Assalamu Alaikum, Selamat datang Saudaraku. Semoga BLOG ini bermanfaat dan harapan kami agar Anda sering datang berkunjung. Wassalam. ==> YAHYA AYYASY <==

Seperti Abu Bakar dan Umar

UmarPemimpin teladan sepanjang zaman setelah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah Abu Bakar dan Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhuma. Rasanya hingga hari ini—setelah Utsman dan Ali juga selain Umar bin Abdul Aziz—belum pernah muncul kembali pemimpin yang mirip dengan mereka berdua, wallahu a’lam. Maka sudah selayaknya bagi para politisi muslim mengambil teladan dari dua pemimipin yang mulia ini.
Sekelumit Karakter Mulia Sang Khalifah Rasulullah

Kokoh dan Teguh Pendirian

Abu Bakar adalah seorang yang kokoh jiwanya. Lihatlah bagaimana beliau menjadi orang yang terdepan menenangkan umat Islam pada hari wafatnya Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam.

Beliau pun adalah seorang yang teguh pendirian dengan dalil-dalil yang kuat. Ia pernah berselisih pendapat dengan para sahabat yang lainnya tentang tindakan yang harus dilakukan kepada orang-orang yang tidak mau membayar zakat. Perkataannya yang terkenal yang menunjukkan keteguhannya adalah, “Demi Allah, akau akan memerangi orang yang memisahkan antara shalat dan zakat. Demi Allah, kalau sekiranya mereka tidak mau memberikan anak kambing yang merek berikan kepada Rasulullah, maka pasti aku akan memerangi mereka karena penolakan mereka.”

Faqih dan Selalu Berpegang Teguh Kepada Al-Qur’an dan Sunnah

Syeikh Abu Ishaq menjadikan perkataan Abu Bakar di atas sebagai bukti bahwa Abu Bakar adalah sahabat yang paling tahu agama karena semua sahabat saat itu tidak memahami hukum masalah tersebut. Setelah Abu Bakar menjelaskan, akhirnya mereka menyadari bahwa pendapat Abu Bakar yang benar sehingga mereka pun mengambil pendapat Abu Bakar.

Ya, Abu Bakar adalah pribadi muslim yang cerdas berwawasan. Ia senantiasa berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan sunnah. Sesungguhnya jika ada satu permasalahan yang diajukan kepada Abu Bakar dan dia tidak mendapatkan di dalam Kitab Allah dan Sunnah, Abu Bakar akan mengatakan, “Aku akan berijtihad dengan menggunakan kemampuan akalku. Apabila hal itu benar maka itu dari Allah, jika salah, maka itu berasal dari kelemahanku dan aku memohon ampun kepada Allah.”

Maimun bin Muhram berkata, “Apabila Abu Bakar menemukan suatu perselisihan atau perbedaan pendapat maka dia melihat hukumnya di dalam Al-Qur’an. Jika dia menemukan hukumnya di dalam Al-Qur’an, dia memutuskan hukumnya dengan Al-Qur’an. Akan tetapi, jika dia tidak menemukan hukumnya di dalam Al-Qur’an dan dia mengetahui hadits Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam tentang masalah tersebut maka dia akan memutuskan dengan hadits Rasulullah. Apabila tidak mendapatkannya dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, dia akan bertanya kepada umat Islam, ‘Seseorang telah dating kepadaku dan menanyakan demikian dan demikian. Apakah ada diantara kalian yang mengetahui bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam pernah memutuskan perkara ini?”’

Fasih

Ibnu Katsir berkata, “Abu Bakar adalah orang yang paling fasih bahasanya dan paling piawai berkhutbah. Zubair bin Bakkar berkata, ‘Aku mendengar seorang ulama berkata, ‘Orang yang paling fasih dalam berkhutbah di antara para sahabat Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam adalah Abu Bakar dan Ali bin Abu Thalib.’”

Lembut Hatinya

Selain kokoh jiwanya, teguh pendiriannya, cerdas berwawasan, disiplin memegang hukum Allah, dan fasih bahasanya, Abu Bakar juga dikenal lembut hatinya sehingga ia diberi gelar Al-Awwah, yang menurut Ibrahim An-Nakh’i artinya adalah ‘orang yang sering berkeluh kesah lantaran rasa iba dan kasih sayangnya’. Maka tidaklah heran jika ia menjadi orang yang selalu berusaha memberi manfaat kepada orang lain. Rabi’ bin Anas berkata, “Tertulis dalam kitab terdahulu: perumpamaan Abu Bakar As-Shiddiq adalah seperti tetesan air hujan. Di mana pun jatuh, ia member manfaat.

Pemimpin Amanah

Abu Bakar memahami bahwa kepemimpinan sejatinya adalah amanah. Kepemimpinan bukanlah kekuatan yang mendorong dirinya untuk bertindak sesuka hati. Kepemimpinan baginya adalah tugas berat agar ia mampu menegakkan keadilan dan kebenaran serta menghapuskan berbagai kemudharatan dan kemaksiatan. Hal ini tergambar dalam pidatonya sesaat setelah dibai’at menjadi khalifah,

“Wahai umat Islam! Sesungguhnya aku telah dipilih untuk memimpin kalian, padahal aku bukanlah orang yang terbaik di antara kalian. Jika akau melakukan sesuatu yang baik, bantulah aku. Jika aku melakukan perbuatan yang menyimpang maka luruskanlah aku! Sebab kejujuran adalah amanah, sedangkan kebohongan adalah pengkhianatan. Orang yang lemah di antara kalian itu kuat dalam pandanganku. Aku akan penuhi hak-haknya, insya Allah. Sedangkan orang yang kuat di antara kalian itu lemah di hadapanku. Aku akan tuntut kewajibannya, insya Allah. Ketika suatu kaum meninggalkan jihad di jalan Allah maka Allah pasti akan menghinakan mereka. Setiap kali kemaksiatan merajalela di tengah suatu kaum, Allah pasti menimpakan malapetaka kepada mereka. Taatlah kalian kepadaku selama aku taat kepada Allah dan rasul-Nya. Jika aku melakukan kemaksiatan kepada Allah dan rasul-Nya maka tidak ada kewajiban taat kalian kepadaku…”

Tidak Berlebihan ‘Menikmati’ Harta Umat

Kesadaran bahwa kepemimpinan itu hanyalah amanah dan bukan alat untuk mengumpulkan kekayaan, membuat Abu Bakar bersikap hati-hati terhadap harta milik umat. Dia tidak berani meminta bagian dari harta milik umat kecuali setelah Umar dan Abu Ubaidah menetapkan jatah baginya.

Ibnu Sa’ad dari Atha’ bin Saib mengisahkan bahwa ketika Abu Bakar dibaiat menjadi khalifah, dia pernah berangkat ke pasar dengan memanggul kain. Umar bertanya, “Mau ke mana kau?” Abu Bakar menjawab, “Ke pasar.” Umar bertanya, “Apa yang akan kau lakukan, sedangkan kau telah diangkat sebagai khalifah untuk memimpin umat Islam?” Abu Bakar balik bertanya, “Lalu, darimana aku harus memberi makan keluargaku?” Kemudian Umar berkata, “Pergilah ke rumah Abu Ubaidah. Kita akan meminta pendapatnya tentang biaya hidupmu dan keluargamu.” Keduanya lalu pergi menuju rumah Abu Ubaidah. Abu Ubaidah berkata, “Aku anggarkan untukmu makanan seperti yang dimakan seorang Muhajirin, bukan dari golongan atas dan bukan dari golongan bawah, serta pakaian musim dingin dan musim panas. Apabila itu telah rusak, kembalilah dan silahkan ambil yang lain.” Lalu, Abu Ubaidah dan Umar menetapkan jatah makanan Abu Bakar setiap harinya setengah kambing, serta apa yang dipakainya untuk menutupi kepala dan badan.

Ibnu Sa’ad dari Maimun memberitakan bahwa para pengurus Baitul Mal menetapkan gaji Abu Bakar sebesar 2.000 dirham. Lalu Abu Bakar berkata, “Aku mohon agar jumlah itu ditambah karena aku mempunyai keluarga, sedangkan kalian telah membuatku tidak bisa berdagang.” Kemudian mereka pun memberikan tambahan gaji kepada Abu Bakar sebesar 500 dirham.

Peduli Umat

Abu bakar memiliki Baitul Mal di Sanah, sebuah tempat di pinggiran KotaMadinah. Dari Baitul Mal inilah Abu Bakar pernah membagikan harta untuk rakyatnya yang fakir miskin dengan pembagian yang merata. Dia membeli unta, kuda, dan senjata untuk kepentingan jihad di jalan Allah. Dia juga membeli karpet yang dibawa orang-orang Badui dan dia bagikan kepada janda-janda yang ada di Madinah. Ketika Abu Bakar wafat dan telah dimakamkan, Umar memanggil orang-orang kepercayaannya, diantaranya Abdurahman bin Auf dan Utsman bin Affan. Mereka masuk ke Baitul Mal milik Abu bakar dan membukanya, namun mereka tidak mendapatkan satu dinar atau dirham pun di dalamnya.

Sekelumit Karakter Mulia Sang Amirul Mu’minin

Sama halnya dengan Abu Bakar, Umar bin Khattab pun memiliki keunggulan dalam kepemimpinannya.

Kebijakan-Kebijakan Baru Yang Maju

Amirul Mu’minin, Umar bin Khattab, adalah orang yang pertama kali menetapkan penanggalan Islam yang diawali dari hijrahnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam; ia juga disebut-sebut sebagai orang yang pertama kali membangun administrasi baitul mal dalam pemerintahan Islam; dalam peribadatan, Umar lah yang pertama kali memerintahkan shalat tarawih berjama’ah di bulan Ramadhan; ia pula yang pertama kali membangun kantor-kantor administrasi dan memberikan gaji khusus kepada orang-orang yang masuk Islam lebih dahulu; mengangkat hakim di kota-kota dan membangun kota-kota, seperti Kufah, Bashrah, Umar juga adalah orang yang pertama kali mengambil zakat kuda; dan banyak lagi kebijakan-kebijakan lainnya.

Ibnu Sa’ad berkata, “Umar membuat lumbung untuk menyimpan tepung gandum, kurma, kismis, dan semua bahan makanan yang diperlukan. Dengan lumbung makanan tersebut, Umar membantu orang-orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan. Dia membangun lumbung itu di antara Makkah dan Madinah yang gampang diambil oleh orang yang membutuhkannya. Dia juga yang pertama merenovasi Masjid Nabawi di madinah dan memperluasnya, serta menghamparinya dengan batu kerikil yang lembut. Umar adsalah yang mengusir orang-orang Yahudi dari Hijaz ke Syam dan mengusir orang-orang Najran ke Kufah. Umar juga menempatkan maqam Ibrahim pada posisinya yang kita lihat hingga sekarang. Maqam Ibrahim sebelumnya menempel dengan Ka’bah.”

Berbagai pembebasan wilayah banyak dilakukan pada masa Umar; Himsh, Baklabakka, Bashrah, Aballah, Yordania, Thabarriyah, Ahwaz, Madain, Tikrit, Baitul Maqdis, dan masih banyak lagi daerah-daerah lain, hingga Islam menjadi sebuah kekuatan yang besar.

Pribadi yang Tegas namun Lembut

Meskipun memimpin kekuatan yang demikian besar, Umar bin Khattab tetap menjadi pribadi yang sederhana, rendah hati, namun tegas.

Umar bin Khattab berkata tentang gaya kepemimpinan yang dipilihnya, “Sesungguhnya pemerintahan ini tidak mungkin bisa berjalan kecuali dengan ketegasan, tetapi tidak zalim; dan kelembutan, tetapi tidak lemah dan takut.”

Pemerintahan yang Bersih

Khuzaimah bin Tsabit berkata, “Jika Umar mengangkat pejabat, dia akan menuliskan baginya suatu perjanjian. Dia mensyaratkan kepada pejabat itu untuk tidak mengendarai kuda, tidak memakan makanan dengan kualitas tinggi, tidak memakai pakaian yang halus, dan tidak menutup rumahnya bagi siapa yang terdesak kebutuhannya. Jika dia melakukannya, dia dipecat.”
Umar juga memerintahkan kepada para pejabatnya atau orang yang akan diangkatnya sebagai pejabat untuk mencatat harta kekayaannya.

Sebagaimana halnya Abu Bakar, Umar bin Khattab pun sangat berhati-hati terhadap harta milik umat. Umar awalnya tidak makan dari harta Baitul Mal, ketika terjadi masa paceklik, dia meminta kepada para sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam untuk memberikan pendapat. Dia berkata, “Aku telah menyibukkan diri dengan urusan khalifah ini. Lalu apakah aku boleh mengambil sesuatu dari Baitul Mal?” Ali berkata, “Engkau boleh mengambil makanan untuk makan siang dan malam.” Lalu Umar mengambil dari Baitul Mal sebagaimana yang disarankan Ali.

Ibnu Sa’ad dari Sufyan bin Abu Auja’ menceritakan bahwa Umar pernah berkata, “Demi Allah, aku tidak mengetahui apakah aku ini seorang raja atau khalifah. Jika aku ini adalah seorang raja maka ini adalah persoalan yang besar.” Seorang yang hadir berkata, “Wahai Amirul Mu’minin, sesungguhnya di antara keduanya itu memiliki perbedaan yang besar.” Umar bertanya, “Apa perbedaannya?” Orang itu menjawab, “Seorang khalifah itu tidak mengambil harta rakyatnya, kecuali dengan cara yang benar dan mempergunakannya dengan cara yang benar pula dan engkau seperti itu, sedangkan seorang raja adalah orang yang melakukan kezaliman kepada manusia, mengambil hak orang lain dengan sekehendaknya, dan memberikan hartanya dengan sekehendaknya pula.” Mendengar itu Umar terdiam.

Hasan berkata, “Suatu ketika, Umar dating ke rumah anaknya yang bernama Ashim. Saat itu Ashim sedang memakan daging. Umar berkata, ‘Apa ini?’ Ashim menjawab, ‘Kami ingin sekali makan daging’ Umar berkata, ‘Apakah kau akan memakan setiap yang kau inginkan? Seseorang dianggap sebagai pemboros jika dia selalu menuruti apa yang dinginkannya.’”

Qatadah mengatakan bahwa pada saat Umar menjabat sebagai khalifah, dia memakai jubah dari bahan wol yang ditambal dengan kulit. Dia berkeliling di pasar sambil membawa cemeti untuk memukul orang yang berlaku curang.

Abdullah bin Amir pernah melaksanakan haji bersama Umar. Dia tidak pernah mendirikan kemah atau tenda. Yang dilakukannya adalah menggelar tikar di bawah pohon, lalu berteduh di bawah pohon itu.

0 Komentar:

Posting Komentar

Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..

Recent Post widget Inspirasi Rabbani

Menuju

Blog Tetangga

Blog Tetangga
Klik Gambar untuk Berkunjung

Luwuk Banggai SULTENG

Luwuk Banggai SULTENG
ebeeee......