Photo by Yanoe (facebook.com/Yanu2010
|
" Sesungguhnya orang yang hidup untuk dirinya sendiri, ia akan hidup
kecil dan mati sebagai orang kecil. Sedangkan orang yang hidup untuk
umatnya, ia akan hidup mulia dan besar, serta tidak akan pernah mati”.
(Sayyid Qutbh)
Keberadaan makhluk diciptakan Allah adalah untuk membangun peradaban
yang baik di dunia ini dan sekaligus untuk beribadah kepadaNya. Selama
semua makhluk itu selalu berpijak pada pedoman hidup yang telah
dikirimkan kepada utusanNya yang mulia maka semua proses akan berjalan
dengan maksimal. Dan pencapaian itu tentu dengan kapasitas yang sudah
ditunjuk pada masing-masing individu tentunya. Tidak ada saling lebih di
antara yang lainnya kecuali tingkat ketaqwaannya.
Selama semua makhluk juga sadar akan keterikatannya dengan yang lain
dalam lingkungan social yang ada maka kesinambungan dan keberlangsungan
hidupnya juga harus memiliki aturan satu dengan yang lainnya. Charles
Darwin, yang memulai karir ilmiahnya sebagai seorang geology tetapi
kemudian menjadi tertarik pada biologi selama ekspedisinya ke Kepulauan
Galapagos, dimana ia Fauna pulau. Pengamatan-pengamatannya merangsang
Darwin untuk berspekulasi tentang pengaruh isolasi geografis pada
formasi species dan secara bertahap membawanya kepada formulasi teori
evolusinya. Dia menggambarkan hakekat kehidupan sosial dengan tendensi
yang keliru yang berakar pada pandangan tentang alam yang dimiliki oleh
pengikutnya dalam ilmu social (“Sosial darwinists”) pada abad kesembilan
belas, yang percaya bahwa semua kehidupan dalam masyarakat harus
berjuang untuk bereksistensi yang diatur oleh Hukum “Survival of the
Fittest”. Kelirunya lagi sebagian kita secara tidak sadar menjadi
penganut mahzab tersebut, dengan berorientasi pada hasil bukan pada
proses. Saling mengorbankan yang lain, serta pendefinisian yang salah
antara pria dan wanita, karena semua selalu dengan pendekatan agresif
dan bersaing total.
Wanita dengan Segala Kelebihannya
Kehidupan seseorang akan lebih berharga ketika ia mempunyai peran
dalam kehidupan sesamanya. Filosofi kehidupan social inilah yang
sebenarnya harus terpatri dalam diri seluruh umat manusia. Keadaan pada
saat krisis akan menjadi lebih ringan ketika kita semua saling
berkoneksi untuk mendapatkan kemaslahatan bersama. Tidak merasa saling
unggul antara satu dengan lainnya, sehingga yang justru terjadi adalah
suatu gerakan dekonstruktif. Satu dengan yang lainnya itu harus saling
melengkapi, begitu juga peran wanita dan laki-laki. Bersatunya wanita
dan laki-laki dalam keluarga yang harmonis mempunyai andil pengasuhan
anak yang jadi pendorong utama terciptanya karakter yang berujung kepada
karakter masyarakat sekitarnya.
Ada 3 masa penting di setiap tahapan kehidupan seorang wanita yang
didasari oleh fungsi dan perannya yang secara biologis memang diciptakan
berbeda dengan laki-laki:
Saat Kanak-Kanak & usia Golden Age
Dalam sebuah penelitian tahun 2005 di Inggris (Louann Brizendine,
Female Brain), dilakukan perbandingan antara anak perempuan dan anak
laki-laki usia empat tahun dalam hal kualitas hubungan social mereka.
Dalam perbandingan ini mereka juga dinilai berdasarkan suatu skala
popularitas dengan melihat berapa banyak anak lain yang ingin bermain
dengan mereka. Anak perempuan menang telak. Anak-anak yang semuanya
berusia empat tahun ini, sebelumnya sudah diukur kadar testosteronnya
selama dalam Rahim antara usia kehamilan 12 dan 18 minggu. Pada saat
itu, otak mereka sedang berkembang menjadi rancangan laki-laki atau
perempuan. Anak-anak dengan kadar testosterone terendah memiliki
hubungan social yang kualitasnya paling tinggi di usia empat tahun.
Mereka adalah anak-anak perempuan.
Di otak perempuan, sirkuit untuk melakukan serangan lebih erat
kaitannya dengan berbagai fungsi kognitif, emosional, dan verbal
daripada jalur agresi laki-laki, yang lebih terhubung dengan beberapa
area otak untuk aksi. Dari situ bisa kita lihat perbedaan mendasar yang
harus kita fahami bahwa walaupun kita beri mainan anak-anak yang sama,
baik itu laki-laki maupun perempuan akan beda penyikapan mereka atas
mainan tersebut, contohnya adalah ketika anak perempuan diberi truk
mainan tetap disikapi dengan menggendong mainan tersebut bukan
memainkannya sebagaimana fungsinya, berbeda ketika mainan itu diberi
kepada anak laki-laki.
Pembentukan otak manusia pada saat paling vital terbangun 80% pada
saat golden age. Dimana sejarah perkembangan dan pembentukan karakter
dibangun saat golden age ini. Anak yang mendapat pembinaan di usia ini
akan berdampak kepada peningkatan etos kerja, produktivitas yang
maksimal dan pada akhirnya mampu megoptimalkan potensinya yang ada.
Peran ibu yang stabil secara emosi dan kejiwaan, sangat berperan dalam
usia pembentukan ini. Stres ibu selama kehamilan berpengaruh pada reaksi
emosi dan reaksi hormone stress, khususnya pada keturunan perempuan.
Pada Saat Menjadi Ibu di Usia Subur
Pada saat masa kesuburan yang ditandai dengan datangnya masa haid
pertama, setiap wanita akan mengalami pasang surut emosi selama rentang
waktu evolusi haid tersebut. Yang tidak dialami oleh laki-laki. Dan
tingkat keunggulan calon anak yang baik terjadi pada saat usia-usia
produktif pembuahan. Siapapun yang pernah merasakan masa kehamilan akan
terjadi secara otomatis rasa keibuan mereka. Walaupun sebelumnya tidak
ada bayangan sama sekali.
Para ilmuwan di universitas College, London, menemukan bahwa beberapa
bagian otak yang biasanya tersedia untuk membentuk penilaian kritis dan
negative terhadap orang lain-misalnya, anterior cingulate cortex-padam
ketika seseorang menatap orang yang dicintai. Respon pengasuhan lembut
yang ditimbulkan sirkuit-sirkuit oksitosin ini diperkuat oleh rasa
senang yang timbul karena semburan dopamine (senyawa kimia kesenangan
dan imbalan). Dalam otak seorang ibu, dopamine didongkrak oleh estrogen
dan oksitosin. (Louann Brizendine, Female Brain).
Pada saat inilah peran penting terbangunnya peradaban dimulai, ketika
seorang ibu secara naluriahnya yang khas memegang peran utama dalam
pengasuhan anaknya. Pembentukan karakter keluarga tergantung dari
pembagian peran dalam keluarga tersebut. Ketika ibu bertanggung jawab
atas pengasuhan anaknya dan seorang ayah mendukung peran ibu dalam
menstabilkan emosinya serta finansial keluarga maka terciptalah hubungan
yang harmonis. Seperti kita tahu peranan keluarga dalam pembentukan
masyarakat sangatlah penting. Dalam harian KOMPAS, 4 Maret 2012 lalu,
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto
mengatakan, bunuh diri yang terjadi di Jakarta dan wilayah sekitarnya
sebagian besar dipicu masalah internal keluarga. Serta menurut dokter
kesehatan jiwa di Rumah Sakit Duren Sawit, Joni H Ismoyo, kunci utama
untuk mengurangi ketegangan jiwa adalah menjalin komunikasi yang lancar
antar anggota keluarga.
Saat Menopause
Kebutuhan untuk tetap berada pada orang-orang yang disayangi saat
usia kehidupan mencapai usia menopause sangat berharga. Kehadiran
anak-anak dan cucu-cucunya. Bayangkan jika makin banyak perempuan
menopause single yang hidup sendiri. Empat dari lima perempuan usia 50
tahun berkata bahwa membantu orang lain adalah penting bagi mereka
(Louann Brizendine, Female Brain). Pada saat menopause, otak perempuan
kebanyakan, diprogram oleh suatu interaksi yang rumit. Interaksi terjadi
antara hormone, sentuhan fisik, emosi, dan sirkuit-sirkuit otak untuk
menjaga, memenuhi kebutuhan, dan membantu orang-orang di sekelilingnya.
Dalam kaitannya dengan masyarakat, dia selalu terdorong untuk
menyenangkan orang lain. Desakan untuk membentuk hubungan serta
keinginan dan kemampuan yang sangat terasah untuk membaca emosi, kadang
,memaksanya untuk menolong sekalipun dalam kasus-kasus yang tak
berpengharapan.
Dari sini bisa kita simpulkan bahwa usia menopause juga merupakan
salah satu usia produktif bagi kaum wanita untuk menggerakkan seluruh
kemampuannya berdasarkan pengalaman hidup mereka yang sudah matang.
Dalam beberapa kasus keterlibatan mereka dalam lingkungan social
menyebabkan stabilnya kesehatan di usia mereka.
Ketika kita fahami tahapan-tahapan pada kehidupan wanita tadi ada
banyak hal yang seharusnya bisa di lakukan. Hal paling penting adalah
memetakan waktu-waktu dalam kehidupan tadi. Apa yang seharusnya
dilakukan, seperti umur berapa usia perkawinan produktif agar
terlahirnya generasi baru yang tumbuh kembangnya optimal. Dan juga
segala sesuatu untuk keberlangsungan hidup yang seimbang. Untuk itu juga
ada 2 hal yang juga harus dioptimalkan seorang wanita:
Pahami benar tugas dan peran di setiap tahapan agar semuanya bisa
dilalui dengan baik. Tugas seorang ibu sejak awal faham bagaimana
karakteristik anak laki-laki dan perempuan mereka. Bukan seperti yang
dianut oleh para feminis bahwa perbedaan perlakuan atas jenis kelamin
anak akibat perilaku budaya setempat. Sudah kita buktikan di atas bahwa
secara biologis wanita dan laki-laki berbeda memang berbeda.
Mantapkan keilmuan karena kesadaran akan tugas dan peran memerlukan
banyak pengetahuan. Pengetahuan akan banyak membuka wawasan serta
mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Keseimbangan emosi dan kestabilan
jiwa seorang wanita didasari dekatnya hubungan mereka dengan Rabb-nya.
Ketika menghadapi permasalahan ketidak seimbangan hormon, tidak
menjadikannya seorang yang lompatan kestabilannya melenting jauh.
Oleh: Fiatri Widuri, ST , Ketua Kelompok Kajian Salimah
Sumber: Salimah
Sumber: Salimah
*http://www.fimadani.com/karena-wanita-begitu-berharga/
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..