Jika kita diajari oleh Nabi untuk bershalawat di mana di sana
dicantumkan dua Nabi,maka jelas pesannya. Karena keduanya memang teladan
bagi manusia. Sebagaimana yang disebutkan dalam al-Qur’an bahwa Uswatun
Hasanah hanya disematkan untuk kedua Nabi ini; Nabi Ibrahim alaihis
salam dan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.Tetapi yang menarik
adalah, shalawat kita ternyata juga diperuntukkan bagi keluarga
keduanya. Sungguh ini sebuah kemuliaan bagi kedua keluarga mulia ini.
Dan sekaligus menyampaikan bahwa kedua keluarga ini memang layak
didoakan bagi seluruh manusia. Karena memang mereka dua keluarga mulia.
Tetapi ada yang menarik dalam al-Qur’an. Ada satu keluarga istimewa;
Keluarga Imron. Keistimewaan itu jelas terlihat. Ditandai oleh beberapa
hal:
a. Inilah satu-satunya keluarga yang dipakai untuk menjadi Nama Surat dalam al-Qur’an
Tidak ada surat al-Qur’an yang menggunakan nama keluarga kecuali Surat Ali Imron (Keluarga Imron)
b. Inilah keluarga biasa yang dipuji sejajar dengan keluarga Nabi
Sebagaimana yang bisa kita baca dalam ayat:
إِنَّاللَّهَاصْطَفَىآَدَمَوَنُوحًاوَآَلَإِبْرَاهِيمَوَآَلَعِمْرَانَعَلَىالْعَالَمِينَ (33)
“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan
keluarga ‘Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing)” (Qs. Ali Imron: 33)
Di dalam ayat ini, Allah memilih di atas segala umat dua Nabi: Adam
dan Nuh, serta dua keluarga: Keluarga Ibrahim dan Keluarga Imron.
c. Inilah keluarga ideal yang dibandingkan lebih mulia dari keluarga
dua Nabi .Ayat terakhir dalam Surat at-Tahrim menjelaskan hal itu:
وَمَرْيَمَابْنَتَعِمْرَانَالَّتِيأَحْصَنَتْفَرْجَهَافَنَفَخْنَافِيهِمِنْرُوحِنَاوَصَدَّقَتْبِكَلِمَاتِرَبِّهَاوَكُتُبِهِوَكَانَتْمِنَالْقَانِتِينَ
“Dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya,
maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami,
dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-KitabNya, dan dia adalah
termasuk orang-orang yang taat.” (Qs. At-Tahrim: 12)
Ayat ini diawali oleh dua ayat sebelumnya. Di mana ayat 10 Allah
menyampaikan tentang istri dua Nabi yang kafir; istri Nabi Nuh dan istri
Nabi Luth. Selanjutnya di ayat 11 Allah berfirman tentang istri Fir’aun
yang beriman, sementara suaminya kafir. Dan di akhir Surat at-Tahrim,
Allah memuji Maryam sebagai orang sangat mulia yang merupakan putri
Imron. Dan kelak, dialah wanita yang melahirkan seorang Nabi dengan cara
mukjizat; Nabi Isa alaihis salam.
Tentu ada banyak pesan tentang pemunculan keluarga Imron. Di antara pesan sangat penting adalah :
1. Jangan beralasan dengan Nabi Nuh ketika kita gagal mendidik anak.
Sebab Allah telah menegur Nabi Nuh saat dia tidak sanggup membimbing
anaknya hingga mau naik ke bahtera bersama orang-orang beriman.
قَالَيَانُوحُإِنَّهُلَيْسَمِنْأَهْلِكَإِنَّهُعَمَلٌغَيْرُصَالِحٍفَلَاتَسْأَلْنِمَالَيْسَلَكَبِهِعِلْمٌإِنِّيأَعِظُكَأَنْتَكُونَمِنَالْجَاهِلِينَ
Allah berfirman: ” Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk
keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya ia adalah
perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku
sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku
memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang
tidak berpengetahuan.” (Qs. Hud: 46)
Teguran ini Allah sampaikan kepada Nabi Nuh setelah Nabi Nuh bertanya
kepada Allah mengapa anaknya ikut ditenggelamkan bersama orang-orang
kafir.
2. Jangan berkata bahwa keluarga kita tidak bisa menjadi mulia
seperti keluarga para Nabi. Karena ternyata keluarga Imron yang
merupakan keluarga manusia biasa pun bisa menjadi sejajar dengan
keluarga Nabi. Dan karena para nabi diutus untuk menjadi pembimbing dan
teladan bagi manusia.
Tapi sayangnya, sebagian kita masih terbalik dalam menyikapi generasi
dan keluarganya. Saat ada yang gagal mendidik anak, berdalih dengan
Nabi Nuh. Padahal seharusnya tidak boleh, karena Nuh telah ditegur
Allah.Sementara saat keberatan dalam melahirkan keluarga istimewa,
acapkali ada yang berkata bahwa kita bukan keluarga Nabi. Padahal,
keluarga Imron pun bisa sejajar dengan keluarga Nabi bahkan bisa lebih
baik.
Dari Kehamilan hingga Pengasuhan
Untuk mengungkap rahasia kehebatan keluarga manusia biasa tetapi
disejajarkan dengan kemuliaan keluarga Nabi, kita harus membuka langsung
Surat Ali Imron. Pasti kita akan mendapatkan petunjuknya di
sana.Pembahasan tentang keluarga Imron dalam Surat Ali Imron, ternyata
dimulai pembahasan tentang istri. Lihatlah ayat 35 dan seterusnya. Ini
menjadi pelajaran pertama sebelum yang lainnya, betapa peran seorang
istri yang kelak menjadi seorang ibu adalah peran sentral. Menyiapkan
dengan baik seorang ibu berarti menyiapkan satugenerasi istimewa. Yang
artinya, gagal dan mengabaikan penyiapan seorang wanita yang kelak
menjadi istri dan ibu adalah merupakan kegagalan lahirnya generasi yang
baik.
Pembicaraan tentang keluarga Imron dimulai dari ayat ini:
إِذْقَالَتِامْرَأَةُعِمْرَانَرَبِّإِنِّينَذَرْتُلَكَمَافِيبَطْنِيمُحَرَّرًافَتَقَبَّلْمِنِّيإِنَّكَأَنْتَالسَّمِيعُالْعَلِيمُ
(Ingatlah), ketika isteri ‘Imran berkata: “Ya Tuhanku,
sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku
menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu
terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (35)
Dalam ayat ini dibahas tentang kehamilan. Sebuah fase yang sangat
penting. Mengabaikannya berarti kehilangan sebuah fase penting.Ayat ini
mengajarkan kepada setiap keluarga muslim agar para istri banyak
menyematkan harapan mulia bagi janin. Harapan semulia istri Imron.
Sekaligus banyak mendoakan bagi calon jabang bayi agar kelak menjadi
orang yang baik dan mulia.
Dari sinilah, maka teori pendidikan manusia sejak dalam kandungan
bukanlah hal yang baru muncul hari ini. Al-Qur’an telah
membicarakannya.Tetapi yang jelas bertentangan dengan Islam adalah
ketika metode pendidikan janin yang digadang-gadang hari ini adalah
pendidikan dengan memperdengarkan musik klasik di perut ibu. Banyak yang
meyakini bahwa hal ini merupakan hasil penelitian. Sayangnya, umat ini
masih lebih percaya penelitian yang entah dari mana sumber dan
kepentingan di baliknya, dengan ayat yang absolut haq dan telah
melahirkan para pemimpin bumi yang istimewa.
Yang lebih celaka lagi, ketika umat Islam dikelabuhi oleh dunia
barat. Bukan penelitian dikatakan sebagai penelitian. Sudah jatuh
tertimpa tangga pula. Sudah hal itu salah, bukan penelitian pula. Ini
efek kita lebih mengagungkan penelitian daripada ayat dan petunjuk Nabi.
Satu studi terkenal pada 1993 yang diterbitkan di jurnal Nature
menunjukkan bahwa mendengarkan musik Mozart akan meningkatkan kemampuan
kognitif. Itu meningkatkan ketertarikan orang dalam memajan bayi dan
anak kecil pada musik klasik, dan pengusaha berlomba menjualnya ke
berbagai sekolah, pusat perawatan siang-hari dan orang-tua.
Namun, hasil studi oleh oleh ilmuwan Austria yang disiarkan oleh
HealthDay News, Jumat (14/5/2010) mengatakan tak menemukan bukti bahwa
mendengarkan musik Mozart –betapapun meriahnya musik tersebut– memiliki
dampak pada kemampuan kognitif seseorang. Dalam studi paling akhir itu,
para peneliti di University of Vienna mengkaji lebih dari 40 studi dan
penelitian yang tak disiarkan yang meliputi lebih dari 3.000 subjek.
Kesimpulan mereka ialah tak ada yang mendukung pendapat bahwa musik
Mozart meningkatkan kemampuan otak anak.
Kesalahan fatal pendidikan orangtua hari ini ternyata dimulai sejak
dalam kandungan. Anak yang belum lahir telah dirusak oleh musik yang
jelas tidak disukai dalam Islam –terlepas dari perbedaan pendapat para
ulama seputar hukum musik. Bagi yang masih harus bersandar pada
penelitian, berikut ini hasil salah satu penelitian tentang bahaya
musik,Remaja yang menghabiskan banyak waktu mendengarkan musik lebih
berisiko mengalami depresi daripada remaja yang memiliki kegemaran
membaca. Demikian diungkap sejumlah peneliti dariUniversity of
Pittsburgh School of Medicine, Amerika Serikat.
Cukuplah kita baca surat asy-Syu’ara’ (26) dan kita akan bisa
mendapati peringatan keras ayat terhadap dunia yang ‘wajib’ digemari
oleh setiap orang itu. Sebelum kita baca, perlu diketahui bahwa
asy-Syu’ara’ artinya para penyair. Para penyair di zaman dahulu kala
biasa menjadi orang terkenal setelah mereka memenangi perlombaan syair.
Bahkan sebagian syair mereka digantung di Ka’bah, yang dikenal dengan
mu’allaqat sab’ah. Hal ini yang membuat mereka menjadi terkenal. Jadi
mereka hari ini sejajar dengan mereka yang menamakan dirinya selebriti.
Mereka juga berfungsi sebagai pembawa berita, penyebar opini serta
menggerakkan masyarakat. Hari ini, hal seperti itu sejajar dengan media.
Dari ayat 221 sampai 223 Allah menyampaikan tentang syetan dan ciri
penggemarnya. Langsung setelahnya, pada ayat 224 Allah menyampaikan
tentang para penyair, ciri mereka dan para pengagumnya. Sebuah keakraban
luar biasa antara syetan dan para penyair. Dan berikut ini ayat tentang
para penyair:
وَالشُّعَرَاءُيَتَّبِعُهُمُالْغَاوُونَ (224)
أَلَمْتَرَأَنَّهُمْفِيكُلِّوَادٍيَهِيمُونَ (225)
وَأَنَّهُمْيَقُولُونَمَالَايَفْعَلُونَ (226
224. Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. 225. Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap- tiap lembah 226. dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)?
Ibnu Abbas menjelaskan pengembaraan mereka di tiap-tiap lembah:
Mereka tenggelam dalam setiap kesia-siaan. (Tafsir Ibnu Katsir 6/173,
MS) (fzl/parentingnabawiyah)
~Inspirasi Rabbani~
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..