Satu lagi tulisan dari buku Teladan Tarbiyah, tentang keikhlasan, kita simak yuk…
Tidak seperti biasanya, pengepungan kali ini berjalan begitu lama. Maslamah, sang panglima khalifah tidak dapat menentukan sampai kapan pengepungan berhasil. Insting kepemimpinannya segera menuntunnya untuk melakukan pengintaian secara rahasia. Ia berniat mencari celah untuk menembus benteng. Maslamah yakin, kemenangan akan diperoleh, jika pasukannya mampu menembus benteng. Setelah mengadakan penjajagan dengan seksama, maslamah menyimpulkan terdapat lorong yang dapat ditembus. Dikemahnya, Maslamah membicarakan hal tersebut dengan beberapa perwira. Maslamah menantang siaapa diantara mereka yang berani masuk menembus lorong tapi semuanya diam………..
Tiba-tiba datang
tentara berkuda dengan wajah tertutup cadar yang menyatakan sanggup
melaksanakan tugas menembus lorong saat itu juga karena waktu itu
dinilai saat yang tepat untuk menyusup. Beberapa waktu kemudian
terdengar teriakan takbir dari pintu benteng. Dia telah berhasil membuka
pintu benteng setelah membunuh penjaganya kemudian bertakbir dengan
lantang, suara itu seketika membangkitkan semangat kaum muslimin.
Bagaikan air bah, para mujahidin fi sabilillah itu menyerbu ke dalam
benteng. Akhirnya, benteng dikuasai dan musuh dapat dihancurkan.
Perangpun usai, Maslamah memikirkan prajurit bercadar. Ia perintahkan
seluruh perwira untuk mencari, siapakah sebenarnya prajurit bercadar
itu. Sampai waktu yang lama, tak ada yang mengaku. Namun tak berselang
lama, datanglah orang bercadar dengan berjalan kaki. Sesampai didepan
Maslamah, ia bertanya,
”Apakah tuan masih mencari prajurit bercadar?”
”Benar. Kaukah orangnya?”
”Saya dapat menunjukkan orangnya, asal Tuan mau berjanji kepadaku!”
”Baiklah.Apa yang harus kujanjikan untukmu?”
”Tuan jangan menanyakan
siapa namanya. Tuan jangan memberi hadiah apa pun kepadanya. Dan
ketiga, Tuan jangan menceritakan kepada seorangpun! Apakah Tuan mau
berjanji memenuhi tiga syarat itu?
”Ya, saya berjanji. Tak
akan aku bertanya siapa namanya, tak akan aku beri hadiah kepadanya,
dan tak akan menceritakan hal dirinya kepada siapa pun.”
”Ketahuilah panglima,
orang itu adalah adalah yang ada dihadapan Tuan.”Mendengar itu, Maslamah
seketika memeluk erat tentara yang ada didepannya.
Tentara bercadar itu
pun berlalu, Maslamah mengangkat tangan dan berdo’a, Ya Allah
kumpulkanlah aku di surga dengan orang bercadar itu
……………………………………………………………………………………….
Subhanallah.
Ikhwahfillah,kiranya
cerminan kisah ini merupakan penyemangat bagi diri kita untuk selalu
berusaha berjuang meraih keridhaan meskipun kita tiada dikenal atau
tidak pada posisi struktural. Berusaha tanpa pamrih jalankan amanah yang
amat berat sekalipun karena itulah tantangan.
Ikhwahfillah,Saat ini
yang dibutuhkan umat muslim adalah orang-orang yang mukhlis dalam
berjuang ketika musuh-musuh Islam bersatu untuk menghancurkan Islam dari
semua sisi.Orang-orang mukhlis yang tidak menunggu bola tapi menjemput
bola. Mengawali untuk berdakwah sesuai dengan kemampuan. Menjadi Pioner.
Pioner yang akan selalu mengawali berbuat baik dari hal terkecil, walau
sekedar menyingkirkan batu dari jalanan.Pioner untuk selalu berfikir
kreatif demi kelangsungan dakwah Islam.
Ikhwahfillah,
Masihkah kita kecewa apabila teman aktivis kita lebih dikenal sedangkan kita yang lebih banyak berkorban dilupakan ?
Apakah diri berfikir untuk mundur dari dunia dakwah, saat merasa tiada orang yang peduli dengan keberadaan kita?
Jika jawabannya YA, pertanyakanlah nilai Keikhlasan itu.
Bukankah sang manusia bercadar TIDAK INGIN DIKENAL!!!
Maka jadilah insan yang ketika berada dalam masyarakat, masyarakat tidak mengenal dirinya. Tetapi ketika ia pergi, masyarakat mencari karena jasa-jasanya.
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..