Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!

Rasulullah saw dan umat Islam memulai perjuangan suci untuk menegakkan Agama Islam di bulan Ramadhan dan memperoleh kemenangan gemilang di bulan Ramadhan pula. Kapankah umat Islam Indonesia mau menapak tilasi fakta sejarah ini?
Setelah
Rasulullah saw dan kaum muslimin hijrah dari Mekah ke Madinah, di kota
baru ini Rasulullah saw menata umat dan membangun fondasi negara Islam.
Dimulai dengan membangun masjid sebagai pusat kegiatan dan pembinaan
umat Islam, mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshar, sampai membuat
perjanjian damai antar suku di Madinah, termasuk dengan Yahudi.
Pada
abad II Hijrah, negara yang baru seumur jagung ini mendapat ancaman
dari musuh, kafir Quraisy. Kaum kafir Quraisy berjumlah seribu pasukan
di bawah pimpinan Abu Jahal bergerak menuju Madinah. Rasulullah saw
menyambutnya dengan menghimpun pasukan sejumlah 300 orang. Kedua pasukan
berbeda akidah ini bergerak dan berhadap-hadapan di lembah Badar.
Lembah
ini diapit oleh dua bukit; di timur diapit oleh bukit ‘Udwah al-Qushwa
dan di barat diapit oleh bukit ‘Udwah ad-Dunya. Di sisi selatan, lembah
Badar dibatasi oleh bukit al-Asfal. Sejak masa sebelum Islam, lembah
tersebut sudah menjadi jalur yang banyak dilintasi kafilah-kafilah
dagang asal Mekah atau Yaman yang hendak berniaga ke Syam (Suriah dan
Lebanon).
Tanahnya yang subur karena
memiliki campuran pasir dan tanah dengan beberapa mata air di lembah
tersebut membuat para kafilah bisa singgah beristirahat di lembah ini
dengan nyaman. Saat ini, lembah Badar menjadi salah satu kota yang
berada di wilayah Propinsi Madinah dengan nama lengkap Kota Badar
Hunain. Jarak kota ini dari kota Madinah sekitar 130 km.
Lembah
ini menjadi saksi sejarah saat kaum muslimin memukul telak kaum kafir
Quraisy dalam perang Badar. Perang ini meletus pada 17 Ramadhan 2 H.
bertepatan dengan 17 Maret 624 M. Perang yang sejatinya tidak seimbang
ini, baik dari segi jumlah pasukan maupun perlengkapan perang,
memberikan pelajaran mahal bagi kita, umat Islam. Betapapun jumlah kita
sedikit, kecil, lemah, namun ketika akidah dan iman tertanam kokoh dalam
hati, maka Allah pasti menguatkan dan mengokohkan. Allah pasti
memberikan pertolongan, bahkan dari jalan yang tidak biasa.
Simaklah kedahsyatan pertolongan Allah yang direkam dalam Al-Qur’an surah Ali ‘Imran ayat 123-126.
“Sungguh
Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah
(ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada
Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya. (Ingatlah), ketika kamu mengatakan
kepada orang mukmin, ‘Apakah tidak cukup bagi kamu, Allah membantu kamu
dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?’ ‘Ya (cukup)’,
jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu
dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu
malaikat yang memakai tanda. Dan, Allah tidak menjadikan pemberian bala
bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi (kemenangan)-mu, dan
agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah
Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali ‘Imran : 123-126)
Perang
Badar dimenangkan dengan gemilang oleh pasukan muslim atas pertolongan
Allah. Pada perang ini, ratusan kaum kafir Quraisy tewas dan pentolan
kaum kafir Quraisy, Abu Jahal, tewas oleh mantan budak yang disiksanya,
Bilal bin Rabah ra.
Enam tahun kemudian, diawali dengan
pengkhianatan kaum kafir Quraisy terhadap perjanjian Hudaibiyah,
Rasulullah saw menghimpun pasukan muslim dengan jumlah 10.000 pasukan.
Rasulullah saw bergerak menuju Mekah dengan singgah di beberapa titik.
Di satu titik persinggahan, Marra Zhahran, Abu Sofyan, pentolan kaum
kafir Quraisy yang tersisa, masuk Islam. Ini pertanda kaum kafir Quraisy
sebenarnya tidak berdaya melawan pasukan muslim.
Kemenangan
pasukan muslim dalam Fathul Mekah sejatinya telah dikabarkan dua tahun
sebelumnya dengan turunnya wahyu surat Al-Fath. Dan, pembuktiannya
terjadi pada 10 Ramadhan 8 H. Pasukan muslim memasuki kota Mekah tanpa
perlawanan sedikitpun. Pembebasan kota Mekah berlangsung damai dan aman.
Rasulullah saw memasuki Masjidil Haram dan menghancurkan
berhala-berhala yang mengitari Kakbah.
Pada
hari itu, Mekah berubah dari kota kemusyrikan menjadi kota bertauhid.
Warga Mekah berbondong-bondong memeluk Islam tanpa paksaan. Kemudian,
disusul oleh orang-orang dari berbagai suku di sekitar Mekah dan jazirah
Arab lainnya berbondong-bondong masuk Islam. Inilah kemenangan yang
nyata, saat umat manusia tersinari oleh cahaya Islam, ketika umat
manusia berbondong-bondong masuk agama Islam. Peristiwa ini diabadikan
dalam surah An-Nashr.
Mari kita telaah
dua peristiwa besar dalam sejarah Islam ini untuk kita petik pelajaran.
Menariknya, perang Badar dan Fathul Mekah sama-sama terjadi di bulan
Ramadhan. Artinya, Ramadhan adalah bulan perjuangan dan Ramadhan pula
bulan kemenangan. Ramadhan adalah momentum bagi kita untuk melakukan
perubahan dan perbaikan mendasar dan menyeluruh dalam hidup kita, baik
dalam konteks pribadi, keluarga, masyarakat, maupun negara.
Karena
itu, tanyakan kepada diri kita sudahkah kita menyusun program Ramadhan?
Telah berapa Ramadhan yang kita lalui? Lalu, bagaimana hasilnya?
Rasulullah saw hanya menjalani sembilan kali Ramadhan dalam hidupnya.
Hasilnya? Dahsyat luar biasa. Bahkan, beliau hanya perlu enam kali
Ramadhan untuk menuntaskan perjuangan besar, misi suci nan agung,
menerangi alam dengan cahaya Islam.
Jika
demikian, ada yang salah dengan Ramadhan kita. Ramadhan berhenti
sebatas ibadah ritual yang belum terejawantahkan nilai-nilainya dalam
kehidupan sehari-hari. Kita masih pilih-pilih dalam menjalankan Islam.
Yang mudah dan enak diambil, namun yang dirasa berat ditinggalkan. Kita puasa,
tapi ekonomi ribawi masih dijalankan. Kita puasa, tapi pendidikan kita
sekuler. Kita puasa, tapi masih enggan berzakat dan berinfak. Padahal,
perintah puasa Ramadhan pada tahun 2 Hijrah didahului dengan perintah
zakat pada tahun yang sama.
Kita puasa,
tapi lebih memilih kesibukan dunia daripada memenuhi panggilan Allah
(baca: shalat). Padahal, perintah puasa Ramadhan pada tahun 2 Hijrah
didahului dengan perintah pemindahan kiblat dari Masjidil Aqsha ke
Kakbah di Masjidil Haram. Kita puasa, tapi alergi dengan tema jihad.
Padahal, perintah puasa Ramadhan pada tahun 2 Hijrah disusul dengan
perintah jihad fi sabilillah. Simpulannya, kita puasa, tapi sistem hidup
kita belum Islami. Sistem hidup kita belum mengikuti sistem hidup
Rasulullah saw dan generasi sahabat.
Jika
demikian, bagaimana mungkin kemenangan gemilang umat Islam Indonesia
akan hadir di Ramadhan tahun ini? Entah, harus berapa Ramadhan lagi,
kita bisa meraih kemenangan sebagaimana Fathul Mekah? Bergantung dari
kemauan dan kesungguhan kita. Allah memberikan kemenangan dan kekuasaan
kepada siapa yang Dia kehendaki. Maka, mari pantaskan diri, keluarga,
lembaga, masyarakat, dan negara kita untuk diberikan kemenangan
gemilang. Wallahu A’lam… (dakwatuna.com/hdn)
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..