“Ya Allah, Engkau adalah Rabbku, tidak ada Ilah yang berhak 
disembah kecuali Engkau, Engkau ciptakan aku, dan aku adalah hamba-Mu, 
dan aku di atas perjanjian-Mu, dan janji-Mu sesuai dengan kemampuanku.
 Aku berlindung dengan-Mu dari kejahatan apa yang aku perbuat, aku 
mengakui dengan dosaku, maka ampunilah aku, karena sesungguhnya tidak 
ada yang mengampuni dosaku kecuali Engkau.”
| Ilustrasi (desktopnexus.com) | 
Dakwah ini perlu 
perjuangan, pengorbanan dan kebesaran hati menerima setiap warnanya. 
Perjuangan ini terasa berat, melelahkan dan perih di hati. Saat 
mendengar balasan surga, hati ini semangat membara tak terkira.
Saudaraku…
Dakwah
 ini adalah tanggung jawab kita semua, bukan perorangan dan kelompok 
saja. Tidakkah tugas kita di dunia ini sebagai khalifah? Yang akan 
memakmurkan bumi ini dengan kalimat-Nya?
Bersama kita berjalan 
dalam dakwah, menggenggam komitmen kita untuk berjuang di jalan dakwah. 
Kita sama-sama perbaiki diri, keluarga, masyarakat dan negara kita.
Ada
 kalanya kita ada bersama dalam organisasi dakwah, terkadang noda dalam 
dakwah karena ada gesekan-gesekan dalam ukhuwah. Memang kita sama-sama 
telah paham bagaimana ikhlas, dan menjaganya. Tapi saat syetan itu 
membisikkan, dan menampakkan dalam pekerjaan manusia lain kita merasa 
hilang keikhlasan. Pupus kesabaran yang telah dipupuk, hilang rasanya 
kata ‘ikhlas’ yang pernah diucapkan dan disampaikan kepada yang lain.
Menyadari
 kekerdilan diri ini, memahami terbatas kemampuan kita. Semua itu bukan 
untuk mundur dari dakwah, semua itu harus mampu melecutkan semangat yang
 dulu pernah berkobar dalam diri.
“Dan hendaklah ada di antara
 kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada 
yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang 
beruntung.” (QS Ali Imran: 104)
“Sesungguhnya manusia itu
 benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan 
mengerjakan amal shalih dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran
 dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS Al ‘Ashr: 2-3)
Tidak
 akan berjalan dakwah ini tanpa kita mampu menjalin ukhuwah dengan 
sesama dan selalu menjalin hubungan cinta dengan-Nya. Kita memang bukan 
makhluk sempurna, bukan malaikat yang tanpa keluh kesah, kita hanya 
seorang hamba Allah yang tidak luput dari salah.
Saat menerima 
tugas dalam dakwah, kadang terkotori karena si pemberi tugas tidak 
melakukan hal yang sama dengan yang kita kerjakan. Sibuk dengan 
kehidupan pribadinya, sibuk dan menikmati cerita dalam keluarganya. 
Beristighfarlah….itu yang layak kita ucapkan dan lakukan.
“Mahasuci
 Allah yang menguasai (segala) kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala 
sesuatu. Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa di 
antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Mahapengampun.
 Yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Tidak akan kamu lihat 
sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih. Maka 
lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu cacat?” Q.S. Al Mulk: 
1-3
Teringat nasihat seorang ikhwah: “bersabarlah di atas 
kesabaran, Allah akan menuntunmu dan memudahkan urusanmu. Bukan mereka 
(manusia) yang akan meminta kebaikan-kebaikan kita atau kerja dakwah 
kita. Melainkan Allah Sang Pemilik Jiwa ini yang akan meminta 
amalan-amalan itu”
Mengambil ‘ibrah dari sirah nabi, akan
 ketangguhan para insan pilihan Allah dalam mengemban dakwah ini. Meski 
umatnya ada yang ikut dalam langkahnya dan ada banyak yang keukeuh atas keangkuhannya.
Kita
 memang tidak sesabar mereka para rasul Allah, tapi kita telah mengambil
 teladan dan berupaya ikuti jalan mereka. Dengan kesadaran diri, memohon
 ampun pada Allah atas keluputan ini. Sadar diri ini masih terkecoh 
dengan apa yang dilihat dan yang didengar meski iman ini telah tertanam 
dalam-dalam.
Allah tahu akan kemampuan kita saudaraku…
Bukankah
 janjinya dalam ‘Surat Cinta-Nya’ adalah saat kita menolong agama-Nya 
maka Allah akan mudahkan segala urusan kita dunia akhirat. Mengatasi ke-futur-an
 dengan mendekatkan diri ini semakin dekat dengan Allah, mendekat kepada
 saudara-saudara yang akan mengingatkan kita akan akhirat. Jangan 
biarkan rasa galau menghancurkan semangat kita dan menjauhkan kita dari Allah. Na’udzubillah…
Kita Harus Mampu Bertahan Di jalan ini…
Meski
 langkah terseyot-seyot, perasaan tercabik-cabik. Tetaplah bertahan, 
setiap luka, tetes keringat dan lelah yang kita rasakan surga 
balasannya. Dengan memikirkan nasib dakwah dan umat maka Allah akan 
selalu ada bersama kita. Selamatkan niat dalam diri untuk tetap ada di 
jalan dakwah. Jangan biarkan hal-hal kecil itu membuat semangat kita 
yang besar menjadi kerdil kembali hingga melemahkan perjuangan.
Memang
 sakit, perih, pincang kaki berjalan menapakinya. Tapi Allah tidak akan 
membiarkan kita dalam keadaan itu. Allah akan selalu memenangkan 
Agama-Nya. Semoga Allah sadarkan saudara kita dan bersama berjalan 
dijalan dakwah ini seperti kepemimpinan Rasulullah yang bertanggung 
jawab. Bersama-sama meng-evaluasi militansi dan introspeksi diri…apakah 
yang telah kita berikan dan sedang kita berikan serta akan kita berikan 
kepada Allah dalam dakwah ini???
Hanya kesetiaanlah yang dapat 
tabah meniti perjalanan dakwah ini. Kesetiaan yang menjadikan pemiliknya
 sabar dalam menghadapi cobaan dan ujian. Menjadikan mereka optimis 
menghadapi kesulitan dan siap berkorban untuk meraih kejayaan. Kesetiaan
 yang menghantarkan jiwa-jiwa pejuang sejati untuk berada pada barisan 
terdepan dalam perjuangan ini. Kesetiaan yang membuat pelakunya 
berbahagia dan sangat menikmati beban hidupnya. Setia dalam kesempitan 
dan kesukaran demikian pula setia dalam kelapangan dan kemudahan.
Kesabaran
 sebagai kuda-kuda pertahanan orang-orang beriman dalam meniti 
perjalanan ini. Bekal kesabaran mereka tidak pernah berkurang sedikit 
pun karena keikhlasan dan kesetiaan mereka pada Allah SWT.
Kita 
harus mampu meyakini bahwa kesabaran yang ada pada diri kita yang 
membuat kita kuat menghadapi berbagai rintangan dakwah. Bila 
dibandingkan apa yang kita lakukan serta yang kita dapatkan sebagai 
risiko perjuangan di hari ini dengan keadaan orang-orang terdahulu dalam
 perjalanan dakwah ini belumlah seberapa. Pengorbanan kita di hari ini 
masih hanya terhad pada pengorbanan waktu untuk dakwah. Pengorbanan 
tenaga dalam amal kebajikan untuk kepentingan dakwah. Pengorbanan 
sebagian kecil dari harta kita yang masih banyak jika dibandingkan 
dengan penggunaan lain… Dan bentuk pengorbanan remeh-remeh lainnya yang 
telah kita lakukan.
“Siapakah yang lebih baik perkataannya 
daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shalih, dan 
berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”?” 
(QS. Fussilat: 33)
Semoga Allah selalu menuntun hati kita, 
diri kita untuk tetap bertahan dan istiqamah dijalan CINTA-Nya…Jalan 
Dakwah para insane pilihan-Nya… Amiin.
 Oleh: Choiriyah 
 
 
 
 
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..