ketika kuliah adalah godaan lawan jenis, sehingga dia punya prinsip dan janji kepada kedua orang tuanya yaitu “promosi dulu, baru respsi” selesaikan kuliah sampai meraih gelar doktor dulu, baru pikirkan menikah.

Saya sangat terharu dan bangga melihat kedua orang tuanya bahkan saya meneteskan air mata melihat kesederhanaan orang tuanya dan keberhasilannya dalam mendidik anak-anaknya. Semoga ini semua dapat dijadikan sebagai motivasi untuk merubah nasib keluarga kita dengan pendidikan. Paling menarik dari kisa mereka berdua ternyata mereka bersamaan masuk S3 program doktor, bersamaan terangkat sebagai dosen CPNS sang kakak di IAIN Kendari, dan sang adik di STAIN PAREPARE, bersamaan selesainya yaitu hari seni, 07 sepetember 2015 hanya beda jam, nilainya sama persis, dan wisudanya juga bersamaan.

Lengkapnya Klik DISINI

Pengumpulan Al-Quran di Masa Abu Bakar

Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!


Di antara peristiwa yang paling mengguncang umat Islam di masa kekhalifahan Abu Bakar adalah wafatnya para penghafal Al-Quran dalam pertempuran Yamamah.

Kondisi tersebut membuat Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu khawatir. Para shahabat telah berpencar ke berbagai pelosok untuk menyampaikan dakwah Islam. Mati syahid menjadi idaman mereka semua. Sementara Al-Quran tersimpan di dalam dada mereka.

Sehingga, kematian mereka secara tidak langsung menjadi penyebab hilangnya Al-Quran. Bertolak dari pemikiran itu, Umar pun bergegas menemui Abu Bakar untuk bermusyawarah dengannya dalam hal pengumpulan Al-Quran dalam satu mushaf.

Pada awalnya Abu Bakar Ash-Shiddiq tidak menyetujui usulan Umar tersebut, dengan alasan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak pernah melakukan itu. Bagaimana mungkin dia melangkahi Nabi.
Namun Umar tidak lekas menyerah, dia terus berusaha meyakinkan Abu Bakar dan menjelaskan berbagai sisi positif dari upaya pengumpulan Al-Quran tersebut. Sampai akhirnya Abu Bakar pun tercerahkan dan bersedia menerima usulan Umar itu.

Sang penulis wahyu, Zaid bin Tsabit menceritakan situasi genting tersebut:

“Abu Bakar mengirimi aku berita tentang kematian pasukan Islam di Yamamah. Ternyata Umar bin Khaththab sedang bersamanya.

Abu Bakar bercerita padaku, Umar datang kepadaku sambil mengatakan,

“Sesungguhnya perang Yamamah telah merenggut nyawa para penghafal Al-Quran, aku khawatir akan lebih banyak lagi para penghafal Al-Quran yang meninggal dalam peperangan berikutnya.

Dengan demikian, Al-Quran akan hilang bersamaan dengan wafatnya mereka. Maka aku menyarankan agar engkau segera memerintahkan upaya pengumpulan Al-Quran.”

Aku (Abu Bakar) katakan, “Bagaimana mungkin engkau melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam?”

Umar menjawab, “Demi Allah, upaya tersebut merupakan sesuatu yang baik.”

Umar tak berhenti berusaha meyakinkanku, hingga akhirnya Allah Taala membukakan hatiku untuk itu. Aku pun jadi menyetujui pandangan Umar tersebut.
Zaid melanjutkan ceritanya,

“Abu Bakar lalu berkata padaku, “Engkau adalah pemuda cerdas yang tidak pernah kami ragukan. Engkau juga penulis wahyu untuk Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Maka telusuri dan kumpulkanlah Al-Quran.”

Aku (Zaid) katakan, “Demi Allah, kalau mereka menugaskan padaku untuk memindahkan salah satu gunung, tidak akan lebih berat daripada perintah untuk mengumpulkan Al-Quran.”

Aku (Zaid) pun bertanya kepadanya, “Bagaimana mungkin kalian melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam?”

Abu Bakar menjawab, “Demi Allah, upaya tersebut merupakan sesuatu yang baik.”

Abu Bakar terus berusaha membujukku, sampai akhirnya Allah Ta’ala membukakan hatiku sebagaimana sebelumnya telah membukakan hati Abu Bakar dan Umar Radhiyallahu Anhuma.

Aku pun mulai menelusuri keberadaan lembaran mushaf Al-Quran. Aku kumpulkan Al-Quran dari yang tertulis di pelepah kurma dan lempengan batu putih serta dari hafalan para shahabat, sampai aku mendapatkan akhir surat At-Taubah dari Abu Khuzaimah Al-Anshari yang tidak saya dapatkan dari orang lain seorang pun.

Seluruh lembaran Al-Quran kemudian disimpan di rumah Abu Bakar sampai dia meninggal dunia. Kemudian disimpan oleh Umar selama dia hidup, selanjutnya disimpan oleh Hafshah binti Umar Radhiyallahu Anhuma.”

Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu berkata, “Orang yang paling besar jasanya dalam pembuatan mushaf adalah Abu Bakar. Dialah yang pertama kali mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf.”
Demikian dikutip dari buku 10 Shahabat yang Dijanjikan Masuk Surga karya Abdus Sattar Asy-Syaikh. [Abu Syafiq/BersamaDakwah]
Lengkapnya Klik DISINI

[Ibroh] Jatuhnya Granada, Benteng Terakhir Islam Andalusia

Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!

 

Awalnya Raja Ferdinand mengutus mata-matanya untuk mengetahui kondisi Granada (wilayah terakhir Islam Andalusia), mereka menemukan seorang bocah menangis, lalu si mata-mata bertanya, "Apa yang membuat kamu menangis?" Sang bocah menjawab, "Saya menangis karena anak panah saya tidak tepat sasaran". Si mata-mata berkata, "Kenapa anda tidak mencoba lagi? nanti panah anda akan menancap pada sasarannya". Sang bocahpun memberi jawaban monumental, "Jika satu panah gagal mengenai musuh, apa mungkin musuh memberi kesempatan kepada saya untuk memanahnya lagi?".

Mendapatkan jawaban ini, si mata-mata kembali ke Ferdinand dan merekomendasikan untuk tidak melakukan penyerbuan saat ini, karena bangsa arab sedang bersiap siaga, bahkan bocah-bocahnya
sekalipun.

Setelah beberapa tahun kemudian, si mata-mata kembali lagi untuk mengetahui kondisi ummat Islam di Granada. Si Mata-mata menemukan orang tua yang sedang menangis. Si mata-mata bertanya apa gerangan yang membuatnya menangis? Si orang tua menjawab, "aku menangis karena ditinggalkan kekasihku".

Setelah mendapatkan kondisi ini, si mata-mata kembali ke Ferdinand dan menyerukan, "Sekaranglah waktunya kalian melakukan penyerbuan, dunia dan keremehtemehannya telah membuat kaum muslimin sibuk sehingga mereka berada dalam kondisi yang sangat tidak siap untuk menghadapi gempuran musuh-musuh mereka".

Arab terbangun dari kelalaiannya yang memilukan oleh pekikan suara tentara Ferdinand dan Isabella yang sudah memenuhi seluruh pelosok Granada yang menjadi tempat pertahananan terakhir kaum muslimin di Eropa saat itu. Pasukan Salib menggempur kaum muslimin dalam kondisi yang sangat tidak berimbang karena kaum muslimin tidak memiliki unsur-unsur kemenangan sama sekali, cuma bersenjatakan keputusasaan, dan sangat jauh dari ajaran nenek-moyang mereka untuk menjadi pemenang.

Granada jatuh pada 21 Muharram 897 H (2 Januari 1492 M). Raja terakhir Granada yang bernama Abu Abdullah menandatangani Perjanjian Penyerahan Granada kepada Kerajaan Salibis Kastilia yang terdiri dari 67 point, yang antara lain menjamin keamanan beragama kepada kaum muslimin, menjaga keamanan harta benda mereka, Akidah, dan kebebasan beribadah.

Namun tidak satupun dari point-point perjanjian itu diterapkan. Lalu dibentuklah Inguisition (inkuisisi, pengadilan yang dibentuk gereja untuk membantai siapa saja yang dianggap tidak sejalan dengan gereja) dan kaum muslimin pun dibantai.

Hari-hari terakhirnya Raja Abu Abdullah hanya mampu berdiri terpaku di atas bukit di kaki gunung Raihan termangu setelah menyerahkan kunci benteng Grenada kepada Ferdinand dan Isabella, meratapi kerajaannya yang terampas terngungu-ngungu bagai seorang perempuan, dan ketika itu bundanya berucap secara monumental, "menangislah layaknya seorang wanita, pada kerajaanmu yang tidak mampu engkau jaga secara jantan!"

(Alih Bahas by Syafruddin Ramly)
Lengkapnya Klik DISINI

Jika Pagi Telah Tiba

Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!

Ilustrasi. (rezadewangga.deviantart.com)
Ilustrasi. (rezadewangga.deviantart.com)    
Mentari mulai menembus ufuk. Radiasi cahayanya mulai menusuk. Menghangatkan tubuh yang masih terkantuk. Embun yang masih menggantung pada ujung dedaunan, berebut untuk menjatuhkan dirinya ke tanah. Dedaunan nan hijau masih membentang sejukkan pandangan.

***
Begitu indah ciptaan-Nya, bukan?

Semua yang ada di alam ini, adalah tanda dari kuasa-Nya. Dan itu semua akan kita sadari, jika sekiranya kita mau sedikit merenungkan tanda-tanda ini. Cobalah diri ini bangun lebih awal. Karena, di pagi hari banyak sekali ciptaan-Nya yang bisa kita renungkan. Dimulai dari ayam yang terbiasa bangun lebih dahulu dari diri kita. Langit hitam yang perlahan membiru, dan masih banyak lagi pemandangan yang menakjubkan mata.

Setiap pagi juga, seekor burung terbang. Melayang tinggi di angkasa mencari sesuap makanan untuk kelangsungan hidupnya. Dan dia, tak akan kembali sebelum senja tiba. Seekor burung akan berusaha dengan sangat keras dalam mencari makanannya, di samping tentunya selalu bertawakkal kepada Allah.

Itulah mengapa, Rasulullah memerintahkan kepada kita untuk bertawakkal sebagaimana tawakkalnya seekor burung. Dan itu juga isyarat bahwa sejak pagi hari, kita harus bersemangat menjalani setiap aktivitas kita. Bukankah umat kita diberkahi saat waktu paginya?

“Ummatku diberkahi saat waktu paginya,” begitulah yang Rasulullah pesankan.
Maka, jika pagi menjelang, bersemangatlah!

Berlarilah untuk mencapai apa yang kau-targetkan hari ini, Kawan.

Sumber: akwatuna.com
Lengkapnya Klik DISINI

Lebih Baik Dompet Tipis Daripada Banyak Hutang!

Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!

tips cara agar terhindar dari tagihan kartu kredit dan asuransi

Dompet saya menipis, isinya hanya 2 kartu debet, 2 SIM A & C, dan 1 KTP, serta beberapa lembar uang sadja..

Tidak ada lagi 4 kartu kredit yang dulu membuat sesak..
Tidak ada lagi kartu member 3 asuransi yang saya dulu ikuti..
Tidak ada kartu-kartu belanja diskonan dari berbagi toko yang menjebak memaksa belanja...

Dompet saya makin tipiss..
Tidak masalah disebut gak gaul karena gak punya banyak kartu kredit..
Gak masalah dibilang gak safety karena gak tercover asuransi..
Toh tiap hari kita diajarkan berdoa dalam sholat: inna sholati, wanusuki, wamahyaya, wamamati, Lillahirobbilalamin..
"Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk ALLAH Tuhan semesta alam.."

Dompet makin tipisss..
Mau ada tawaran cicilan gadged 12 bulan 0% pun dah gak nafsu lagi.. Tiba-tiba hilang semua nafsu belanja..
Kalo ada uang dan pas butuh ya beli cash, kalau gak butuh ya gak usah beli.. Gak pegang dana ya gak usah maksa mencicil yang bikin "mecicil"..

Tiba-tiba selama 8 bulan ini tidak ada lagi kertas-kertas tagihan kartu kredit dan premi asuransi..
Tak ada pak pos dan kurir yang mengetuk pintu lagi..
Duluuu.. Tiap dapat setumpuk tagihan kartu kredit, mules tiap melihat angka-angka interest... Interest.. Yang tak berkesudahan! Bunga kok berbunga... Bayar sedikit eh berbunga lagi.. Kejamnya dunia..

Lalu biasanya nyesel..
Ya ampuun! Kemarin nyicil beli ini pakai kartu ini..
Duuh! Nyicil yang itu gesek pakai yang itu..
Ampuun deh! Makan bareng keluarga aja bayarnya pakai kartu utangan.. Sepanjang jalan pulang dari restoran, yang masuk ke perut adalah makanan-makanan utangan dengan akad riba bunga berbunga...
Geseeek teruus!
Hajaarrr teruus!!
Mainkan sekarang.. Urusan belakangan!

Rejeki dari Allah itu PASTI cukup untuk hidup, tapi tak akan pernah cukup untuk gaya hidup...

Ada kawan yang punya 10 kartu kredit, 9 dipotong, tinggal 1 yang enggak..
"Buat jaga-jaga mas, kalo mendesak.."
"Berarti kamu gak percaya sama Allah, kamu masih menjagakan kartu utangan itu untuk kebutuhanmu, kalau tawakal pada Allah itu total, maka setiap ada kebutuhan ya minta dan bersandar pada Allah... Soal jalannya, biar Allah yang akan menentukan 'min haitsu la yahtasib'.. Dari jalan yang tidak terduga-duga.."

Dia bengong..

"Bro.. Semut itu keluar lubang rejekinya dijamin sama Allah, cicak nempel di dinding dapat makanan hewan bersayap yang bisa terbang.. Nyamuk! Kamu yang sehari lima kali sholat jengkang-jengking nyembah Allah Yang Maha Kaya, masak sih gak dijamin olehNya?"

Akhirnya kartu utang terakhirnya itu bernasib sama, dedel duel dipotong-potong dengan gemesssnya..
Perang melawan nafsu itu sungguh luar biasa!

Ketika kita beradzam bebas hutang.. Meninggalkan riba, tauhid kita diuji..
Kesabaran kita pun harus nambah berkali-kali..
Namun ratusan testimoni di Facebook ini jadi saksi, orang-orang yang bertaubat pada Allah, lalu berazam (bercita-cita mentooook bebas utang),
Allah hadirkan kemudahan...
Kemudahan...
Kemudahan..
Kemudahan..
Kemudahan.. dari jalan yang tidak terduga-duga..

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: إِنَّ اللَّهَ مَعَ الدَّائِنِ حَتَّى يَقْضِىَ دَيْنَهُ مَا لَمْ يَكُنْ فِيمَا يَكْرَهُ اللَّهُ “Allah akan bersama (memberi pertolongan pada) orang yang berhutang (yang ingin melunasi hutangnya) sampai dia melunasi hutang tersebut selama hutang tersebut bukanlah sesuatu yang dilarang oleh Allah.” [HR. Ibnu Majah no. 2400]

Sekarang lihat dompetmu..
Masih terasa sesak dengan beban yang nancep sakiiittt di hati?
Atau sudah enteng? yang bikin tenang saat ibadah pada Illahi.

Sumber
Lengkapnya Klik DISINI

Wanita Yang Melayani Suami Dan Anaknya Dengan Ikhlas, Akan Dihapus Dosa-Dosanya

Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!
keluarga kita
Sebagai Seorang Istri , wanita muslimah mempunyai kewajiban untuk melayani Suaminya . memnuhi segala kebutuhan suaminya tanpa terkecuali. seperti misalnya dengan mencucikan baju , memasakkan , dan juga menjahitkan baju untuk suami dan anak-anaknya.

Nabi Muhammad SAW bersabda : Wahai Fatimah, wanita yang melayani suaminya dalam sehari semalam dengan baik hati dan ikhlas serta niat yang benar , Allah SWT menghapus dosa-dosanya . dan Allah SWT akan mengenakannya seperangkat pakaian hijau. dan dicatatkan untuknyadari setiap helai bulu dan rambut ditubuhnya seribu kebaikan . wanita yang tersenyum di hadapan suaminya , Allah SWT akan memandangnya dengan pandangan rahmat.”

Mencuci Pakaian apabila di pandang sekilas, adalah perkerjaan yang sepele namun kalau di perhatikan lebih jauh, maka mencuci baju termasuk bagian dari tugas wanita yang mulia, asalkan di lakukan dengan hati yang ikhlas. hal ini sebagaimana yang di sampaikan oleh sahabat Abdullah bin mas’ud , terkait sabda Rasulullah SAW  :

“Ketika seorang wanita mencucikan pakaian suaminya , maka Allah memberi seribu kebagusan , di hapuskan seribu kesalahan , di angkat derajatnya seribu kali lipat dan seluruh makhluk yang terkena cahaya matahari memintakan ampun terhadap dirinya. (reportaseterkini)



Lengkapnya Klik DISINI

Tiada Seyuman Bagi Para Pendengki

Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!

Fir'adi Nasruddin
» لاَ رَاحَةَ لِحَسُوْدٍ وَلاَ إِخَاءَ لِمُمِلٍّ وَلاَ مُحِبَّ لِسَيِّءِ الْخُلُقِ «

“Tiada istirahat bagi jiwa yang dengki. Tiada kata persaudaraan bagi jiwa yang bosan (kecewa) dan tiada cinta bagi orang yang berakhlak tercela.” (Perkataan Ali bin Abi Thalib r.a, dikutip oleh Shalih Ahmad al-Syami dalam kitab Mawa’izh as-shahabah).

Saudaraku,
Jika kita biarkan hati kita dialiri kedengkian, perasaan iri hati atas keberhasilan dan kesuksesan orang lain dalam masalah duniawi, itu artinya kita telah membiarkan diri kita terjatuh pada kebinasaan; dunia maupun akherat. Jiwa kita didera kegelisahan berkepanjangan, kegalauan yang tak kunjung surut, kecemasan terus menerus dan bahkan tensinya naik setiap detiknya. Kita akan terombang ambing dalam kehampaan, kegelapan bathin, kelelahan jiwa, yang sejatinya kita ciptakan sendiri. Bukan dari orang lain.

Dengan kata lain, hasad akan merenggut kebahagiaan kita dalam hidup. Menghilangkan keceriaan di wajah. Menyirnakan senyuman dari bibir kita. Jika kita biarkan hasad tumbuh di jiwa kita, berarti kita menghadirkan tangisan tanpa air mata. Mengundang penyakit yang akan menggerogoti jiwa. Ketenangan menjauh, menerbangkan kedamaian dan kenyamanan menghilang dari hidup seiring bergantinya musim kemarau dengan musim penghujan.

Untuk itu saudaraku,
Jika kita melihat orang lain mendapatkan keluasan rezki. Dimudahkan untuk menemukan pasangan hidup yang seiring sejalan. Allah karuniakan anak-anak yang mungil dan manis. Terbentang untuknya medan bisnis yang menjanjikan. Popularitas dan elektabilitas yang terus meroket. Terbuka jalannya untuk menjadi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Metro.

Idealnya yang kita lakukan adalah mendo’akan keberkahan untuknya dan kita membantunya taat kepada Allah serta mensyukuri nikmat pemberian-Nya. Bukan mengadakan propaganda negatif. Kampanye hitam. Apatah lagi memfitnahnya.

Orang yang menyimpan hasad dalam dirinya, maka ia akan mendapati langit kehidupannya senantiasa mendung dan berawan. Jiwa menjadi gelap dan pekat. Kesangaran wajah. Tindakan ngawur dan jauh dari berkah.

Saudaraku,
Ikatan bathin yang kuat. Persahabatan hakiki terwujud. Persaudaraan iman menjelma sebagai bentuk keta’atan kita kepada Allah s.w.t. Ia tidak dibangun di atas dasar kepentingan duniawi sesaat. Bukan pula diikat karena profesi, jabatan, rupa menarik, kepentingan, poilitik, bisnis dan yang senada dengan itu.

Jika iman yang menjadi asasnya dalam berukhuwah, maka persaudaraan akan terus langgeng hingga ke akherat sana. Ia tiada lapuk diguyur air hujan dan tak lekang disapa sengatan panas matahari. Ia tetap terpatri di jiwa, walau harus dipisahkan oleh jarak dan waktu. Ia tak berubah seiring pergantian musim dan beranjaknya usia.

Saat seseorang hadir di kala memerlukan bantuan kita. Ia merapat di saat kita sehat, lapang, berkecukupan, memiliki jabatan strategis, calon kuat memenangi Pilkada dan yang seirama dengan itu. Sementara ia menghilang dan menjauh dari kita di saat kita sakit, pailit, sempit, berduka, miskin, kalah dalam Pilkada dan seterusnya. Berarti ukhuwah yang terjalin hanya semu belaka. Yang akan membuat kita merana di dunia fana ini.

Oleh karena itu jika kebosanan menyapa persaudaraan dan ukhuwah imaniyah, kita perlu mengevaluasi perjalanan ukhuwah dan persaudaraan iman kita. Pasti di sana ada yang error. Mungkin niat yang tak lagi tulus dalam bersahabat. Atau barangkali iman kita yang sedang mengalami masalah. Dan yang pasti, kita sedang akrab dengan dosa dan kesalahan.

Jika kita menginginkan kesempurnaan dalam diri seseorang yang kita menjalinkan persaudaan iman dengannya, maka kita tidak akan pernah berdampingan dengan seorang pun. Karena kekurangan, kelemahan diri, kekeliruan dan kesalahan adalah tabiat manusia.

Seorang da’i dari Siria (Mustafa Siba’i) pernah menasihati kita, “Kita bukanlah kafilah malaikat, yang tak pernah melakukan dosa dan kesalahan. Tapi kita bukan pula kafilah setan, yang selalu melakukan kesalahan dan dosa. Kita adalah kafilah manusia. Ada sifat-sifat malaikat yang kita miliki, tapi dominan sifat-sifat setan yang ikuti. Jika engkau mengharapkan memiliki sahabat tanpa salah dan dosa, maka engkau tak akan pernah mendapatkan sahabat dalam hidup ini. Ia akan hidup menyendiri tanpa sahabat.”

“Sesungguhnya orang yang hidup untuk dirinya sendiri, ia akan hidup kecil dan mati sebagai orang kecil. Sedangkan orang yang hidup untuk umatnya, ia akan hidup mulia dan besar, serta tidak akan pernah mati kebaikannya,” demikian kata Sayyid Qutub dalam tafsirnya ‘fi zhilal al-Qur’an’.

Saudaraku,
Salah satu cara untuk meraih cinta Allah s.w.t dan ridha manusia adalah berbudi pekerti yang luhur. Karena tabiat dasar yang dimiliki manusia adalah senang melihat keelokan perangai dan keindahan pekerti orang-orang yang berada di dekatnya.

Hanya dengan budi pekerti yang luhur, kita dapat menarik hati orang lain. Artinya kecintaan orang terhadap kita, tak bisa ditukar dengan lembaran-lembaran real, dolar dan rupiah. Tidak pula dibeli dengan lempengan emas dan butiran mutiara. Tetapi ia hanya dapat kira raih dengan menampilkan budi pekerti mulia.

Untuk itu, kasar dalam berinteraksi terhadap sesama. Hilangnya rasa amanah. Sirnanya sebuah kelembutan hati. Sikap mendua dan banyak berbasa basi. Sulit memaafkan kekhilafan orang lain. Identik dengan kebohongan dan dusta. Dan yang seirama dengan itu. Yang demikian itu menjadikan manusia menjauh dari kehidupan kita.

Terlebih, budi pekerti yang menawan akan menjadi sebab kedekatan kita dengan Rasulullah s.a.w di surge kelak. “Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kamu dan yang paling dekat majlisnya dariku pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya.” (HR. Tirmidi, no. 2018).

Jika Uwais al-Qarni dilempari batu oleh anak-anak kecil, maka dia berkata, “Wahai saudara-saudaraku, jika memang tidak ada pilihan yang lain, maka bolehlah kalian melempari aku, tetapi dengan batu yang lebih kecil, agar betisku tidak berdarah sehingga menghalangiku untuk melaksanakan shalat.”

Adalah Ibrahim bin Ardham pernah keluar di tengah lembah. Di sana, dia berjumpa dengan seorang prajurit perang. Kemudian dia bertanya, ”Di manakah tempat yang baik?.”

Maka Ibrahim menunjuk ke arah kuburan. Tentara itu langsung memukul Ibrahim karena geram. Namun, ketika ada seseorang yang memberi tahu bahwa orang yang dipukulnya itu adalah Ibrahim bin Adham, maka tentara tersebut memeluk tangan dan kaki Ibrahim, karena menyesali perbuatannya. Ibrahim berkata: “Ketika kepalaku dipukul, aku memohon surga kepada Allah untuk orang ini. Aku tahu bahwa aku diberi pahala karena pukulannya. Aku tidak ingin mendapatkan kebaikan karena orang itu, sedangkan dia mendapatkan akibat yang buruk dariku.”

Tanpa menampilkan budi pekerti luhur, maka memiliki kekasih dan sahabat sejati hanya sekadar ibarat panggang jauh dari api. Yang tak akan terwujud di alam realita kehidupan kita. Bagaikan fatamorgana. Menjadi mimpi di siang hari.

Saudaraku,
Jika kita ingin meneruskan perjalanan hidup menuju Allah dengan tersenyum, banyak sahabat setia menemani kita, dan dicintai banyak orang. Hendaknya kita melepaskan diri kita dari hasad dan iri hati. Melandasi persaudaraan dan persahabatan di atas pondasi iman. Dan menghiasi diri dengan akhlak yang terpuji. Semoga kita mampu mewujudkannya. Amien. Wallahu a’lam bishawab.

Metro, 03 Desember 2015
Fir’adi Abu Ja’far
Lengkapnya Klik DISINI

Kemenangan Semu

Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!

Fir'adi Nasruddin

» إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ , وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا , فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا «

“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan dan kamu Lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” (qs. AN-Nashr: 1-3).

Saudaraku,
Pada bulan Ramadhan tahun 8 H, sejarah mencatat dengan tinta emas. Di mana kaum muslimin dengan gemilang telah menggemakan futuhnya kota Mekkah. Yang sebelumnya hanya sekedar menjadi mimpi pada fase perjuangan Rasul dan sahabat.

Terlihat wajah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tertunduk di atas untanya dan air matapun menggenang di kelopak matanya lalu menetes membasahi pipinya yang putih bersih. Bibirnya terus tak terputus memuji keagungan-Nya. Tiada kesan takkabur pada wajahnya yang sejuk, justru tampak simat ketawadhu’an dari tatapan matanya yang bening.

Selanjutnya beliau tersungkur sujud kehadirat-Nya, gemercik tangisannya terdengar begitu jelas dan tatkala beliau memasuki kediaman Ummu Hani’ beliau melakukan shalat dua raka’at sebagai ungkapan rasa syukur atas segala karunia. Itulah shalat al-fath, yang berarti shalat untuk kemenangan besar yang baru saja Allah hadirkan.

Ibnul-Qayyim memberikan komentar terhadap apa yang diperbuat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada peristiwa ini,

“Itulah perilaku pemimpin Islam ketika berhasil menaklukan suatu negeri atau disapa dengan kemenangan hendaknya mengiringinya dengan shalat al-fath (kemenangan) sebagai bentuk pelaksanaan sunnah mengikuti petunjuk panutan umat; Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.”

Saudaraku,
Dalam realitas kehidupan, sering kala kita disapa kemenangan, kesuksesan dalam meraih cita dan cinta. Karir yang terus meroket, popularitas semakin memuncak, harta yang bertebaran di mana-mana, wanita cantik jelita yang menemani perjalanan hidup, dan yang seirama dengan itu. Pandangan mata kitapun seolah-olah tersilaukan oleh gemerlapnya dunia, tatapan mata bathin kita seakan-akan tertutupi awan hitam kelam yang menggelapkan pandangan, dan kitapun melupakan hakikat diri kita sebagai seorang hamba yang mempunyai tugas suci untuk mengabdi kepada-Nya semata.

Kemenangan dan kesuksesan yang kita raih justru dirayakan dengan hal-hal yang mendatangkan maksiat dan murka Allah, penuh dengan kesombongan, foya-foya dan pembaziran harta. Sementara di sampingnya ada tangisan si fakir dan miskin yang belum juga mengering karena lilitan kelaparan dan beratnya beban hidup serta penderitaan panjang yang mendera kehidupan.

Senandung pujian atas nikmat-Nya, gema lagu kesyukuran atas segala karunia dan rahmat-Nya, serta membasahi lisan dengan percikan istighfar dan deraian air mata keinsyafan mengharapkan ampunan-Nya adalah moralitas sebuah kemenangan yang sering kita lupakan.

Allah s.w.t memberikan arahan kepada kita, jika kita diselimuti kemenangan, “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhan-mu dan mohonlah ampun kepada-Nya.” (QS. an-Nashr: 1-3).

Ketiga pondasi inilah yang menjadi dasar bangunan kebahagiaan kita. Ibnul Qayyim dengan sangat halus berbisik di telinga kita, “Tetap memuji-Nya bila musibah menimpa, bersyukur bila memperoleh nikmat dunia dan memohon ampunan dari segala dosa dan kelalaian.”

Saudaraku,
Mari bercermin dari kepribadian orang-orang shalih di masa lalu, tentang mensikapi kemudahan, kelapangan, keceriaan hidup dan kebahagiaan yang membuncah, sehingga hati kita semakin subur dengan syukur. Pikiran kita terpupuk dengan dekapan tafakkur.

Pada suatu saat Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anh meneguk segelas air segar sembari meneteskan air mata, ketika ia ditanya prihal penyebab tangisannya tersebut, maka ia menjawab,

“Aku teringat air dingin dan segar ketika aku menginginkannya pada hari kiamat, aku sangat khawatir bila kelak diajukan kepadaku sebuah ayat, “Dan dihalangi antara mereka dengan apa yang mereka ingini sebagaimana yang dilakukan terhadap orang-orang yang serupa dengan mereka pada masa dahulu, sesungguhnya mereka dahulu di dunia dalam keraguan yang mendalam.” (QS. Saba’: 54).

Hasan Basri jika hendak minum air bersih ia berucap, “Segala puji bagi Allah yang menjadikan air ini tawar lagi segar, Dia tidak menjadikannya asin lagi getir karena dosa-dosa yang telah kami perbuat.”

Saudaraku,
Demikianlah para pendahulu kita, betapa besar rasa takut dan syukur mereka kepada Allah Ta’ala, karena kemenangan dan kesuksesan yang tidak disikapi dengan baik dan benar adalah merupakan awal dari kekalahan, kelelahan dan kehancuran.

Demikian pula kucuran nikmat yang salah dalam perwujudan makna syukur akan berakibat pada malapetaka dahsyat yang mengungkung kehidupan kita.

Kita memohon kepada Allah agar Dia berkenan mema’afkan kelalaian dan kekhilafan kita pada hari-hari yang telah berlalu, semoga Dia menolong kita dengan rahmat dan kasih sayang-Nya dan menuntun kita ke jalan yang terang dan lurus. Menjauhkan kita dari gelap pandangan yang dapat menjadikan kita lemah dan selalu berbuat dosa.

Kita memohon kepada-Nya agar Dia berkenan menganugerahkan rizki yang luas dan halal, hati yang sentiasa bersyukur, berjiwa sabar dan memiliki lisan yang selalu berdzikir kepada-Nya. Karena Dialah Maha pemberi karunia lagi pemurah serta kasih sayang terhadap hamba-Nya.

Saudaraku,
Mari kita menengok ke belakang untuk melihat berbagai nikmat, kejayaan, dan kesuksesan yang telah Allah hadirkan dalam hidup kita. Sudahkah kita iringi dengan senandung pujian, dan nyanyian istighfar?. Jika tidak, berarti kita telah menukarnya menjadi kemenangan semu dan kejayaan palsu. 

Wallahu a’lam bishawab.
Metro, 21 Januari 2016
Fir’adi Abu Ja’far

hasanalbanna.com
Lengkapnya Klik DISINI

Akhwat Fallin’ in Love

Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!

ilustrasi gambar google
Cinta, cinta, dan cinta. Kalo ngomongin ini bawaannya pengen senyum-senyum. Kadang juga jadi sedih, pernah juga malah jadi kesel. Lah, kok bisa gitu? Iya, bisa aja. Suka-suka saya, dong. Orang ini hati, hati saya. Kenapa situ yang repot? Eh, nggak gitu deng… selauw kali, Bro en Sis. Iya, jadi kenapa sih kok saya bisa sedih kalo ngomongin cinta, alasannya: orang sekarang banyak banget yang salah gunain kata ini. Mereka menganggap bahwa cinta itu, ya perasaan suka antar lawan jenis aja. Abis itu, mereka juga harus mengutarakan perasaan itu. Kalo kata temen saya sih ‘nembak’ (mati dong?). Ujung-ujunganya jadilah mereka pacaran.

Sobat, kalo yang bikin kesel itu, banyak juga orang yang mengatasnamakan cinta untuk hal-hal yang merusak akidah, naluri, dan mendzalimi diri mereka sendiri, termasuk orang yang dicintainya. Masih inget kan selebritis yang heboh dengan gosip kalau dirinya pindah keyakinan setelah menikah dengan laki-laki non-muslim? Tadinya, si laki-laki ini mualaf dan mereka menikah dengan cara Islam. But, tiba-tiba kabar mengejutkan, si suaminya malah balik lagi ke agamanya dan ngajak istrinya buat ikutan murtad. Mau aja diajak murtad. Naudzubillah.

Are you fallin’ in love, sis?

Hey, Sis. Iya, kamu. Kamu yang lagi fallin’ in love. Ciyee… yang lagi berbunga-bunga. Pasti bahagia ya. Nggak jarang, menurut temen-temen saya yang kayak kamu, Sis, mereka bakal jadi semangat ’45 (perjuangan banget ya kesannya? Tapi orangnya sih bukan generasi tahun 1945, tentunya) ngelakuin banyak hal, kalo lagi jatuh cinta sama incerannya. Mulai dari yang males belajar, jadi rajin karena ada semangat biar si dia tertarik. Ada juga yang jadi rajin sholat sunnah, bahkan sampai yang tadinya nggak pernah bangun malem, buat sholat tahajud, eh langsung bisa melek buat sholat tiap malem. Cuma karena satu hal, biar si dia terkagum-kagum karena kita cewek baik-baik. Rela berkorban duit, dan waktu buat mewujudkan apa yang dia suka, ada pada dirinya. Sesuai sih, sama istilah cinta yang katanya rela berkorban demi apa yang dicintainya.

Tapi, apa yang kayak gini bener, menurut Islam? Kan jatuhnya ngelakuin kebaikannya nggak ikhlas dong. cuma pengen dipandang sama pacarnya. Bukan karena pengen dapetin ridhonya Allah Ta’ala. Terus nih, kan cinta itu bagian dari keimanan. Kalo kamu beriman sama Allah, kamu emang beneran cinta sama Allah? Kok aturan-aturan dalam Quran dan Sunnah dilanggar, sih. Apanya yang dilanggar? Lha, itu kamu malah pacaran. Itu kan melanggar. Artinya, kalo kamu jatuh cinta alias fallin’ in love, tetep kudu tahu aturan, khususnya aturan dalam ajaran agama kita. Setuju ya? Harus!

Horror story

Sobat, Islam itu keren banget. Mengatur banyak aspek kehidupan, termasuk yang sedang kita obrolin sekarang. Apa? Tentang pergaulan cowok-cewek. Nah, itu dia. Soal cinta dan ekspresinya kudu sejalan dengan aturan Islam. Ekspresi dari rasa cinta itu, ada yang mengaitkannya dengan aktivitas pacaran, maka jadilah banyak remaja yang melakukan pacaran karena menganggap bagian dari ekspresi dari rasa cintanya kepada lawan jenis. Sayangnya, pacaran itu bagian dari mendekati zina. Ini mendekatinya saja dilarang, apalagi berzina. Iya, kan?

Allah Ta’ala berfirman, “Dan janganlah kamu mendekati zina. (Karena zina) itu sungguh adalah perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS al-Israa’ [17]: 32)

Tapi, kenapa banyak yang melarang dan ngejauh dari status ini (termasuk saya sendiri), karena di dalamnya itu loh, banyak banget kemungkinan mudharat yang bakal dialami atau bahkan sampai didapet.

Zaman sekarang ini, banyak terjadi ‘kecelakaan’ karena aktivitas dalam status pacaran. Kecelakaan gimana? Hmm.. kamu belum ngeh ya. Maksudnya karena pacarannya hot sampe berzina, bukan tak mungkin yang cewek akhirnya hamil di luar nikah. Kalo udah kayak gini, horor banget kan? Mau nikah eh masih sekolah, akhirnya tuh janin digugurkan daripada ketahuan sama orang lain jadi bikin malu (pembunuhan tuh!). Meski, ada juga sih ortu yang nekat nikahin anaknya karena udah ketahuan hamil setelah ‘digarap’ sama pacarnya. Kalo dinikahin sama yang menghamilinya sih, habis perkara walau tetap dapat dosa. Tetapi kalo dinikahin sama lelaki lain? Aduh, tambah runyam tuh urusan!

Belum lagi tekanan yang bakal didapet anaknya kelak. Dikatain ‘anak haramlah’ atau apalah itu, ya. Jangan nekat. Kalo kamu baca lagi surat al-Israa ayat 32 di al-Quran, mestinya bakalan hati-hati. Sayangnya, mereka yang pacaran kan bukan saja nggak baca al-Quran, tetapi mereka umumnya nggak ngerti ajaran Islam. Hidupnya ya cuma ngandelin hawa nafsu aja terhadap segala perbuatan yang disukainya. Bahaya banget!

Bagi cowoknya sih gampang, dia bisa kabur tanpa bawa jejak, bahwa dia udah ngehamilin anak orang. Kalaupun memang dia dijebak untuk ngelakuin itu, dia cukup taubatan nasuha, dan kalaupun dia menikah, nggak perlu diungkit-ungkit bahwa dia pernah melakukan zina. Dan masalah, clear.

Sedangkan, kalo si cewek. Nah, ini dia masalahnya. Ok, kalo misalnya dia nggak hamil, masalah bisa dengan gampang ditutupi. Tapi, kalo hamil? Perut makin lama, makin membesar, dan bakal terjadi fitnah di mana-mana. Kalaupun digugurkan, nggak bisa dijamin si bayi aja yang bakal meninggal. Kalo si janin dan cewek ini yang meninggal? Wassalam, deh. Nggak ada 

kesempatan buat taubat, and finally, dia bakal tanggung hukumannya di akhirat, yang mana bakal jauh lebih pedih daripada hukuman cambuk di dunia.

One direction for love

Sobat. Cinta or suka sama lawan jenis sih, it’s okay wae. Tapi, menjadikan cinta itu sebagai sesembahan, yang buat kamu sampai bertekuk lutut, rela ngabisin waktu belajar kamu, waktu istirahat kamu, apalagi tugas kamu buat berbakti sama ortumu di rumah, sampe dilalaikan, itu yang nggak boleh. Sama sekali.

Jatuh cinta, dari segi jatuh cinta itu sendiri bukan aib atau dosa, kok. Jatuh cinta itu hal yang manusiawi dan menjadi naluri yang ada secara alamiah buat setiap manusia normal. Nabi, orang suci, orang shalih, dan ulama ngalamin jatuh cinta sama lawan jenis sebagaimana manusia pada umumnya.
Kamu perlu tahu penjelasannya. Dalam sebuah riwayat disampaikan bahwa, “Dari Ibnu Abbas bahwasanya suami Bariroh adalah seorang budak.  Namanya Mughits. (setelah keduanya bercerai) Sepertinya aku melihat ia selalu menguntit di belakang Bariroh seraya menangis hingga air matanya membasahi jenggot. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai Abbas, tidakkah kamu ta’ajub akan kecintaan Mughits terhadap Bariroh dan kebencian Bariroh terhadap Mughits?” Akhirnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda: “andai saja kamu mau meruju’nya kembali (menikah dengannya).” Bariroh bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah engkau  menyuruhku?” beliau menjawab, “Aku hanya menyarankan.” Akhirnya Bariroh pun berkata, “Sesungguhnya aku tak butuh sedikit pun padanya.” (HR Bukhari)

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam sendiri bahkan mengajarkan kepada kita bahwa menikah adalah obat yang paling mujarab bagi dua insan yang saling mencintai. Ibnu Majah meriwayatkan; Dari Ibnu Abbas ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kami belum pernah melihat (obat yang mujarab bagi ) dua orang yang saling mencintai sebagaimana sebuah pernikahan.” (HR Ibnu Majah)

Nash-Nash inilah, dan yang semakna dengannya menunjukkan bahwa menikah adalah solusi syar’i bagi mereka yang jatuh cinta. Tetapi buat kamu yang kini masih sekolah dan emang belum siap, ya jangan coba-coba. Tetapi pacaran pun tetap nggak boleh. Nah!

Inilah cara yang lebih tegas, syar’i, solutif, dan terhormat. Jangan berpikiran bahwa seorang muslimah yang menawarkan diri untuk dinilkahi, adalah perbuatan tercela atau rendah, ya Sis. Justru wanita yang menawarkan dirinya sama seorang lelaki adalah wanita yang ngerti solusi syar’i terhadap problemnya, tegas ngambil keputusan, terhormat karena tahu cara menjaga kehormatannya dengan ikatan pernikahan yang suci, dan mulia karena tahu kepada siapa dia harus mempersembahkan bakti.

Khadijah contohnya. Wanita mulia yang tahu persis kepada siapa beliau mempersembahkan bakti, dan siapa yang pantas jadi imamnya dalam rumah tangga. Dengan ketegasan sikap beliaulah, maka Khadijah bisa bersanding dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Justru sikap yang menjauhi ketakwaan jika seorang wanita mencintai seorang lelaki, lalu perasaan tersebut dipendamnya seraya mengotori hatinya dengan angan-angan tercela. Karena sesungguhnya angan-angan hati ada yang terkategori dosa, loh.

Sebagaimana yang dinyatakan dalam hadis dibawah ini; Dari Ibnu Abbas dia berkata; ‘Saya tidak mengetahui  sesuatu yang paling dekat dengan makna Lamam (dosa dosa kecil) selain dari apa yang telah dikatakan oleh Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam: “Sesungguhnya Allah `Azza Wa Jalla telah menetapkan pada setiap anak cucu Adam bagiannya dari perbuatan zina yang pasti terjadi dan tidak mungkin dihindari. Maka zinanya mata adalah melihat, zinanya lisan adalah ucapan, sedangkan zinanya hati adalah  berangan-angan dan berhasrat, namun kemaluanlah yang (menjadi penentu untuk) membenarkan hal itu atau mendustakannya.” (HR Muslim)

Nah, namun balik lagi kepada nilai aulawiyat’, bahwa cinta pada lawan jenis itu baiknya nggak melebihi cinta pada manusia terbaik sepanjang masa, yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Tidaklah (sempurna) iman salah seorang di antara kalian sehingga aku lebih dicintainya daripada orangtuanya, anaknya dan segenap umat manusia.” (HR Bukhari, Muslim, an-Nasa’i, Ibnu Majah, dan Ahmad)

Sekarang, pertanyaan adalah, “Siapakah di antara mereka (Rasulullah dan manusia lainnya) yang lebih sering terlintas di pikiran?”Jawabannya adalah yang ‘paling dicintai’. Kalo kamu siapa? Perbaiki diri, jangan tergoda hawa nafsu, jangan nodai cintamu dengan berbuat maksiat bernama pacaran. Catet ya! [Nisa | Twitter @nissaniza98]sumber

Cat. Admin : terjadi pengurangan redaksi dan penambahan foto tanpa mengurangi maksud yang di sampaikan. ( Yahya Ayyasy )
Lengkapnya Klik DISINI
Recent Post widget Inspirasi Rabbani

Menuju

Blog Tetangga

Blog Tetangga
Klik Gambar untuk Berkunjung

Luwuk Banggai SULTENG

Luwuk Banggai SULTENG
ebeeee......