Assalamu Alaikum, Selamat datang Saudaraku. Semoga BLOG ini bermanfaat dan harapan kami agar Anda sering datang berkunjung. Wassalam. ==> YAHYA AYYASY <==

Perilaku Anak ketika dekat Ibunya


Hasil gambar untuk GAMBAR anak anak 
MENGAPA ANAK-ANAK SUKA BERPERILAKU LEBIH BURUK KETIKA IBUNYA BERADA DI DEKATNYA? - Jawabnya akan membuat kita sedikit merasa berbeda tentang air mata (tangisan) dan amukan (tantrum). Akhirnya kita mendapatkan jawaban untuk pertanyaan ini, dan itu ternyata adalah sesuatu yang baik. Bagi seorang ibu sebaiknya tidak melewatkan ini. Alasan mengapa anak-anak ibu bersikap lebih buruk ketika para ibu mereka berada di sekitarnya? Ini sederhana. Jika anak anda bertindak lebih buruk di depan ibunya itu berarti bahwa anda (seorang ibu) sudah menjadi ibu yang baik, dan telah melakukan pekerjaan sebagai ibu dengan benar. Sebagai seorang ayah, saya tahu persis bagaimana anak-anak selalu dalam perilaku terbaiknya ketika mereka sedang bersama ayahnya. NAH.. drama dimulai ketika ibunya datang. Lalu mengapa mereka selalu bertindak lebih buruk di depan ibunya? Setelah kami membaca postingan menakjubkan dari Kate Surfs, kami sangat menyukainya, kami merasa begitu banyak yang ingin kami bagi dengan kalian semua. Jadi begini. Alasan mengapa anak-anak cerderung bersikap buruk ketika ibu mereka berada di sekitarnya. Ini sebuah teori yang indah, yang akan membuat kita semua merasa sedikit berbeda membuat kesimpulan tentang rengekan, air mata dan amukan, saya yakin: Karena ANDA-ANDA (para ibu) adalah tempat yang aman. ANDA adalah tempat mereka bisa datang dengan semua masalah mereka. Jika Anda tidak dapat membuat sesuatu yang lebih baik, maka siapa lagi yang bisa? (menurut mereka). Jika anak sudah berada dalam situasi yang tidak menyenangkan sepanjang hari, kemudian mereka melihat anda (ibu) datang, mereka tahu, akhirnya inilah waktu untuk melepaskan beban itu. Itu berarti melepaskan apapun, MERENGEK, MENAGIS, dll. Lelah setelah seharian dari tempat kerja, tapi itulah pekerjaan ibu. Berikan pada mereka ekspresi tanpa hambatan, dan jadilah tempat nyaman untuk pelepasan emosional baku mereka. Anda (ibu) belum sempat meluruskan kaki, jangan terkejut jika anda akan disambut di pintu dengan rengekan dan jeritan. Luar biasa, pada moment ini anda (ibu) telah menciptakan ruang yang cukup aman untuk anak-anak, dan membiarkan mereka memiliki izin menjadi ALAMI. Dan, dengan cara itu BENAR-BENAR-BENAR penting bagi anak-anak untuk menjadi alami dengan perasaan mereka, emosi mereka dan fungsi tubuh mereka. Ketika mereka tumbuh, kita pasti ingin anak-anak kita memiliki kecerdasan yang sangat berfungsi kan? dan tampa hambatan emosional yang berarti kan? JADI... anggaplah sikap buruk anak-anak itu sebagai pertanda baik. Semua karena anak-anak mencintai anda (ibu), mereka sudah menyimpannya selama seharian hanya untuk seorang ibu. CLEAR!

*Copas Fb
Lengkapnya Klik DISINI

“Aku Masih Bisa”

Hasil gambar untuk gambar jangan menyerah 
Jangan menyerah. Jangan berhenti. Jangan mengeluh. Sebaliknya, tanamkan dalam diri kita, “aku masih bisa!”. Dunia memang tak seindah mimpi (kecuali mimpi seram kali ya?). Tapi bukan berarti kita harus mengutuki nasib kita di dunia bila tak sesuai keinginan dan harapan kita. Jalani aja apa adanya. Sembari berusaha dan berdoa untuk menjadi lebih baik. Kesulitan hidup bukan untuk ditakuti, tapi untuk dihadapi. Kehilangan keberanian untuk hadapi hidup, justru saat itulah kita sudah kalah. Sekalah-kalahnya. Iya dong. Setiap orang yang tak berani hadapi kenyataan hidup, sejatinya sudah kalah di ronde pertama gerbang kehidupan. Kita lahir ke dunia ini sudah jadi pemenang dan tentunya Allah Ta’ala sudah memberikan kita bekal yang cukup untuk jalani kehidupan di dunia.

Apa yang bisa dibanggakan lagi dari seseorang yang sudah kehilangan motivasi dalam hidupnya? Kehilangan harta masih bisa dicari jika motivasi alias niat untuk mencarinya masih ada. Tapi jika sudah kehilangan motivasi dalam hidup? Maka yang terjadi adalah bisa kehilangan semuanya. Tetaplah jaga niat dalam berbuat. Motivasi terbesar sebagai muslim dalam mengerjakan amal shalih dan perbuatan lainnya adalah menggapai ridho Allah Ta’ala. Itu sebabnya, cara melakukannya juga wajib sesuai yang Allah Ta’ala ridhoi. Proses itu penting setelah niat dilakukan. Sebab, akan menentukan hasilnya. Jika proses yang dijalani keliru, hasilnya juga keliru. Benar prosesnya, maka hasilnya juga benar.

Coba kita lihat bayi yang baru lahir. Ia hanya bisa menangis. Mungkin kaget. Sebab, selama di dalam rahim ibunya dia merasa tenang. Tak banyak tantangan. Allah Ta’ala siapkan tubuhnya, membuatkan ‘software’ untuk berpikir dan berperasaannya, sehingga cukup untuk jalani kehidupan di dunia di luar rahim ibunya. Begitu seorang bayi lahir ke dunia dari rahim ibunya, dimulailah babak baru kehiduan yang akan ia jalani di dunia. Belantara yang belum ia kenal. Ada baik ada buruk. Arena yang berlapis-lapis ujiannya, tantangannya, rintangannya, kesenangannya, kesedihannya dan segalanya. Manusia harus mampu menghadapi semuanya dengan penuh kehati-hatian, waspada, cukup ilmu, cukup tenaga, wawasan, kemampuan mengolah pikir dan rasa, serta pandai memanfaatkan kesempatan agar bisa selamat dari ujian tersebut dan berhasil melaluinya dengan maksimal dan menjadikannya mulia. Agar kehidupan setelah dunia pun bisa diraih dengan mendapat tempat yang layak, yakni surga.

Sobat, kalo saat ini kita menghadapi berbagai macam ujian dan rintangan dalam hidup dan dakwah, jangan menyerah. Katakan bahwa “aku masih bisa!”. Jangan kalah sama bayi. Dulu kita juga pernah jadi bayi. Bayi yang normal dan sehat pasti akan tumbuh dan berkembang. Tadinya belum bisa tengkurap sendiri. Ia mencobanya. Gagal. Coba lagi. Terus begitu hingga akhirnya bisa dengan mudah tengkurap. Kemudian ia belajar untuk balik ke posisi terlentang. Gagal. Coba lagi. Terus dan begitu hingga berhasil. Selanjutnya, ketika ia merasa sudah bisa dua posisi itu, ia mencoba untuk merangkak. Proses yang sama, yakni mencoba dan gagal. Terus begitu hingga berhasil. Setelah bisa merangkak, ia akan mencoba duduk. Itu pun dengan proses yang hampir sama, trial and error. Tapi karena terus mencoba akhirnya berhasil duduk. Setelah duduk ia mencoba untuk berdiri. Ia mulai menaiki tempat yang agak tinggi. Mulai berani manjat untuk mencari pegangan agar mampu mengangkat berat tubuhnya. Meja, kursi, dan apa saja yang lebih tinggi dari tubuhnya dijabanin demi bisa berdiri. Setelah berhasil, ia mencoba melangkahkan kaki. Tapi karena ia berani untuk mengambil risiko, meskipun jatuh saat mencoba berjalan, tak segan mencoba lagi. Proses itu berulang kali dijajalnya, hingga akhirnya berhasil berjalan. Kalo udah bisa jalan, lari bukan halangan. Kadang reflek kalo udah ngerasa lancar melangkah.

Kita sudah dewasa. Kemampuan dasar kita sudah lengkap. Memang, waktu bayi juga bukan berarti kita bisa dengan sendirinya. Nggak juga. Waktu bayi kita perlu bantuan orang di sekitar kita. Kita waktu bayi dan bayi lainnya diarahkan dan dilatih untuk bisa melakukan berbagai gerakan. Aspek motoriknya dilatih sedemikian rupa hingga akhirnya bisa berbagai keterampilan. Selain itu diajarkan juga etika atau adab. Dari hari ke hari dan dari pekan ke pekan, bulan demi bulan, dan bertahun-tahun kita jalani hidup pastinya makin “mateng” dengan pengalaman. Makin banyak wawasan. Entah berapa ratus cerita yang bisa direkam dan dikenang kembali. Kita menjadi orang yang sebenarnya bisa menjalani kehidupan ini. Lengkap dengan segala risikonya.

Ya, siap menjalani kehidupan berarti berani mengambil risiko yang akan muncul dari jalan yang kita pilih. Allah Ta’ala sudah menyiapkan bahwa kita mampu melakukannya sesuai kapasitas kemampuan yang Allah Ta’ala berikan kepada kita. Itu sebabnya, nggak ada alasan kan untuk mengeluh terus menerus? Hehehe.. kalo sekali atau dua kali mengeluh nggak apa-apa. Manusiawi kok. Tapi ingat lho, jangan keterusan. Ayo segera bangkit. Cari tahu penyebab kegagalanmu, dan temukan jalan keluar untuk mengatasinya. Kita insya Allah terlatih untuk hadapi tantangan. Tubuh kita sudah mulai kuat untuk hadapi tekanan fisik. Pikir dan rasa kita juga sudah terbiasa menghadapi kenyataan hidup: sedih-gembira; kecewa-bahagia; menang-kalah; benci-cinta; rindu-dendam; berani-takut; dan segala rasa lainnya.

Jangan menyerah dan jangan sampe mengeluh terus menerus tanpa berbuat untuk mengubah kondisi. Anak ngaji dan aktivis dakwah juga manusia. Pasti mengalami masa-masa sulit. Kekurangan materi, dijauhi orang terdekat karena kita dianggap berubah setelah ngaji, orang tua bercerai, jamaah dakwah rame-rame menolak kehadiran kita, umat menolak dakwah kita, dan seabrek masalah yang membuat kita sedih. Tapi yakinlah, kita masih bisa untuk mengatasinya. Percayalah. Selama Allah Ta’ala bersama kita, dan kita yakin Dia akan menolong, tak ada alasan untuk cemas apalagi putus asa. Alah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS Muhammad [47]: 7)

Sobat, perlu kita renungkan juga adalah usia kita yang mulai beranjak dewasa, semoga juga diiringi dengan pikiran dan perasaan sebagai orang dewasa. Jangan sampe deh body-nya udah dewasa tapi pikirannya masih kayak bocah. Biasanya sih, sudah sedewasa ini kita tentunya banyak mendapat pelajaran hidup langsung. Orang tua tentu punya waktu lebih banyak merasakan asam-garam kehidupan. Tapi yang terpenting, hidup kita tetap berguna meski umur tak sampai panjang. Tua itu pasti, tapi dewasa adalah pilihan. Banyak kok orang tua tapi pikiran dan perasaannya nggak pernah dewasa. Hidupnya masih aja kayak anak-anak. Ngumbar nafsu dan amarah tak terkendali. Sementara keimanan dan takwanya makin kendor. Lha, kacau banget kan? Tua-tua keladi tuh. Makin tua makin menjadi-jadi—jeleknya. Itu kalo dalam ungkapan bahasa Sunda, “Huntu geus ungger, tapi kalakuan angger” (gigi sih udah pada lepas, tapi kelakuan masih aja nggak berubah—jeleknya). Maksudnya udah tua tapi tetap aja nggak berubah. Umumnya orang udah tua itu salah satu tandanya giginya udah pada ompong.

Sebagai muslim, kita nggak hanya memikirkan kehidupan diri sendiri, lho. Kita juga harus memikirkan orang lain. Mulai dari orang terdekat di antara kita (keluarga dan teman), juga seluruh kaum muslimin. Memikirkan untuk mengajak mereka kepada kebaikan dan menegakkan kebenaran Islam. Tentu saja, upaya untuk mewujudkannya perlu semangat, motivasi dan tujuan yang benar dan jelas agar hasil yang didapat bisa memberikan manfaat dan barokah untuk semuanya. Selain itu, dalam menegakkan kebenaran ini, kita harus ekstra sabar, Bro. Allah Ta’ala menjelaskan dalam firmamNya (yang artinya): “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS al-Baqarah [2]: 153)

So, tetap tenang, sabar, syukur, dan terus berjuang tanpa lelah. Hadapi risiko, jangan mengeluh dan jangan menyerah. Masih bisa kok untuk bertahan dan mencari solusi. Asalkan tetap jaga niat, tetap istiqomah, dan maksimalkan ikhtiarnya serta iringi dengan doa tulus berharap keridhoan Allah Ta’ala dan kebaikan yang akan didapat agar menjadi barokah untuk semuanya. Meski ada cobaan pahit dan rintangan berat menghalang, tetaplah melaju. Lagian kenapa sih cobaan ini terasa begitu pahit? Ya, karena surga begitu manis! [O. Solihin ]sumber

Lengkapnya Klik DISINI

Memperluas Jaringan Lembaga Dakwah

Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!

Ilustrasi (inet)Pada setiap lembaga dakwah memperluas jaringan merupakan suatu keniscayaan. Kita mengetahui bahwa jaringan akan membantu gerakan kebaikan menjadi lebih massif dan efektif. Kita juga memahami bahwa lembaga dakwah memiliki kekurangan yang bisa dilengkapi oleh lembaga lain, maka dari itu posisi mempertemukan dua institusi antara institusi dakwah dan institusi yang berkaitan dengan nya menjadi hal penting untuk kita fokuskan agar kebaikan bisa diterima dengan baik oleh objek dakwah.
Selama ini lembaga dakwah dengan berbagai jenjang klasifikasi sudah memiliki jaringan nya masing-masing, setidaknya lembaga dakwah mempunyai relasi regional dan nasional dengan FSLDK Indonesia atau setingkat fakultas. Jika belum bergabung dengan forum ini, maka disarankan untuk segera bergabung, hehe kebangetan kalo belum gabung.

Satu aspek penting analisis jaringan adalah bahwa analisis ini menjauhkan sosiolog dari studi tentang kelompok dan kategori sosial dan mengarahkannya untuk mempelajari ikatan dikalangan dan antar aktor yang “tak terikat secara kuat dan tak sepenuhnya memenuhi persyaratan kelompok“. (Wellman, 1983:169). Contohnya telah di ungkapkan dalam karya Granoveter (1973:1983) tentang “ikatan yang kuat dan lemah” Granoveter membedakan antara ikatan yang kuat, misalnya hubungan antara seorang dan teman karibnya, ikatan yang lemah, misalnya hubungan antara seorang dan kenalannya. Berbeda dengan para sosiolog yang menganggap hubungan yang lemah itu tidak penting, Granoveter menjelaskan bahwa ikatan yang lemah bisa menjadi sangat penting. Contoh, ikatan yang lemah antara dua aktor dapat membantu sebagai jembatan antara dua kelompok yang kuat ikatan internalnya. Tanpa adanya ikatan yang lemah seperti itu, kedua kelompok mungkin akan terisolasi secara total dan dapat berakibat system sosial semakin terfragmentasi. Tanpa ikatan yang lemah, seorang individu dapat merasa dirinya terisolasi dalam kelompok yang ikatannya sangat kuat dan akan kekurangan informasi tentang apa yang terjadi di kelompok lain maupun dalam masyarakat luas.

Mungkin salah satu kriteria aktivis dakwah yang dicalonkan menjadi Ketua/Pengurus Inti/Pengurus Harian adalah bagaimana sosok dia bisa diterima oleh publik. Penerimaan publik menjadi poin penting juga di luar poin lainnya seperti pemahaman agama, kapasitas kepemimpinan, mengenal medan dakwah, kapasitas finansial dan dukungan keluarga, dan sebagainya. Saya pernah mendapat bocoran dari salah satu peserta musyawarah suksesi ketua FSI (harusnya ga boleh dibocorin ini, hehe) bahwa saya dipilih menjadi ketua FSI karena memiliki penerimaan publik yang cukup baik. Yaa mungkin orang internal dan eksternal melihat saya orangnya supel dan asyik aja. Padahal calon ketua FSI lainnya, pemahaman dakwahnya bagus, ganteng, tajir pula, hehe kurang apa coba (kurang nikah kali ya, #piss). seperti yang dibilang Granoveter, bisa dibilang peserta musyawarah suksesi melihat saya memiliki ikatan lemah dan kuat.

Ikatan lemah yang dimaksud di sini adalah saya memiliki kenalan mahasiswa, minimal seangkatan di FISIP, setiap jurusan (kecuali Sosiologi) saya memiliki kenalan minimal 5-10 orang lah. Kenal tapi tidak dekat. Ikatan lemah ini juga memiliki fungsi yang sangat penting menghubungkan saya atau FSI kepada individu atau lembaga lain yang bisa berkolaborasi bersama. Ikatan kuat, saya tafsirkan pada pengenalan medan FISIP dan FSI. Memang secara track record di SMA, saya pernah di Sie Rohani Islam (SRI) SMAN 13 Jakarta sebagai staf pembinaan, ketua komisi aspirasi dan humas MPK, dan Sekretaris PRAGALAS (Pramuka Gaya 13). Ketika masuk FSI tahun pertama, menjadi staf pembinaan juga, lalu tahun kedua jadi Ketua FSI. Berada di lingkungan FSI, tidak membuat saya ‘canggung’ atau culture shock terhadap budaya internal FSI, tetapi dengan pengalaman yang pernah dienyam di SMA, adaptasi sih pun sangat cepat. Saya kenal hampir seluruh pengurus FSI yang jumlahnya 98 dan mengikuti hampir semua acara yang diselenggarakan FSI. So, secara individu saya memiliki ikatan yang kuat di FSI dan ini dilihat oleh para peserta musyawarah.

Ikatan lemah dan kuat ini harus dikelola dengan baik oleh ketua/pengurus LD agar bisa menjalin hubungan dengan institusi lain karena kita tidak tahu yang akan memberikan jaringan institusi kepada kita, apakah dari lingkungan terdekat atau lingkungan terjauh. Hal yang bisa dilakukan LD, pertama melist jaringan apa saja yang dibutuhkan, misalnya media, tokoh nasional, lembaga pemerintahan, lembaga kemahasiswaan, pejabat kampus, ormas, LSM, BUMN, lembaga kemanusiaan, lembaga internasional, dan sebagainya. Kedua, daftar prioritas jaringan sesuai dengan agenda dakwah selama 5 tahun ke depan. Ketiga, cari info dari orang terdekat atau ‘dekat biasa aja’, datangi sasaran institusi dan maintenance sebaik-baiknya. Keempat, jalin kerjasama melakukan agenda kebaikan.
Yuk Mulai Perluas Jaringan!
Salah satu tujuan didirikannya Salam UI (MMS, 2008:11) adalah Kolektif, maksudnya mengembangkan dan meningkatkan ukhuwah islamiyah yang dikenal dalam salah satu amal islami, sebagai sebuah bentuk amalan yang dapat mewujudkan terciptanya persatuan dan kesatuan, yang dalam hal ini dapat pula dijadikan sarana untuk terciptanya integrasi mahasiswa muslim di Universitas Indonesia. Selain Salam UI menghimpun mahasiswa muslim se UI dan bagi mereka yang sudah memiliki identitas pengurus, maka tugas mereka sesudah menyatukan mahasiswa muslim adalah meningkatkan ukhuwah Islamiyah kepada individu, kelompok, dan institusi lain.

Jika merujuk visi umum Salam UI, yakni Perekat Umat, bagaimana tumbuhnya kultur komunikasi, silaturahim, dan kerjasama antar sesama mahasiswa muslim di UI dan institusi lain, yang proaktif, bersahabat, dan berorientasi pada manfaat (MMS, 2008: 12). Pada setiap biro pada bidang eksternal Salam UI memiliki fungsi dalam merekatkan umat pada tingkat universitas, nasional, bahkan internasional. Dengan LD membangun silaturahim dan kerjasama, maka institusi dan masyarakat beranggapan bahwa LD merupakan institusi yang terbuka, tidak eksklusif. Hal ini menjadi peluang LD merekatkan umat dengan gerakan komunikasi dan kerjasama yang dilakukan demi kebaikan umat. Maka dari itu, jaringan Salam UI sampai internasional. Setidaknya jaringan LD perlu diperluas minimal se nasional. Beberapa jaringan Salam UI yang sudah dibangun, FSDLK, PKPU, ACT, BASARNAS, Partai Politik Islam (PPP, PKB, PBB, PKS, PAN), ASPAC Palestine, KNRP, Dakwatuna, Tarbawi, Republika, BSMI, INSIST, ITJ, Pejuang Shubuh, IYG (International Youth Gathering, PMI UM (Persatuan Mahasiswa Muslim Universiti Malaya), PKPIM (Persatuan Kebangsaan Pelajar Islam Malaysia), HARUM (Pertubuhan Ikatan Kekeluargaan Rumpun Nusantara), NTU MS (Nanyang Technological University Muslim Society), CYMK (Creative Young Muslim Kakis), TSAI (Thailand Student Association in Indonesia), WAMY (World Assembly of Muslim Youth), dan sebagainya (takut kepanjangan,hehe).

Dengan memulai komunikasi dan silaturahim, akan memunculkan peluang-peluang kerjasama yang mungkin sebenarnya belum terpikirkan. Sebagai contohnya, Salam UI bekerja sama dengan institusi pengungsi rohingya. Salam UI mendatangkan para pengungsi dan produk lokal rohingya ke kampus dan mereka bisa sharing bagaimana kondisi sebenarnya para pengungsi. Mahasiswa muslim pun bisa bersimpati atas apa yang dirasakan pengungsi Rohingya. Kerjasama dengan ITJ dan INSIST dengan sekolah pemikiran Islam, mendatangkan Parpol Islam demi koalisi pemilu presiden dan wakil presiden 2014, gerakan shalat shubuh berjamaah bersama pejuang shubuh, kerjasama dengan BSMI terkait bencana alam Sinabung, dan lain-lain (takut kepanjangan lagi, hehe).

Dalam membuka peluang-peluang kerjasama dengan institusi lain, tidak ‘ujug-ujug’ datang. LD sebagai institusi dakwah harus juga memiliki standar yang bagus dalam mengelola/manajemen organisasinya. Seperti ciri masyarakat madani (MMS, 2008:15-16­),

Dalam masyarakat yang plural, tidak hanya aturan yang dibutuhkan, namun juga pengaturan. Pluralitas tanpa institusionalisasi yang baik berarti kekacauan. Dalam kemadanian, institusi penting untuk memiliki kredibilitas yang baik. Pola pendekatan yang jujur dan dialogis adalah prasyarat kredibilitas publik terhadap institusi.

Ada kata kunci di sini, yaitu pengaturan, kredibilitas, jujur dan dialogis. Pengaturan dan kredibilitas LD menjadi poin yang dipertaruhkan dalam membina institusi lain. Kenyataannya, Institusi lain dalam membina pun terkadang selektif memilih. Institusi yang cukup terkenal dan memiliki kredibilitas yang baik, membuat institusi lain pun tertarik untuk berinteraksi. Jujur dan dialogis merupakan sifat dan metode agar tidak eksklusif dan terbuka dengan ide-ide baru yang masuk dari hasil interaksi antar individu, kelompok, dan institusi lain. So, jika LD kita sudah bisa dibilang oke, sok atuh beranikan diri untuk perluas jaringan, setelah itu perluas efek dakwah kalian. (dakwatuna.com/hdn)

 


Lengkapnya Klik DISINI

Pelajaran Tentang Jihad Siyasi dari Sirah Perjanjian Hudaibiya


Oleh: H.Khozin Abu Faqih, Lc.

Pada bulan Dzul Hijjah tahun 6 Hijriah, Rasulullah saw. bersama isteri beliau Ummu Salamah dan sekitar 1400 shahabat berangkat menuju ke Makkah untuk melakukan Umrah. Mereka tidak membawa senjata, kecuali yang biasa dibawa oleh para musafir, yaitu pedang yang berada di sarungnya. Juga membawa binatang sembelihan “Al-Hadyu” untuk meyakinkan masyarakat, bahwa kaum muslimin benar-benar ingin melakukan Umrah.

Ketika tercium berita bahwa kaum musyrikin hendak menghadang kaum muslimin, maka beliau mengutus Utsman bin Affan untuk menjelaskan kepada para pemuka Quraisy tentang tujuan kedatangan kaum muslimin ke Makkah. Akan tetapi, tersiar berita bahwa Utsman terbunuh, maka Rasulullah saw. membai’at para shahabat di bawah pohon. Bai’at itu dikenal dengan nama Bai’atur Ridlwan.

Quraisy yang mengetahui kondisi tersebut, segera mengutus Suhail bin Amr untuk membuat perjanjian damai dengan kaum muslimin. Perjanjian damai inilah yang dikenal dengan nama “Shulhu Hudaibiyah.” Perdamaian ini memberi banyak pelajaran kepada para aktivis dakwah di sepanjang masa, antara lain sebagai berikut.
  1. Sikap akomodatif jauh lebih bermanfaat daripada konfrontatif, di mana sebelum perdamaian ditandatangani, Rasulullah saw. menyatakan dengan sumpah,
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لاَ يَسْأَلُونِي خُطَّةً يُعَظِّمُونَ فِيهَا حُرُمَاتِ اللَّهِ إِلاَّ أَعْطَيْتُهُمْ إِيَّاهَا

“Demi Dzat Yang jiwaku di Tangan-Nya, tidaklah mereka meminta sesuatu hal yang menyebabkan mereka mengagungkan kemuliaan Allah swt., kecuali aku akan memberikan sesuatu tersebut.” (HR. Bukhari)

Ibnu Hajar menjelaskan dalam Fathul Baari bahwa yang dimaksud “Mereka mengagungkan kemuliaan Allah swt.” adalah meninggalkan perang di tanah Haram. Sedangkan, dalam riwayat Ibnu Ishaq dinyatakan, “Mereka meminta kepadaku sesuatu yang dapat meyambung kekerabatan.” Pernyataan itu menegaskan bahwa beliau lebih memilih perdamaian daripada perang.
  1. Menghapuskan beberapa hal yang tidak subtansial secara administratif, demi tercapainya perdamaian dan kebersamaan.
“…Maka Rasulullah saw. memanggil juru tulis (dalam riwayat lain Ali bin Abi Thalib ra.), kemudian bersabda, “Tulislah ‘bismillahir rahmanir rahim’.” Suhail (delegasi Quraisy) berkata, “Adapun Ar-Rahman, maka demi Allah aku tidak mengenalnya. Oleh karena itu, tulislah, Bismika Allahumma, sebagaimana yang kamu tulis.” Para shahabat berkata, “Demi Allah, kami tidak akan menulis, kecuali Bismillahir rahmanir rahim.” Nabi saw. bersabda, “Tulislah, Bismika Allahumma.” Kemudian beliau melanjutkan sabdanya, “Ini yang telah diputuskan oleh Muhammad Rasulullah.” Suhail berkata, “Demi Allah, kalau kami mengetahui bahwa kamu Rasul Allah, maka kami tidak akan menghalang-halangimu dari baitullah dan tidak akan memerangimu. Tulislah, ‘Muhammad bin Abdillah’.” Nabi saw. bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya aku benar-benar Rasul Allah, meski kalian mendustakan aku. Tulislah, ‘Muhammad bin Abdillah’.” (HR. Bukhari)

Az-Zuhri mengatakan, “Inilah yang dimaksud oleh ucapan Rasulullah saw., ‘Demi Dzat Yang jiwaku di Tangan-Nya, tidaklah mereka meminta sesuatu hal yang menyebabkan mereka mengagungkan kemuliaan Allah swt., kecuali aku akan memberikan sesuatu tersebut’.” (HR. Bukhari)

Penggalan sirah ini menggambarkan bahwa Rasulullah saw. rela menghapus tulisan Nama Allah Ar-Rahman dari teks perjanjian, demi tercapainya kesepatakan. Beliau juga menghapus tulisan Rasulullah saw. dan menggantinya dengan nama asli, Muhammad bin Abdillah, demi terwujudnya perdamaian. Karena penghapusan tulisan tersebut tidak mempengaruhi keyakinan kaum muslimin dan tidak mereduksi keimanan mereka sedikit pun. Ini hanya urusan administrasi antara kaum muslimin dan kaum Quraisy, serta strategi perjuangan. Bukan subtansi aqidah dan keimanan.
  1. Tidak hanya memandang kepentingan jangka pendek, tetapi memandang kepentingan dakwah ke depan yang lebih luas. Meski untuk itu harus mengorbankan sebagian kepentingan jangka pendek.
Ketika butir perjanjian keempat tengah dibahas, “Jika ada orang Quraisy yang melarikan diri ke Muhammad, tanpa seizin walinya, maka Muhammad mengembalikannya kepada Quraisy. Sebaliknya, jika pengikut Muhammad melarikan diri ke Quraisy, maka mereka tidak perlu mengembalikannya kepada Muhammad.” Saat itu datanglah Abu Jandal bin Suhail dengan menyeret belenggu yang mengikatnya. Ia berjalan dari ujung Makkah, lalu melemparkan diri di tengah kaum muslimin. Melihat itu, Suhail berkata, “Ini orang pertama yang aku tuntut untuk dikembalikan.”
Rasulullah saw. menjawab, “Kita belum menyepakati butir perjanjian.”

Suhail mengatakan, “Kalau begitu, demi Allah, aku tidak akan menuntut apa pun kepadamu untuk selamanya.”

Rasulullah saw. berkata, “Kalau begitu, izinkan dia untukku.”

Suhail berkata, “Aku tidak akan memberi izin padanya untukmu.” Kemudian Suhail memukul wajah Abu Jandal dan menarik kerah bajunya, untuk dikembalikan kepada kaum musyrikin. Maka Abu Jandal berteriak dengan keras, “Wahai kaum muslimin, apakah aku akan dikembalikan kepada kaum musyrikin, agar mereka menyiksaku karena agamaku?”

Rasulullah saw. menjawab, “Wahai Abu Jandal, bersabarlah dan mohonlah pahala dari Allah. Sesungguhnya Allah akan memberikan jalan keluar kepadamu dan orang-orang yang tertindas sepertimu. Kami telah mengikat perdamaian dengan mereka, dan kami tidak akan menghianatinya.”
  1. Rasulullah saw. membatalkan keinginannya dan keinginan para shahabat untuk Umrah, meski persiapan untuk itu telah maksimal. Bahkan para shahabat sudah siap bertempur hingga titik darah penghabisan. Ini semua dilakukan oleh Rasulullah saw. demi menjaga perdamaian dan menghindari pertempuran.
Pada awalnya para shahabat tercengang dengan keputusan Rasulullah saw., namun, ketercengangan mereka bukan karena kepentingan pribadi, tetapi karena semangat keagamaan dan kemaslahatan bagi dakwah. Sebagaimana diriwayatkan oleh Umar bin Khathab ra., “Maka aku menemui Rasulullah saw. dan bertanya, ‘Bukankah engkau benar-benar Nabi Allah?’

Beliau menjawab, ‘Benar.’

Aku bertanya, ‘Bukankah kita berada di pihak yang benar dan musuh kita di pihak yang batil?’
Beliau menjawab, ‘Benar.’

Aku berkata, ‘Lalu mengapa kita menimpakan kehinaan pada agama kita?’

Beliau menjawab, ‘Sesungguhnya aku ini Rasul Allah; aku tidak akan durhaka kepada-Nya dan Dia akan menolong-ku.’

Aku bertanya, ‘Bukankah engkau berkata kepada kami bahwa kita akan datang ke Baitullah dan berthawaf?’

Beliau menjawab, ‘Benar, tetapi apakah aku mengatakan padamu bahwa kita akan datang ke Baitullah tahun ini?’

Aku menjawab, ‘Tidak.’

Beliau bersabda, ‘Sesungguhnya kamu akan datang ke Baitullah dan thawaf di sekitarnya’.”

Bahkan kekagetan mereka benar-benar luar biasa, sehingga ketika diperintahkan oleh Rasulullah saw. untuk menyembelih binatang sembelihan dan mencukur rambut, tidak ada yang menyambut, sampai akhirnya dicontohkan oleh beliau sendiri. Kemudian, mereka berlomba meniru beliau. Kekagetan mereka itu disebabkan oleh beberapa hal, antara lain sebagai berikut.

Pertama, mereka telah bersiap maksimal untuk melakukan Umrah dan Rasulullah saw. melakukan mobilisasi besar-besaran, sehingga tidak ada yang tertinggal di Madinah, kecuali yang mendapat tugas, kaum wanita, anak-anak, dan kaum munafikin.

Kedua, ketika ada ancaman perang, mereka telah berjanji setia untuk membela Islam, hingga titik darah penghabisan. Sebagaimana dalam Bai’atul Ridlwan.

Ketiga, isi perjanjian damai seolah-olah merugikan kaum muslimin, bahkan menghinakan mereka.
Meski demikian, ketika sudah menjadi keputusan, maka mereka kembali normal dan menerima kebijakan, hingga Allah swt. menurunkan ketenangan kepada hati mereka dan mengkaruniakan kemenangan besar kepada mereka.

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus, dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak). Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Al-Fath: 1-4)

Perdamaian Hudaibiyah ini merupakan kemenangan nyata dan pengantar kemenangan-kemenangan besar setelahnya. Di antara bentuk kemenangan perdamaian ini adalah sebagai berikut.

Pertama, kemenangan dakwah. Karena dengan perdamaian ini manusia mendapatkan rasa aman, sehingga orang lebih rasional. Maka Islam lebih berpeluang mengisi akal fikiran dan hati manusia, sehingga dalam kurun waktu dua tahun jumlah kaum muslimin bertambah secara spektakuler. Ibnu Hisyam menyatakan bahwa pada saat Hudaibiyah Rasulullah saw. berangkat bersama 1400 shahabat, sedang dalam fathu makkah dua tahun setelahnya beliau berangkat bersama 10.000 pasukan. Di antara yang masuk Islam di masa itu adalah Khalid bin Walid ra. dan Amr bin Ash ra. Az-Zuhri mengatakan, “Islam belum pernah mendapatkan kemenangan yang melebihi kemenangan tersebut.

Kedua, optimalisasi potensi kaum muslimin untuk meluaskan territorial dakwah. Sebab perjanjian itu dapat mengurangi tekanan dan ancaman kekuatan musuh (terutama Quraisy), sehingga kaum muslimin dapat lebih leluasa membebaskan Jazirah Arab dari sisa-sisa Yahudi yang selalu berkhianat. Pada tahun 7 Hijrah terjadilah perang Khaibar, di mana kaum muslimin mendapatkan rampasan perang besar. Rampasan itu hanya diberikan kepada kaum muslimin yang ikut perjanjian Hudaibiyah.

Ketiga, pengakuan eksistensi kekuasaan Islam. Ustadz Muhammad ‘Izzah Darwazah mengatakan dalam sirahnya, “Tidak diragukan bahwa perjanjian damai yang dinamai oleh Al-Qur’an kemenangan yang agung ini, benar-benar berhak mendapatkan nama tersebut. Bahkan dapat dikatakan bahwa peristiwa itu merupakan fase penentu dalam sirah nabawiyah, sejarah Islam dan kekuatannya, atau dengan kata lain peristiwa terbesar sepanjang sejarah. Sebab Quraisy mengakui Nabi, Islam, serta eksistensi dan kekuatan keduanya. Mereka juga menganggap Nabi dan Islam sebagai rival yang sebanding.”

Kaum Badui dan kaum munafiqin pun semakin segan dan takut dengan kekuasaan kaum muslimin. Sebab pada saat berangkat Umrah, mereka menyangka bahwa Muhammad saw. dan shahabatnya tidak akan pulang ke Madinah dengan selamat. Ternyata, mereka kembali ke Madinah dengan mendapat pengakuan dari Quraisy.

Keempat, kematangan kaum muslimin. Sebab dengan peristiwa Hudaibiyah, para shahabat semakin tsiqah dengan pimpinannya, semakin mantab dengan fikrahnya, dan semakin yakin dengan kebersamaan Allah swt. bersama mereka. Kematangan itu tergambar di bai’atur ridlwan dan tergambar secara jelas di penghujung Surat Al-Fath,

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Al-Fath: 29)

Lengkapnya Klik DISINI

Anak itu Butuh Alasan dan Penjelasan

Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!

Hasil gambar untuk gambar ilustrasi anak mainOleh : Miarti
Pembaca setia. Ada beberapa fitrah anak yang wajib untuk kita pahami dan renungi.  
  • Anak itu memiliki rasa ingn tahu yang tinggi, maka sangat wajar jika mereka banyak mengkritisi.
  • Bagian dari fitrah anak adalah selalu Maka sangat wajar jika mereka butuh banyak jawaban.
  • Anak itu berada pada sebuah masa dimana hal-hal konkrit harus serba tervisualisasi. Maka sangat wajar jika mereka banyak menuntut hal-hal yang logis.
Tetapi pada faktanya, sering kita terlalu pragmatis dalam menyikapi sikap atau keinginan anak yang cenderung memaksa dan nyaris tak bisa ditunda kehendaknya. Sehingga yang sering muncul dari mulut kita adalah kalimat-kalimat penekanan, kaliamt ironisme (mengiyakan atau menyetujui dengan keterpaksaaan), atau bahkan kalimat sarkasme yang disertai celaan atau hujatan seperti; dasar anak nakal.

Pembaca setia…! Ketika kita telah berazzam untuk menjadi orang tua yang cerdas dan bijaksana, maka jangan sampai dan jangan pernah pelit berkomunikasi dengan anak. Ingat, 70 % kehidupan manusia itu komunikasi. Demikian pula dalam hal pengasuhan anak. Dan Anda harus yakin bahwa kendali moral buah hati Anda adalah komunikasi. 

Oleh karena itu, mulailah sediakan stok redaksi kalimat sebanyak mungkin untuk dapat memberikan jawaban dan penjelasan terbaik sehingga buah hati Anda puas dan tidak berulah negatif akibat ketidakpuasannya. Selanjutnya, perhatikan beberapa rambu-rambunya supaya Anda tidak terjebak dalam percobaan.
  • Gunakan kata sederhana yang spesifik
  • Jelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada anak
  • Jelaskan arti fungsi dan prosedur tindakan
  • Jangan menyakiti atau mengancam
  • Perhatikan kesan yang akan muncul. Jangan sampai menggunakan gaya pemeriksa, gaya penyindir, gaya hakim atau gaya sok tahu.
Sebagai contoh, Anda boleh mencerna beberapa konteks di bawah ini.
  1. Si 2 tahun penasaran ingin main pisau
Jika buah hati Anda kedaapatan tengah bermain pisau, gunting dan atau benda tajam lainnya serta cenderung sulit untuk melepas benda tersebut. Kewajiban orang tua adalah sesegera mungkin meraih benda tessebut. Tetapi yang harus diperhatikan adalah bagaimana anak dapat melepaskan benda berbahaya tersebut dengan kepahaman. Oleh karena itu, katakanadan jelaskan dengan verbal bahwa pisau itu TAJAM. Nah, jika kalimat pertama tidak berhasil, upayakan terus mencari alasan selogis mungkin. Pilihannya pun variatif;
  • “Sayang…! Pisau itu bahaya Nak… Bukan untuk main-main. Simpan ya…!”
  • “Sayang…! Bisa bikin tangan kita berdarah lho… Tidak dimiankan ya…!”
  1. Si 4 tahun memaksa minta main game computer
Ingat, keinginan yang tinggi terhadap main game computer tidak bisa dilarang dengan keras. Jika Anda melarangnya terlalu kaku dan tanpa penjalasan yang memahamkan, maka dia akan sangat “lapar” terhadap permainan tersebut, sekalipun di rumhnya tak bisa ia dapatkan dengan sekehendak hati. Dan anak yang “kelaparan game” itu akan mencari jalan keluar walaupun bagaimana caranya. Bahkan numpang main game di rumah orang pun akan sangat mungkin ditempuhnya. Oleh karena itu, bijaklah Anda memberi rules (aturan) yang membuat buah hati Anda paham dan memiliki kendali. Jadi, kalimat yang cenderung efektif kurang lebih seperti ini ;
  • “Kakak…! Kakak boleh kok main game. Mama nggak larang. Tapi maaf ya, Kakak ingat dengan waktu. Tidak sampai lupa makan, lupa tugas, lupa sholat.”
  • “Kakak…! Komputer di rumah kita bukan hanya untuk main game. Mama sama Papa juga perlu untuk mengerjakan tugas. Jadi, bagaimana kalau kita jadwal?”
  • “Kaka…! Terlalu banyak main game itu bikin mata kita rusak. Yang lebih parah, otak kita juga bisa rusak lho…! Nggak lama-lama ya main game-nya. Khawatir Kakak jadi nggak pinter lagi.”
  1. Si 5 tahun berperilaku tidak sopan di rumah orang
Ingat pembaca…! Setiap anak yang terlahir, siapapun itu, tidak mengerti dan tidak paham terhadap apa yang disebut sopan santun, tata karma, etika, adab atau apapun istilahnya. Tetapi sesungguhnya, mereka dapat dikenalkan dan dipermanis attitude-nya dengan kebiasaan berperilaku sopan. Jika suatu saat buah hati Anda sedang memainkan atau bahkan sampai merusak barang di rumah orang, maka Anda wajib mengingatkan. Redaksi kalimatnya pun banyak pilihan.
  • “Sayang…! Bisa lebih baik ya…!”
  • “Itu bukan untuk mainan, Nak. Hati-hati ya…!”
  • “Tidak berlebihan ya…! Kalau mau apa-apa minta izin yang baik”
Pembaca setia. Allah SWT telah mengingatkan kita dalam firman-Nya; “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imron : 104). Maka begitu banyak PR besar yang harus kita tuntaskan. Dan memahami positif parenting adalah kemestian. Oleh kareana itu, tidak ada hal yang kecil untuk mewujudkan sesuatu yang besar. Maka sekalipun hanya seni berbicara, meski hanya nada suara yang tertata dan terpola, meski hanya bahasa tubuh, meski hanya kemampuan mendengar, meski hanya kemampuan memahami dan menyelami emosi anak, semuanya adalah upaya besar yang perlu kita tempuh dengan ikhlas, terbiasa dan istiqomah. Allohu ‘alam bish showab. Semoga menginspirasi…!

Lengkapnya Klik DISINI

Istriku... Berhentilah Mengeluh!

Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!

Inspirasi Rabbani ~ Kisah ini menceritakan sepasang suami istri yang memiliki tujuh orang anak. Suatuhari, suaminya melihat sang istri sedang menangis sambil memasak makanan.Melihat hal itu, suami bertanya, “Wahai Istriku, apa yang terjadi denganmu? Apa yang membuatmu menangis?”

“Aku menangis karena merasa sangat lelah dalam mengurus keluarga dan melakukan semua pekerjaan rumah,” sahutnya. “Aku mengurus tujuh anak kita dengan berbagaitabiat mereka. Aku harus menyediakan makanan, membereskan rumah, mencuci baju yang sangat banyak. Aku bekerja 24 jam sehari. Rasanya, aku tidak sanggup lagi untuk melakukan semua ini.

”Sang suami tersenyum. “Apa yang harus aku lakukan?” tanyanya.“Tolong carikan aku budak perempuan yang dapat membantuku mengurus semuanya.”“Tentu saja, aku akan mencarikannya. Tapi,tolong dengarkan aku sebentar saja,” kata sang suami sambil membelai istrinya dengan penuh kasih sayang.

“Allah senantiasa membantu hamba-Nya yang tidak pernah berputus asa dan ikhlas dalam mengerjakan apa pun yang mengandung kebaikan. Kau adalah seorang istri yang sangat sabar dalam menjaga keluargamu, seorang ibu yang menjadi teladan bagi ketujuh anakmu, dan menjadi pendampingku yang salihah dengan beratnya tugas-tugasmu.

Aku bisa saja mencarikan seorang Pembantu untuk meringankan pekerjaanmu. Namun, jika kau tetap mengerjakan semua kebaikan ituuntuk keluarga kita maka Allah akan menghapus semua salah dan dosamu.” Ujar suaminya.

Sang suami kemudian berkata lagi, “Istriku yang salihah, perempuan yang tidak pernah lelah menjaga keluarganya dan ikhlas dengan apa yang dilakukannya, Allahakan menetapkan setiap butiran keringatnya menjadi kebaikan yang dapat melebur keburukannya sekaligus mengangkat derajatnya.

”Sang Suami membelai Istrinya yang masih terisak menahan malu, lalu diajaknya duduk santai di ruang dapur mungil yang sangat sederhana itu, lalu Sang Suami melanjutkan nasehatnya,“ coba ingat kembali Wasiat Rosulullah SAW kepada Fatimah putri Beliau, yang dipersunting Ali Bin Abi Thalib yang sangat miskin, yang ketika itu juga sedang mengeluh kepada Ayahnya Rosulullah SAWkarena tangannya yang dulunya halus kini berubah menjadi kasar dan lecet-lecet karena setiap hari harus menumbuk gandum sendiri, mengolah dan memasaknya. Ada 10 WASIAT Beliau kepada Putrinya :

1. Wahai Fatimah ! Sesungguhnya wanita yang membuat tepung untuk suami dan anak-anaknya, kelak Allah akan tetapkan baginya kebaikan dari setiap biji gandum yang diadonnya, dan juga Allah akan melebur kejelekan serta meningkatkan derajatnya.

2. Wahai Fatimah ! Sesungguhnya wanita yang berkeringat ketika menumbuk tepung untuk suami dan anak-anaknya, niscaya Allah akan menjadikan antara neraka dan dirinya tujuh tabir pemisah.

3. Wahai Fatimah ! Sesungguhnya wanita yang meminyaki rambut anak-anaknya lalu menyisirnya dan kemudian mencuci pakaiannya, maka Allah akan tetapkan pahala baginya seperti pahala memberi makan seribu orang yang kelaparan dan memberi pakaian seribu orang yang telanjang.

4. Wahai Fatimah ! Sesungguhnya wanita yang membantu kebutuhan tetangga-tetangganya, maka Allah akan membantunya untuk dapat meminum Telaga Kautsar pada hari kiamat nanti.

5. Wahai Fatimah ! Yang lebih utama dari seluruh keutamaan di atas adalah keridhaan suami terhadap istri. Andaikata suamimu tidak ridha kepadamu,maka aku tidak akan mendoakanmu. Ketahuilah Fatimah, Kemarahan suami adalah kemurkaan Allah.

6. Wahai Fatimah ! Disaat seorang wanita hamil, maka malaikat memohonkan ampunan baginya, danAllah tetapkan baginya setiap hari seribu kebaikan, serta melebur seribu kejelakan. Ketika seorang wanita merasa sakit akan melahirkan, maka Allah tetapkan pahala baginya sama dengan pahala para Pejuang Allah. Disaat seorang wanita melahirkan kandungannya,makabersihlah dosa-dosanya seperti ketikadia dilahirkan dari kandungan ibunya. Disaat seorang wanita meninggal karena melahirkan, maka dia tidak akan membawa dosa sedikit pun, didalam kubur akan mendapat taman yang indah yang merupakan bagian dari taman surga. Allah memberikan padanya pahala yang sama dengan pahala seribu orang yang melaksanakan ibadah haji dan umrah, dan seribu malaikat memohonkan ampunan baginya hingga hari kiamat.

7. Wahai Fatimah! Disaat seorang istri melayani suaminya selama sehari semalam, dengan rasa senang dan ikhlas, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya serta memakaikan pakaian padanya dihari kiamat berupa pakaian yang serba hijau, dan menetapkan baginyasetiap rambut pada tubuhnya seribu kebaikan. Allahpun akan memberikan kepadanya pahala seratus kali ibadah haji dan umrah.

8. Wahai Fatimah! Disaat seorang istri tersenyum dihadapan suaminya, maka Allah akan memandangnya dengan pandangan penuh kasih.

9. Wahai Fatimah! Disaat seorang istri membentangkan alas tidur untuk suaminya dengan rasa senang hati, maka para malaikat yang memanggil dari langit menyeru wanita itu agar menyaksikan pahala amalnya, dan Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang.

10. Wahai Fatimah! Disaat seorang wanita meminyaki kepala suami dan menyisirnya,meminyaki jenggotnya dan memotong kumisnya serta kuku-kukunya, maka Allah akan memberi minuman yang dikemas indah kepadanya, yang didatangkan dari sungai-sungai surga.

Allah pun akan mempermudah sakaratul maut baginya, serta menjadikan kuburnya bagian dari taman surga. Allah pun menetapkan baginya bebas dari siksa neraka serta dapat melintasi shirathal mustaqim dengan selamat.Istrinya pun menangis karena merasa malu. Sejak itu, dia tak pernah lagi mengeluh.

Subhaanallah, wasiat ini merupakan mutiara termahal nilainya, khususnya bagi setiap istri yang mendambakan kesalehan.Betapa Agung dan Mulianya Posisi Wanita dalam rumah tangga ketia ia rela dan ikhlas menjalani Fitrahnya sebagai seorang Istri.

Lengkapnya Klik DISINI

Pelajaran Tentang Jihad Siyasi dari Sirah Perjanjian Hudaibiya

Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!

sirahOleh: H.Khozin Abu Faqih, Lc.

Pada bulan Dzul Hijjah tahun 6 Hijriah, Rasulullah saw. bersama isteri beliau Ummu Salamah dan sekitar 1400 shahabat berangkat menuju ke Makkah untuk melakukan Umrah. Mereka tidak membawa senjata, kecuali yang biasa dibawa oleh para musafir, yaitu pedang yang berada di sarungnya. Juga membawa binatang sembelihan “Al-Hadyu” untuk meyakinkan masyarakat, bahwa kaum muslimin benar-benar ingin melakukan Umrah.

Ketika tercium berita bahwa kaum musyrikin hendak menghadang kaum muslimin, maka beliau mengutus Utsman bin Affan untuk menjelaskan kepada para pemuka Quraisy tentang tujuan kedatangan kaum muslimin ke Makkah. Akan tetapi, tersiar berita bahwa Utsman terbunuh, maka Rasulullah saw. membai’at para shahabat di bawah pohon. Bai’at itu dikenal dengan nama Bai’atur Ridlwan.

Quraisy yang mengetahui kondisi tersebut, segera mengutus Suhail bin Amr untuk membuat perjanjian damai dengan kaum muslimin. Perjanjian damai inilah yang dikenal dengan nama “Shulhu Hudaibiyah.” Perdamaian ini memberi banyak pelajaran kepada para aktivis dakwah di sepanjang masa, antara lain sebagai berikut.
  1. Sikap akomodatif jauh lebih bermanfaat daripada konfrontatif, di mana sebelum perdamaian ditandatangani, Rasulullah saw. menyatakan dengan sumpah,
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لاَ يَسْأَلُونِي خُطَّةً يُعَظِّمُونَ فِيهَا حُرُمَاتِ اللَّهِ إِلاَّ أَعْطَيْتُهُمْ إِيَّاهَا

“Demi Dzat Yang jiwaku di Tangan-Nya, tidaklah mereka meminta sesuatu hal yang menyebabkan mereka mengagungkan kemuliaan Allah swt., kecuali aku akan memberikan sesuatu tersebut.” (HR. Bukhari)

Ibnu Hajar menjelaskan dalam Fathul Baari bahwa yang dimaksud “Mereka mengagungkan kemuliaan Allah swt.” adalah meninggalkan perang di tanah Haram. Sedangkan, dalam riwayat Ibnu Ishaq dinyatakan, “Mereka meminta kepadaku sesuatu yang dapat meyambung kekerabatan.” Pernyataan itu menegaskan bahwa beliau lebih memilih perdamaian daripada perang.
  1. Menghapuskan beberapa hal yang tidak subtansial secara administratif, demi tercapainya perdamaian dan kebersamaan.
“…Maka Rasulullah saw. memanggil juru tulis (dalam riwayat lain Ali bin Abi Thalib ra.), kemudian bersabda, “Tulislah ‘bismillahir rahmanir rahim’.” Suhail (delegasi Quraisy) berkata, “Adapun Ar-Rahman, maka demi Allah aku tidak mengenalnya. Oleh karena itu, tulislah, Bismika Allahumma, sebagaimana yang kamu tulis.” Para shahabat berkata, “Demi Allah, kami tidak akan menulis, kecuali Bismillahir rahmanir rahim.” Nabi saw. bersabda, “Tulislah, Bismika Allahumma.” Kemudian beliau melanjutkan sabdanya, “Ini yang telah diputuskan oleh Muhammad Rasulullah.” Suhail berkata, “Demi Allah, kalau kami mengetahui bahwa kamu Rasul Allah, maka kami tidak akan menghalang-halangimu dari baitullah dan tidak akan memerangimu. Tulislah, ‘Muhammad bin Abdillah’.” Nabi saw. bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya aku benar-benar Rasul Allah, meski kalian mendustakan aku. Tulislah, ‘Muhammad bin Abdillah’.” (HR. Bukhari)

Az-Zuhri mengatakan, “Inilah yang dimaksud oleh ucapan Rasulullah saw., ‘Demi Dzat Yang jiwaku di Tangan-Nya, tidaklah mereka meminta sesuatu hal yang menyebabkan mereka mengagungkan kemuliaan Allah swt., kecuali aku akan memberikan sesuatu tersebut’.” (HR. Bukhari)

Penggalan sirah ini menggambarkan bahwa Rasulullah saw. rela menghapus tulisan Nama Allah Ar-Rahman dari teks perjanjian, demi tercapainya kesepatakan. Beliau juga menghapus tulisan Rasulullah saw. dan menggantinya dengan nama asli, Muhammad bin Abdillah, demi terwujudnya perdamaian. Karena penghapusan tulisan tersebut tidak mempengaruhi keyakinan kaum muslimin dan tidak mereduksi keimanan mereka sedikit pun. Ini hanya urusan administrasi antara kaum muslimin dan kaum Quraisy, serta strategi perjuangan. Bukan subtansi aqidah dan keimanan.
  1. Tidak hanya memandang kepentingan jangka pendek, tetapi memandang kepentingan dakwah ke depan yang lebih luas. Meski untuk itu harus mengorbankan sebagian kepentingan jangka pendek.
Ketika butir perjanjian keempat tengah dibahas, “Jika ada orang Quraisy yang melarikan diri ke Muhammad, tanpa seizin walinya, maka Muhammad mengembalikannya kepada Quraisy. Sebaliknya, jika pengikut Muhammad melarikan diri ke Quraisy, maka mereka tidak perlu mengembalikannya kepada Muhammad.” Saat itu datanglah Abu Jandal bin Suhail dengan menyeret belenggu yang mengikatnya. Ia berjalan dari ujung Makkah, lalu melemparkan diri di tengah kaum muslimin. Melihat itu, Suhail berkata, “Ini orang pertama yang aku tuntut untuk dikembalikan.”

Suhail mengatakan, “Kalau begitu, demi Allah, aku tidak akan menuntut apa pun kepadamu untuk selamanya.”

Rasulullah saw. berkata, “Kalau begitu, izinkan dia untukku.”

Suhail berkata, “Aku tidak akan memberi izin padanya untukmu.” Kemudian Suhail memukul wajah Abu Jandal dan menarik kerah bajunya, untuk dikembalikan kepada kaum musyrikin. Maka Abu Jandal berteriak dengan keras, “Wahai kaum muslimin, apakah aku akan dikembalikan kepada kaum musyrikin, agar mereka menyiksaku karena agamaku?”

Rasulullah saw. menjawab, “Wahai Abu Jandal, bersabarlah dan mohonlah pahala dari Allah. Sesungguhnya Allah akan memberikan jalan keluar kepadamu dan orang-orang yang tertindas sepertimu. Kami telah mengikat perdamaian dengan mereka, dan kami tidak akan menghianatinya.”
  1. Rasulullah saw. membatalkan keinginannya dan keinginan para shahabat untuk Umrah, meski persiapan untuk itu telah maksimal. Bahkan para shahabat sudah siap bertempur hingga titik darah penghabisan. Ini semua dilakukan oleh Rasulullah saw. demi menjaga perdamaian dan menghindari pertempuran.
Pada awalnya para shahabat tercengang dengan keputusan Rasulullah saw., namun, ketercengangan mereka bukan karena kepentingan pribadi, tetapi karena semangat keagamaan dan kemaslahatan bagi dakwah. Sebagaimana diriwayatkan oleh Umar bin Khathab ra., “Maka aku menemui Rasulullah saw. dan bertanya, ‘Bukankah engkau benar-benar Nabi Allah?’

Beliau menjawab, ‘Benar.’

Aku bertanya, ‘Bukankah kita berada di pihak yang benar dan musuh kita di pihak yang batil?’

Beliau menjawab, ‘Benar.’

Aku berkata, ‘Lalu mengapa kita menimpakan kehinaan pada agama kita?’

Beliau menjawab, ‘Sesungguhnya aku ini Rasul Allah; aku tidak akan durhaka kepada-Nya dan Dia akan menolong-ku.’

Aku bertanya, ‘Bukankah engkau berkata kepada kami bahwa kita akan datang ke Baitullah dan berthawaf?’

Beliau menjawab, ‘Benar, tetapi apakah aku mengatakan padamu bahwa kita akan datang ke Baitullah tahun ini?’

Aku menjawab, ‘Tidak.’

Beliau bersabda, ‘Sesungguhnya kamu akan datang ke Baitullah dan thawaf di sekitarnya’.”
Bahkan kekagetan mereka benar-benar luar biasa, sehingga ketika diperintahkan oleh Rasulullah saw. untuk menyembelih binatang sembelihan dan mencukur rambut, tidak ada yang menyambut, sampai akhirnya dicontohkan oleh beliau sendiri. Kemudian, mereka berlomba meniru beliau. Kekagetan mereka itu disebabkan oleh beberapa hal, antara lain sebagai berikut.

Pertama, mereka telah bersiap maksimal untuk melakukan Umrah dan Rasulullah saw. melakukan mobilisasi besar-besaran, sehingga tidak ada yang tertinggal di Madinah, kecuali yang mendapat tugas, kaum wanita, anak-anak, dan kaum munafikin.
 
Kedua, ketika ada ancaman perang, mereka telah berjanji setia untuk membela Islam, hingga titik darah penghabisan. Sebagaimana dalam Bai’atul Ridlwan.

Ketiga, isi perjanjian damai seolah-olah merugikan kaum muslimin, bahkan menghinakan mereka.
Meski demikian, ketika sudah menjadi keputusan, maka mereka kembali normal dan menerima kebijakan, hingga Allah swt. menurunkan ketenangan kepada hati mereka dan mengkaruniakan kemenangan besar kepada mereka.

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus, dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak). Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Al-Fath: 1-4)

Perdamaian Hudaibiyah ini merupakan kemenangan nyata dan pengantar kemenangan-kemenangan besar setelahnya. Di antara bentuk kemenangan perdamaian ini adalah sebagai berikut.

Pertama, kemenangan dakwah. Karena dengan perdamaian ini manusia mendapatkan rasa aman, sehingga orang lebih rasional. Maka Islam lebih berpeluang mengisi akal fikiran dan hati manusia, sehingga dalam kurun waktu dua tahun jumlah kaum muslimin bertambah secara spektakuler. Ibnu Hisyam menyatakan bahwa pada saat Hudaibiyah Rasulullah saw. berangkat bersama 1400 shahabat, sedang dalam fathu makkah dua tahun setelahnya beliau berangkat bersama 10.000 pasukan. Di antara yang masuk Islam di masa itu adalah Khalid bin Walid ra. dan Amr bin Ash ra. Az-Zuhri mengatakan, “Islam belum pernah mendapatkan kemenangan yang melebihi kemenangan tersebut.

Kedua, optimalisasi potensi kaum muslimin untuk meluaskan territorial dakwah. Sebab perjanjian itu dapat mengurangi tekanan dan ancaman kekuatan musuh (terutama Quraisy), sehingga kaum muslimin dapat lebih leluasa membebaskan Jazirah Arab dari sisa-sisa Yahudi yang selalu berkhianat. Pada tahun 7 Hijrah terjadilah perang Khaibar, di mana kaum muslimin mendapatkan rampasan perang besar. Rampasan itu hanya diberikan kepada kaum muslimin yang ikut perjanjian Hudaibiyah.

Ketiga, pengakuan eksistensi kekuasaan Islam. Ustadz Muhammad ‘Izzah Darwazah mengatakan dalam sirahnya, “Tidak diragukan bahwa perjanjian damai yang dinamai oleh Al-Qur’an kemenangan yang agung ini, benar-benar berhak mendapatkan nama tersebut. Bahkan dapat dikatakan bahwa peristiwa itu merupakan fase penentu dalam sirah nabawiyah, sejarah Islam dan kekuatannya, atau dengan kata lain peristiwa terbesar sepanjang sejarah. Sebab Quraisy mengakui Nabi, Islam, serta eksistensi dan kekuatan keduanya. Mereka juga menganggap Nabi dan Islam sebagai rival yang sebanding.”

Kaum Badui dan kaum munafiqin pun semakin segan dan takut dengan kekuasaan kaum muslimin. Sebab pada saat berangkat Umrah, mereka menyangka bahwa Muhammad saw. dan shahabatnya tidak akan pulang ke Madinah dengan selamat. Ternyata, mereka kembali ke Madinah dengan mendapat pengakuan dari Quraisy.

Keempat, kematangan kaum muslimin. Sebab dengan peristiwa Hudaibiyah, para shahabat semakin tsiqah dengan pimpinannya, semakin mantab dengan fikrahnya, dan semakin yakin dengan kebersamaan Allah swt. bersama mereka. Kematangan itu tergambar di bai’atur ridlwan dan tergambar secara jelas di penghujung Surat Al-Fath,

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Al-Fath: 29)


Lengkapnya Klik DISINI

D U N I A Y A N G T E R B A L I K

Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!
 
Indonesia mayoritas Islam, tapi, yang paling disudutkan Muslim.

Lebih serem yang pake cadar, dari pada yang pake rok mini.

Lebih serem orang berjenggot, dari pada yang tatoan.

Pake baju tauhid ditangkep, pake baju PKI gapapa.

Lebih curiga sama yang rajin ibadah di mesjid, dari pada orang yang mabok-mabokan dan judi.

Diduga teroris langsung tembak, bandar Narkoba Internasional bisa di nego.

Lebih mentolelir aliran sesat, dari pada syariat.

Dunia sudah kebolak balik?

Yang nyunnah – radikal
Yang nyeleneh – toleran

Yang jilbab syar’i – ekstrem
Yang ga pake jilbab – cantik

Yang menikah lagi - Penjahat
Yang main pelacur - Biasa lelaki

Yang muda sholat 5 waktu – Waspadai
Yang muda ga sholat – masih muda

Yang jenggotan rajin ke masjid – teroris
Yang jenggotan rajin dugem – keren

Yang ke majelis ta’lim pekanan – Fanatik
Yang ke bioskop harian – gaul

Yang hapal Al Qur’an 30 juz – militan
Yang hapal banyak musik – hebat

Yang anaknya di jilbabin – Keterlaluan, melanggar HAM
Yang anaknya pake rok mini – imutnya

Yang pakai baju koko – sok alim
Yang ga pake baju – jantan

Yang hariannya bicara Islam – sok ustadz
Yang hariannya ghibah – up to date

Media islam – radikal
Media porno – kebutuhan
.
Buka Mata Hati Anda hai manusia!
ﺑَﺪَﺃَ ﺍﻟْﺈِﺳْﻠَﺎﻡُ ﻏَﺮِﻳﺒًﺎ ﻭَﺳَﻴَﻌُﻮﺩُ ﻛَﻤَﺎ ﺑَﺪَﺃَ ﻏَﺮِﻳﺒًﺎ ﻓَﻄُﻮﺑَﻰ ﻟِﻠْﻐُﺮَﺑَﺎﺀِ

“Islam muncul dalam keadaan asing, dan ia akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang terasingkan itu.”
(HR. Muslim no. 208)

Sahabat bertanya siapa kah orang asing itu,

Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab:
Mereka ialah orang-orang yang senantiasa melakukan kebaikan di tengah kerusakan.
(HR. Ahmad) .

Dan ingatlah bahwa kalian semua PASTI MATI dan hanya kepada Allah Tabaroka wa Ta'āla kalian akan kembali serta dimintai pertanggung jawaban atas segala perbuatan kalian
Maka segeralah bertobat selagi masih ada kesempatan..

sumber fb
Lengkapnya Klik DISINI

Catatan Sejarah: Ramadhan Adalah Bulan Jihad dan Kemenangan

Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!

 
Ramadhan adalah anugerah Allah swt kepada orang-orang beriman. Dan seringkali kemenangan pada peristiwa-peristiwa besar, Allah anugerahkan di bulan mulia ini.

Ramadhan bukan bulan untuk santai apalagi loyo dan lunglai. Bukti sejarah menunjukan bulan Ramadhan adalah bulan Jihad dan Kemenangan bagi Umat Islam.

Berikut beberapa diantaranya yang diringkas dari berbagai sumber:

1. Perang Badar-Ramadhan 2 H

Perang Badar adalah peperangan besar pertama Rasulullah SAW dan kaum muslimin. Perang yang sangat krusial bagi eksistensi Umat Islam. Sampai-sampai saat perang Badar hendak berkecamuk, manusia paling mulia Rasulullah SAW berdoa:

"Ya Allah, penuhilah untukku apa yang Kau janjikan kepadaku. Ya Allah, berikan apa yang telah Kau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika Engkau biarkan pasukan Islam ini binasa, tidak ada lagi yang menyembah-Mu di muka bumi ini."

Kalimat terakhir pada doa diatas jelas menggambarkan suasana kebatinan Rasulullah yang memaknai perang ini sebagai "perang eksistensi".

Bagaimana tidak, inilah perang besar pertama pasca hijrah dengan jumlah pasukan yang tidak sebanding, 300-an di pihak kaum muslimin dan1000-an di pihak kafir quraisy.

Dengan strategi pengusaaan sumber air, atas usul seorang sahabat, Hubaib bin al-Mundzir, Allah swt memenangkan kaum muslimin dalam peperangan ini.

Kemenangan yang mengangkat moral dan spirit kaum muslimin, sekaligus merontokkan mental dan membuat malu suku quraisy yang selama ini dikenal piawai dalam berperang. Apalagi salah seorang pembesar mereka, Abu Jahal, tewas diujung tombak dalam perang ini.

2. Fathu Makkah - Ramadhan 8 H

Delapan tahun setelah 'terusir' dari tanah kelahiran, akhirnya kaum muslimin yang dipimpin Rasulullah SAW kembali ke Makkah dengan kemenangan.

Namun yang paling tidak disangka oleh kaum kafir quraisy, bahkan oleh beberapa orang sahabat, adalah pidato Rasulullah pada saat berhasil memasuki kota Makkah dengan kemenangan:

"Hadza laisa yaumil malhamah, walakinna hadza yaumul marhamah, wa antum thulaqa…

(Hari ini bukan hari pembantaian, melainkah hari kasih sayang, dan kalian semua dimaafkan (serta merdeka) untuk kembali kepada keluarga masing-masing.)

Inilah "Hari Kasih Sayang" yang sesungguhnya, yang membuat kaum kafir quraisy berbondong-bondong memeluk Islam.

Amru bin Salimah berkata, “Kaum Arab menunda keislaman mereka karena menanti fathu makkah. Maka tatkala terjadi fathu makkah, setiap kabilah bersegera masuk Islam dan bapakku segera mendahului kaumku masuk Islam."

3. Penaklukan Andalusia - Ramadhan 92 H

Thariq bin Ziyad ( طارق بن زياد), dikenal dalam sejarah Spanyol sebagai legenda dengan sebutan Taric el Tuerto (Taric yang memiliki satu mata), adalah seorang jendral dari dinasti Umayyah yang memimpin penaklukan muslim atas wilayah Al-Andalus (Spanyol, Portugal, Andorra, Gibraltar dan sekitarnya) pada tahun 711 M.

Musim panas tahun 711 M (92 H), Thariq bin Ziyad berangkat menuju Al-Andalus. Pada tanggal 29 April 711 (6 Rajab 92 H), pasukan Thariq mendarat di Gibraltar (nama Gibraltar berasal dari bahasa Arab, Jabal Tariq yang artinya Gunung Thariq). Setelah pendaratan, ia memerintahkan untuk membakar semua kapal dan berpidato di depan anak buahnya untuk membangkitkan semangat mereka:
.... أيّها الناس، أين المفر؟ البحر من ورائكم، والعدوّ أمامكم، وليس لكم والله إلا الصدق والصبر

 "Wahai sekalian manusia (pasukan Tariq), kemana kalian pergi? tidak ada jalan untuk melarikan diri! Laut di belakang kalian, dan musuh di depan kalian: Demi Allah, tidak ada yang dapat kalian sekarang lakukan kecuali bersungguh-sungguh penuh keikhlasan dan kesabaran."

Pasukan Tariq menyerbu wilayah Andalusia di musim panas tahun 711 berhasil meraih kemenangan yang menentukan atas kerajaan Visigoth, di mana rajanya, Roderick terbunuh pada tanggal 19 Juli 711 (28 Ramadhan 92 H) dalam pertempuran Guadalete. Setelah itu, Thariq menjadi gubernur wilayah Andalusia.

4. Perang Salib - Ramadhan 584 H

Salahsatu episode dalam perang perang salib adalah pertempuran di Hittin yang terjadi akibat salahsatu faksi dalam koalisi salib melanggar perjanjian damai dengan kaum muslimin.

Faksi Chattilon pimpinan Reynald membunuh rombongan peziarah dari Damaskus, termasuk saudara perempuan Shalahuddin al-Ayyubi. Bahkan mereka juga menyiapkan pasukan untuk menyerang kota suci Makkah.

Koalisi tentara salib yang didatangkan dengan jumlah besar dari Eropa bertemu dengan pasukan Shalahuddin di kota Hittin yg saat itu tengah memasuki musim panas.

Tidak terbiasa dengan cuaca panas gurun ditambah baju perang yang terbuat dari besi membuat pasukan salib tidak leluasa dan kewalahan menghadapi kelincahan kuda-kuda Yaman yang ditunggangi pasukan Shalahuddin.

Dalam perang ini, Reynald de Chattilon, yang dulu membunuh saudara perempuan Shalahuddin, berhasil dipenggal.

Kemenangan di Hitiin ini menjadi pembuka jalan bagi pasukan Shalahuddin untuk merebut kembali Yerussalem (Palestina) ke pangkuan kaum muslimin, sebagaimana sebelumnya pernah dibebaskan oleh Khalifah Umar bin Khattab.

5. Perang 'Ain Jalut - Ramadhan 685 H

Siapa yang tidak gentar mendengar nama Hulagu Khan dan tentara Mongol-nya pada masa itu? Kekejaman dan kebengisan mereka terkenal di seantero barat (tentara salib) dan timur (tentara muslim).

Merek lah yang telah menghancurkan kekuasaan Bani Abbasiyah di Baghdad, sebagai pusat peradaban Islam, dengan pembantaian paling biadab dalam sejarah dunia.

Jutaan tengkorak kaum muslimin ditumpuk menjadi bukit sebagai peringatan bagi negeri-negeri lain yang tidak mau tunduk kepadanya.

Dari semua negeri-negeri muslim, hanya tinggal 3 negeri saja yang belum ditaklukan: Makkah, Madinah, Mesir.

Seraya mengirim surat melalui utusannya, Hulagu Khan mengancam penguasa Mesir, Syaifuddin al-Quthuz, untuk menyerah atau merasakan pembantaian berikutnya.

Syaifuddin kecil adalah mantan budak yang diperjualbelikan setelah keluarganya dibantai oleh tentara mongol. Maka inilah saatnya membalas kebiadaban mereka yang telah membantai keluarga dan jutaan kaum muslimin lainnya.

Syaifuddin al-Quthuz menyongsong pasukan mongol di luar Mesir, tepatnya di daerah 'Ain Jalut (wilayah Palestina) pada Ramdhan 685 H.

Pada hari ke-25, pasukan Mongol berhasil dipukul mundur. Dan pada hari ke-30 Ramadhan, Damaskus berhasil direbut kembali.

Dengan kekalahan ini pupuslah ambisi Hulagu Khan utk menguasai semua wilayah muslim. Dan akhirnya Mesir tumbuh sbg pusat peradaban Islam berikutnya, menggantikan Baghdad yg telah porak poranda.

6. Kemerdekaan Indonesia- Ramadhan 1364 H

Lebih dari 350 tahun, negeri muslim terbesar di dunia ini silih berganti dijajah oleh negara-negara kristen, mulai dari Portugis, Belanda, hingga negeri penyembah matahari, Jepang.

Perlawan gagah berani dan pantang menyerah yang dipelopori oleh para ulama sepanjang zaman di negeri ini akhirnya membuahkan hasil pada 9 Ramadhan 1364 H atau bertepatan dgn 17 Agustus 1945 dengan Proklamasi Kemerdekaan RI oleh Soekarno-Hatta.

“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.”

(portalpiyungan.com)
Lengkapnya Klik DISINI

Turki: Kebijakan Kami Belum dan Tidak Akan Pernah Berubah Terhadap Palestina

Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!

palestine-614x220
Jurubicara Kepresidenan Turki Abraham Kaln, Selasa (28/6), menegaskan bahwa kebijakan negaranya terhadap Palestina belum dan tidak akan berubah, pasca kesepahaman antara Turki dan Israel terkait dengan masalah normalisasi hubungan kedua belah pihak.
Abraham mengatakan, “Sikap-sikap Turki tetap, terkait dengan diakhirinya pendudukan Israel, kemerdekaan Palestina, perbaikan situasi hidup penduduk Jalur Gaza dan solusi isu Palestina melalui pendirian dua negara Palestina dan Israel.”

Seperti dikutip kantor berita Anadolu, Abraham menjelaskan bahwa negaranya akan terus membela hak-hak rakyat Palestina di seluruh forum internasional. Dia memprediksi bahwa dimulainya kembali hubungan diplomasi antara Ankara dan Tel Aviv akan menjadi sarana untuk menambah peran Turki dalam menyelesaikan persoalan Palestina dan menjamin kebutuhan sehari-hari penduduk Jalur Gaza.”

Dia mengingatkan bahwa lamanya waktu yang dibutuhkan pembicaraan Turki dan Israel, hasilnya adalah kegigihan negaranya untuk mewujudkan tuntutannya terhadap dengan normalisasi hubungan. Penandatanganan kesepahaman ini terjadi setelah terwujud semua persyaratan yang diminta dan dituntut oleh Turki.

Abraham melanjutkan, “Hasil positif kesepahaman ini akan berdampak bagi saudara-saudara di Palestina. Kapal bantuan pertama akan bertolak hari Jum’at ini dari pelabuhan propinsi Mersin menuju Jalur Gaza. Kapal ini bukan satu-satunya yang akan menuju Jalur Gaza, namun akan disusul kapal-kapal lain dari waktu ke waktu.”

Hubungan antara Turki dan Israel menegang setelah pasukan komando angkatan laut penjajah Zionis menyerang armada kebebasan “Freedom Flotilla” yang membawa bantuan kemanudiaan pada 31 Mei 2010 lalu. Serangan yang terjadi di perairan internasional ini mengakibatkan 9 aktivis Turki gugur yang saat itu berada di atas kapal Mavi Marmara, sementara itu beberapa yang lainnya meninggal akibat luka yang dialami dalam serangan tersebut. 
 
 sumber

Lengkapnya Klik DISINI
Recent Post widget Inspirasi Rabbani

Menuju

Blog Tetangga

Blog Tetangga
Klik Gambar untuk Berkunjung

Luwuk Banggai SULTENG

Luwuk Banggai SULTENG
ebeeee......