Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!
Setiap manusia pasti merasakan ujian, penderitaan 
dan berbagai hal yang melahirkan rasa sedih yang kadang bertumpuk, dan 
berlapis-lapis.
Di antara hal yang bisa mengurangi atau bahkan 
menghilangkan kesedihan adalah menikmati hiburan, di antaranya, yang 
banyak dilakukan adalah menikmati kisah yang indah dan menggugah. Nah, 
Alquran telah menghadirkan kisah terindah yang bisa kita nikmati, yaitu 
kisah nabi Yusuf alaihi salam.
Ibnu Atho’ bahkan berkata: 
“Tidaklah seseorang bersedih lalu mendengar surat Yusuf kecuali pasti 
dia akan merasa lega”. Bahkan ada sebagian ahli tafsir yang mengatakan 
kalau surat Yusuf diturunkan sebagai hiburan atas kesedihan Rasulullah 
yang bertubi-tubi karena mendapat ujian berat saat masih di Mekkah.
Dari
 kisah ini kita tidak hanya mendapat hiburan untuk menghilangkan 
kesedihan, tapi sekaligus di dalamnya ada ibroh, hikmah, faidah dan 
pelajaran yang bermanfaat untuk urusan dunia maupun akhirat, sehingga 
Allah menyebutnya sebagai kisah terbaik.
Di dalamnya ada kisah 
persaudaraan, persahabatan, perjuangan menjaga kesucian, muruah, lapang 
dada dan puncak maaf, juga kesabaran terdahsyat, yang semuanya 
membekaskan pelajaran berharga; bahwa setiap ujian itu pasti baik buat 
kita, asal kita bisa menyikapinya dengan cara yang baik pula.
Mari
 kita ikuti tahap-demi tahap ujian berat yang dilalui oleh Nabi yang 
sangat mulia ini, sebagaimana telah dirangkum dalam buku Al-Mushoffa min
 sifati duat berikut ini:
- Upaya pembunuhan
Rencana
 pembunuhan ini berasal dari orang terdekatnya, yaitu 
saudara-saudaranya. Dan ini yang menjadikan cobaan ini terasa lebih 
pahit dan menyakitkan, berbeda dengan misi pembunuhan lain yang biasanya
 datang dari orang yang paling jauh nasabnya. Adapun saat rencana 
pembunuhan itu berasal dari saudara laki- laki yang sama-sama keluar 
dari satu sulbi, pasti ini menambah pedih bagi yang menanggung ujian 
ini, terlebih jika sebab upaya pembunuhan ini adalah hal yang sangat 
sepele, yaitu sesuai dengan klaim mereka, adalah kecintaan ayah mereka 
pada Yusuf dan sikapnya yang lebih mengutamakan Yusuf daripada mereka.
Dan
 kita memperhatikan kelembutan Allah Yang Maha Kuasa pada Yusuf dengan 
membuat salah satu dari saudaranya berbicara agar kehendak-Nya berjalan 
dan menjadikan usulan salah satu dari mereka adalah jalan keluar pertama
 dari ujian pertama ini: “Seorang di antara mereka berkata:
 “Janganlah kamu bunuh Yusuf, tetapi masukkanlah Dia ke dasar sumur 
supaya Dia dipungut oleh beberapa orang musafir, jika kamu hendak 
berbuat.” (Yusuf: 10).
Akhirnya mereka menyetujui usulan ini 
dan dengan persekongkolan yang matang, mereka menghadap ayah mereka 
untuk menyakinkannya agar mengizinkan mereka membawa serta Yusuf untuk 
pergi tamasya bersama mereka. Dan meskipun Ya’qub ‘alaihissalam bimbang,
 namun mereka mampu meyakinkannya dan akhirnya merekapun pergi dan Yusuf
 memasuki sumur sebagai ujian kedua.
- Di buang ke dasar sumur
Saudaranya
 mengusulkan agar Yusuf tidak di bunuh, dan lebih baik di buang ke sumur
 karena diprediksi akan dipungut oleh rombongan yang melewati tempat 
tersebut. Tapi sebenarnya ini bukanlah prediksi yang cukup kuat. Karena 
bisa saja kafilah musafir terlambat melewati sumur tersebut dan Yusuf 
terancam mati kelaparan. Pemikiran seperti ini bisa saja hadir dalam 
benak Yusuf, wallahu a’lam.
Dan yang menjadikan ujian ini terasa 
lebih berat adalah Yusuf kecil menyaksikan sendiri kakak-kakaknya 
memeganginya dan mereka semua bekerja sama menjebloskannya ke dalam 
sumur tua, lalu ia menatap mereka pergi berlalu dan membiarkannya 
seorang diri di padang tandus berdiam diri di kegelapan sumur tanpa 
seorangpun menemani dan menghiburnya. Hanya ada dinding sumur yang bisu,
 dan dinginya air di dasar sumur.
Seolah ini adalah dalam rangka 
mempersiapkannya untuk penjara yang sebenarnya yang Allah takdirkan akan
 dimasuki oleh Yusuf pada fase-fase ujian yang akan datang dalam 
kehidupannya.
Kemudian datanglah kemudahan setelah masa sulit dan 
setelah kesabaran itu pada Yusuf saat dia ditimpa kesendirian yang 
mematikan dalam sumur itu. Jalan keluar itu berupa kafilah yang 
memungutnya dari sumur:
“Kemudian datanglah kelompok 
orang-orang musafir, lalu mereka menyuruh seorang pengambil air, Maka 
Dia menurunkan timbanya, Dia berkata: “Oh; kabar gembira, ini seorang 
anak muda!” kemudian mereka Menyembunyikan Dia sebagai barang dagangan. 
dan Allah Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan. (Yusuf: 19).
Yusuf
 dikeluarkan dari sumur agar melihat dunia lagi dan telah digariskan 
agar ia menjalani hidupnya lagi di dunia manusia. Namun keluarnya dari 
sumur ini merupakan awal dari ujian baru dalam kehidupannya.
- Perbudakan
Kafilah
 musafir itu memungutnya dari sumur dan mereka kagum atas ketampanan 
Yusuf dan mereka menyangka bahwa ia berasal dari keturunan keluarga yang
 terhormat, karena itulah mereka khawatir kalau ketahuan dan segera 
menjualnya sebagai budak dengan harga murah di negeri Mesir:
Dan
 mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, Yaitu beberapa dirham 
saja, dan mereka merasa tidak tertarik hatinya kepada Yusuf.
Dan
 orang Mesir yang membelinya berkata kepada isterinya: “Berikanlah 
kepadanya tempat (dan layanan) yang baik, boleh Jadi Dia bermanfaat 
kepada kita atau kita pungut Dia sebagai anak.” Dan demikian pulalah 
Kami memberikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di muka bumi (Mesir), 
dan agar Kami ajarkan kepadanya ta’bir mimpi. dan Allah berkuasa 
terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya. (Yusuf: 20-21).
Yusuf
 berpindah dari kehidupan merdeka yang dijalaninya bersama kedua orang 
tuanya, dalam keadaan mulia dan terhormat, yang membuat iri saudaranya 
menuju kehinaan perbudakan dan kehidupan sebagai hamba sahaya di istana 
penguasa Mesir. Statusnya sama dengan para budak yang bertugas 
mengangkut barang berat milik tuannya, membersihkan sampah dan kotoran, 
dan melayani kebutuhan dan permintaan yang remeh temeh, diperintah dan 
harus taat. Dan ini adalah ujian tersendiri yang memerlukan kesabaran.
Dan
 takkan bisa memahami seperti apa kesengsaraan budak kecuali orang yang 
mau mendengar keluh kesah mereka atau pernah mengalami kehidupan mereka.
 Dan cukuplah sebagai penderitaan bagi seorang budak, ia tidak seperti 
manusia pada umumnya. Tidak diperlakukan sebagai manusia, bahkan 
seringkali diperlakukan hampir seperti binatang.
- Ujian wanita
Yusuf
 ‘alaihi salam sangat rupawan, dan istri petinggi Mesir tergoda oleh 
ketampananya meski usia mereka terpaut sangat jauh. Dan wanita ini tak 
mampu menyembunyikan jika ia tertawan dan kasmaran, sedangkan ia adalah 
nyonya dan Yusuf sebagai budak sahaya. Sampai ketika syahwatnya mencapai
 puncak, ia menemui Yusuf dan berkata: “Marilah kesini”, setelah menutup
 semua pintu dan yakin bahwa istana dalam keadaan kosong. Maka Yusuf 
berkata:
“Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah 
memperlakukan aku dengan baik.” Sesungguhnya orang-orang yang zalim 
tiada akan beruntung. (Yusuf: 23).
Sesungguhnya seorang 
wanita tak akan mengucapkan perkataan ini pada seorang laki-laki kecuali
 ia telah mempersiapkan diri untuk perbuatan tersebut dengan segala 
kesadaran akan daya tarik yang ia miliki, dan ia melakukan segala trik 
untuk menggoda orang yang dikehendakinya.
Bisa jadi ia 
menanggalkan seluruh busananya, atau menampakkan keindahan- keindahan 
tubuhnya, atau menampakkan bagian tubuh yang bisa membangkitkan syahwat 
laki-laki dan memakai riasan di wajah dan wawangian di tubuhnya. 
Sungguh, ujian wanita yang menimpa Yusuf adalah ujian terbesar yang 
dihadapinya di sepanjang hidupnya.
Dan agar kita bisa mengetahui 
besarnya ujian ini, kita mesti memahami faktor- faktor yang mendorong 
seorang pria berzina dengan wanita. Tak ragu lagi, faktor itu banyak 
sekali. Dan seringkali adanya satu faktor saja sudah cukup mendorong 
terjadinya zina, maka bagaimana jadinya jika semua faktor itu terkumpul 
dalam peristiwa Yusuf dan istri pembesar istana?
Di antara faktor terbesar yang menyebabkan terjadinya zina adalah:
- Ketampanan pria
Karena
 akan mendorongnya untuk melakukan pendekatan pada para wanita karena 
tertipu dengan ketampanannya. Berbeda dengan yang buruk rupa, yang dari 
zaman dahulu diketahui bahwa tak akan ada yang tertarik padanya.
- Ajakan wanita untuk berzina
Dan
 ini adalah faktor yang paling kuat. Dan faktor ini menjadi dorongan 
yang kuat ketika permintaan untuk memenuhi syahwat itu itu dilandasi 
rasa cinta wanita tersebut dan bukan karena alasan harta atau alasan 
lainnya. Dan inilah yang terjadi pada Yusuf ‘alaihi salam.
- Keterasingan
Orang
 yang terasing tak ada yang mengenalnya, dan ini memudahkannya untuk 
melakukan praktek zina karena ia jauh dari pengawasan orang-orang yang 
mengenalnya.
- Perbudakan
Seorang 
budak tergadai oleh perintah tuannya, dan ia tak mampu menolak perintah 
itu karena kewajibannya adalah taat tanpa keraguan, karena ia tak 
memiliki keputusan sendiri.
- Masa muda
Yusuf
 adalah seorang pemuda belia, dan ini adalah faktor utama yang membuat 
seseorang menerima ajakan zina. Lain halnya orang yang orang yang telah 
tua renta, yang telah lemah atau hilang syahwatnya.
- Kesiapan wanita untuk berzina
Faktor
 ini berbeda dengan ajakannya untuk berzina. Maksudnya di sini adalah 
wanita tersebut memakai atau melakukan hal-hal yang membuat pria tergoda
 padanya:
“Dan berkata: “Marilah ke sini”. (Yusuf: 23)
- Menutup semua pintu
Dan
 ini mengundang rasa aman untuk melakukan perbuatan keji, karena jauh 
dari pantauan pegawai istana, atau kerabat wanita tersebut: “Dia menutup pintu-pintu”. (Yusuf: 23).
- Kedudukan dan jabatan
Wanita
 ini adalah istri perdana mentri di masa raja-raja Firaun. Dan posisi 
wanita ini membuatnya mampu menyembunyikan kejahatan meskipun sebenarnya
 telah terkuak. Dan ini adalah faktor rasa aman yang lain yang bisa 
mendorong seorang laki-laki melakukannya. Dan faktor ini benar-benar 
terjadi dalam ujian ini.
- Suami yang tidak cemburu
Dari
 rangkaian ayat nampak jelas bahwa suami wanita tadi adalah laki-laki 
yang tak memiliki rasa cemburu, dan dalilnya adalah firman Allah SWT:
Dan
 keduanya berlomba-lomba menuju pintu dan wanita itu menarik baju gamis 
Yusuf dari belakang hingga koyak dan Kedua-duanya mendapati suami wanita
 itu di muka pintu. wanita itu berkata: “Apakah pembalasan terhadap 
orang yang bermaksud berbuat serong dengan isterimu, selain dipenjarakan
 atau (dihukum) dengan azab yang pedih?” (Yusuf: 25).
Setelah melakukan sidang dan jelas bahwa kebenaran ada di pihak Yusuf ‘alaihi salam, dia hanya mengucapkan pada Yusuf: “(Hai) Yusuf rahasiakanlah hal ini”. (Yusuf: 29). Dan ia berkata pada istrinya: “dan (kamu Hai isteriku) mohon ampunlah atas dosamu itu, karena kamu Sesungguhnya termasuk orang-orang yang berbuat salah.”. (Yusuf:29).
Dan
 ini adalah pendorong yang besar untuk perbuatan yang nista sepanjang 
orang yang seharusnya melarang, dalam hal ini adalah suaminya, justru 
tidak menentangnya.
- Ancaman penjara
Manusia
 kadang menjadi lemah dan terpukul dengan ancaman seperti ini. Dan ini 
juga termasuk faktor yang efektis dan berpengaruh bagi kebanyakan 
manusia. Dan wanita yang tengah kasmaran ini mengancam Yusuf di hadapan 
para wanita masyarakat yang sakit itu, setelah mereka memotong-motong 
jemari tangan mereka karena tersihir oleh ketampanannya, yang membuat 
mereka tak percaya kalau itu adalah ketampanan manusia, tapi mereka 
menyangkanya malaikat, istri perdana mentri itu mengancam dan berkata: “Itulah
 Dia orang yang kamu cela aku karena (tertarik) kepadanya, dan 
Sesungguhnya aku telah menggoda Dia untuk menundukkan dirinya (kepadaku)
 akan tetapi Dia menolak. dan Sesungguhnya jika Dia tidak mentaati apa 
yang aku perintahkan kepadanya, niscaya Dia akan dipenjarakan dan Dia 
akan Termasuk golongan orang-orang yang hina.” (Yusuf: 32).
Banyak
 kejahatan berbahaya akhirnya bisa dikerjakan karena menggunakan ancaman
 penjara. Maka bagaimana dengan kejahatan yang dicenderungi dan diminati
 oleh hawa nafsu, yaitu berzina dengan wanita istana, pemilik kekuasaan 
dan jabatan.
Faktor-faktor ini semuanya terangkum dalam ujian yang
 diarungi oleh Yusuf ‘alaihi salam. Dan jika salah satu faktor saja 
membuat banyak pria berjatuhan, maka bagaimana jika semua faktor tadi 
terkumpul di hadapan Yusuf?. Inilah hal yang mendekatkan kita pada jenis
 tsabat atau keteguhan sikap Yusuf ‘alaihi salam, dan memberikan kita 
bekal sebuah tarbiyah yang orisinil yang dijalani olehnya, karena ia menjadi salah satu sebab keteguhannya.
Karena
 tak mungkin bisa bersikap teguh dalam suasana seperti ini orang-orang 
yang membiarkan jiwanya bersenang-senang semaunya, kemudian mengharapkan
 sikap tsabat. Sekali-kali tidak. Tak akan mampu tegar kecuali siapa 
yang lelah membina jiwa dan mensucikannya, sehingga Allah Ta’ala 
meneguhkannya pada kebanyakan ujian dan cobaan.
Dan setelah Yusuf 
lolos dalam ujian ini, Allah memberikan jalan keluar dan mengeluarkannya
 dari krisis tersebut, ke tempat yang jauh dari bau istana yang 
menyebarkan aroma kerusakana, dan kerendahan akhlak. Dan itu setelah ia 
menyandarkan diri sepenuhnya pada Allah semata, sambil mengakui 
kelemahan sisi basyariyahnya di hadapan derasnya ujian: “Yusuf 
berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi 
ajakan mereka kepadaku. dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu
 daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka)
 dan tentulah aku Termasuk orang-orang yang bodoh”. Maka Tuhannya 
memperkenankan doa Yusuf dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya 
mereka. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (Yusuf: 33-34).
Allah
 mengeluarkannya dari fitnah ujian tersebut dan mengabulkan 
permohonannya. Akan tetapi untuk membawanya pada jenis ujian yang lain, 
yaitu ujian penjara: “Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku”. (Yusuf: 33).
- Ujian kurungan penjara
Allah Ta’ala berfirman:
Kemudian
 timbul pikiran pada mereka setelah melihat tanda-tanda (kebenaran 
Yusuf) bahwa mereka harus memenjarakannya sampai sesuatu waktu. (Yusuf: 35).
Ketika
 memasuki penjara yang baginya laksana surga jika dibanding dengan 
istana yang menjulang itu, Yusuf ‘alaihi salam tidak melupakan obsesi 
dan misinya, dan saat itu ada dua pemuda yang menyertainya dalam penjara
 mempercayai kelimuan yang Allah karuniakan padanya, dan memintanya 
untuk menafsirkan mimpi keduanya:
“Dan bersama dengan Dia 
masuk pula ke dalam penjara dua orang pemuda. berkatalah salah seorang 
diantara keduanya: “Sesungguhnya aku bermimpi, bahwa aku memeras 
anggur.” dan yang lainnya berkata: “Sesungguhnya aku bermimpi, bahwa aku
 membawa roti di atas kepalaku, sebahagiannya dimakan burung.” 
berikanlah kepada Kami ta’birnya; Sesungguhnya Kami memandang kamu 
Termasuk orang-orang yang pandai (mena’birkan mimpi)”. (Yusuf: 36).
Yusuf
 ‘alaihi salam memanfaatkan kepercayaan, kedatangan dan keperluan mereka
 untuk mengetahui mimpi yang aneh tersebut . Maka iapun memulai 
menerangkan tentang tauhid pada mereka secara bertahab sebelum menjawab 
permintaan mereka.
Nabi Yusuf menghabiskan sebagian besar waktu 
yang ada untuk menerangkan pokok-pokok tauhid dan mengupayakan agar 
mereka tertarik. Adapun jawaban atas pertanyaan keduanya, tak lebih dari
 dua statemen:
“Hai kedua penghuni penjara: “Adapun salah 
seorang diantara kamu berdua, akan memberi minuman tuannya dengan 
khamar; Adapun yang seorang lagi Maka ia akan disalib, lalu burung 
memakan sebagian dari kepalanya. telah diputuskan perkara yang kamu 
berdua menanyakannya (kepadaku).”. (Yusuf: 41).
Sesungguhnya 
hal terberat yang menimpa orang–orang yang dipenjara adalah terputusnya 
mereka dari peristiwa di luar penjara, dari keluarga dan anak-anak, 
serta peristiwa yang terjadi setiap hari.
Dan lebih berat dari itu
 adalah saat seseorang masuk penjara sedang ia bebas dari dosa, dan ia 
tak dipedulikan di sana, tak seorangpun dari mereka yang ada di luar 
menaruh perhatian bahwa di sana ada manusia yang hidup di penjara. Dan 
lebih pedih lagi, bahwa orang yang dipenjara tadi tak memiliki kekuasaan
 atas dirinya mengenai kapan pergi, dan kembali, apa yang dikonsumsi, 
atau apakah tetap di tempat itu ataukah yang lain.
- Perpanjangan masa kurungan
Sesungguhnya
 orang yang di penjara dan ia mengetahui kapan bisa keluar, dan kapan 
masa penahanan itu berakhir, tidak akan mengalami apa yang dirasakan 
oleh nara pidana yang tak mengetahui kapan berakhir masa tahanannya, dan
 tak pernah dikatakan padanya kapan akan keluar. Setiap hari ia terus 
menunggu-nunggu, dan setiap hari berlalu seperti sebelumnya tanpa ada 
kepastian kapan akan berakhir, yang menjadikannya tertimpa ujian 
spikologis yang terus- menerus, terutama jika penahanan itu berlangsung 
lama tanpa ada seorangpun yang menyadari hal itu. Dan inilah yang 
terjadi pada Yusuf ‘alai salam, maka ia berpesan pada salah satu dari 
kedua temannya yang menurut prediksinya akan selamat: “Terangkanlah keadaanku kepada tuanmu.”. (Yusuf: 42).
Akan
 tetapi setan menjadikan pria tersebut lupa untuk menceritakan kondisi 
Yusuf yang terdzalimi pada tuannya, dan sikap lupanya menyebabkan 
bertambahnya masa tahanannya: “Karena itu tetaplah Dia (Yusuf) dalam penjara beberapa tahun lamanya”. (Yusuf: 42).
Dan
 tak seorangun mengingatnya kecuali setelah raja memerlukan orang yang 
bisa menafsirkan mimpinya. Saat itulah pria itu mengingat temannya, 
Yusuf ‘alaihi salam dan ia menceritakannya pada raja. Namun prinsip 
Yusuf yang orisinil menolak untuk keluar dari penjara dengan cara 
seperti ini, dan ia menolak bebas dari penjara namun dengan tuduhan zina
 masih melekat padanya, hingga diumumkan secara resmi di hadapan 
khalayak ramai siapa pendosa yang sebenarnya, dan diumumkan pula bahwa 
ia bersih dan tak bersalah. Nabi Yusuf menjawab ajakan utusan raja 
dengan penolakan, tak terpengaruh dengan gelapnya penjara dan deritanya,
 serta lamanya ia mendekam di sana:
“Kembalilah kepada tuanmu dan Tanyakanlah kepadanya bagaimana halnya wanita-wanita yang telah melukai tangannya. (Yusuf: 50).
Dan
 ketika raja bertanya pada para wanita tersebut dan merekonstruksi 
rincian peristiwa kriminal itu bersama mereka yang hadir dan berperan 
dalam peristiwanya, sang pendosa mengaku: “Mereka berkata: “Maha 
sempurna Allah, Kami tiada mengetahui sesuatu keburukan dari padanya”. 
berkata isteri Al Aziz: “Sekarang jelaslah kebenaran itu, Akulah yang 
menggodanya untuk menundukkan dirinya (kepadaku), dan Sesungguhnya Dia 
Termasuk orang-orang yang benar.”. (Yusuf: 51).
Hanya saat 
itu saja ia ridha untuk keluar secara terhormat, bersih, dan bukan 
sebagai pesakitan yang bebas karena kemuliaan sang raja dan keperluannya
 pada Yusuf. Namun ia keluar menuju ujian lain yang para tokoh sekalipun
 hanya sedikit yang mampu bertahan, yaitu:
- Ujian jabatan
Tak
 diragukan lagi bahwa ujian jabatan termasuk ujian terbesar yang mungkin
 menimpa para dai. Dan disini Yusuf ‘alaihi salam meminta jabatan bukan 
karena cinta jabatan, namun karana ia tahu di sana tak ada orang yang 
lebih kompeten darinya. Dan ia tahu bahwa meninggalkan urusan ini 
berarti meninggalkan tanggungjawab seorang dai yang harus dilakukannya 
untuk menyelamatkan manusia, jika ia memiliki kemampuan untuk itu.
Adapun
 jika ia tahu bahwa ada orang lain yang lebih kapabel dari dirinya, maka
 yang lebih utama adalah besikap zuhud atas jabatan, karena kecintaanya 
pada hal ini tidak lain merupakan bentuk dari kecintaan pada dunia. 
Bahkan Al-Qosim bin Ustman al-Jau’i menganggapnya sebagai bagian dari 
dosa – dosa yang membinasakan, dengan berkata: “Cinta kepemimpinan 
adalah pokok segala yang membinasakan”.
Orang-orang yang rakus 
menyongsong jabatan dan kepemimpinan, Allah haramkan atasnya kelezatan 
iman dan kekhusyuan. Karena hatinya tertambat dengan selain akhirat. Dan
 inilah yang diisyaratkan oleh Abu Ja’far al-Muhauli ketika berkata: 
“Haram bagi jiwa yang di dalamnya ada kecintaan menjadi pemimpin manusia
 untuk merasakan manisnya akhirat”.
Namun Yusuf ‘alaihi salam 
tidak termasuk dalam golongan yang rakus pada dunia ini. Bahkan hatinya 
tertambat dengan akherat. Ujian jabatan tak mengoncangnya untuk tetap 
berserah diri pada Allah, menjaga adab di hadapan-Nya, dan mengakui 
kenikmatan-Nya. inilah dia berkata di akhir petualangannya, setelah 
Allah mengumpulkan ayah dan saudaranya untuknya di negeri Mesir:
“Ya
 Tuhanku, Sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebahagian 
kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebahagian ta’bir mimpi. (ya 
Tuhan) Pencipta langit dan bumi. Engkaulah pelindungku di dunia dan di 
akhirat, wafatkanlah aku dalam Keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan
 orang-orang yang saleh. (Yusuf: 101).
Sayyid Qutb berkata: 
“Dan begitulah, nama besar dan kekuasaan tertutupi. Dan kegembiraan 
karena perjumpaan dan pertemuan dengan keluarga dan kebersamaan dengan 
saudara juga menghilang. Dan muncullah episode terakhir, episode seorang
 hamba yang memohon pada Rabbnya agar dijaga keislamannya hingga ajal 
menjemputnya, dan agar dipertemukan dengan orang-orang shaleh di 
haribaan-Nya. Ini adalah kesuksesan mutlak dalam ujian akhir”. (Fi 
Dhilali al-Qur’an: 4/ 2030).
Dari sela-sela ujian yang dilewati 
Yusuf, jelas bahwa jalan keluar setelah masa- masa sulit itu di dahului 
oleh keteguhan pada prinsip. Kadang jalan keluar itu merupakan hadiah 
dari keteguhan itu. Atau bisa jadi jalan keluar itu sendiri merupakan 
ujian lain yang dengannya Allah menguji keteguhan hamba-Nya di waktu 
datang kemudahan. Dan betapa banyak dai yang teguh di saat datang ujian 
dan kesulitan, namun ketika datang kemudahan, jalan keluar, dan 
kejayaan, iapun berpaling dari sikap yang sungguh-sungguh dan menjauh 
dari barisan dakwah.
Dan pelajaran dari kisah ini adalah:
- Pertama: Kadar cobaan sesuai dengan kadar kedekatan seseorang pada Allah
- Kedua: Cobaan kadang terjadi karena menjauh dari Allah pada salah satu makna ubudiyah, meski hanya sedikit.
- Ketiga: Bahwa setiap cobaan disertai rahmat dari Allah SWT.
- Keempat: Jalan keluar setelah kesulitan di dahului oleh sikap teguh pada manhaj.
Seberat
 apapun beban ujian yang menimpa, pasti hanya sepersekian dari ujian 
yang telah di pikul oleh nabi Yusuf kita. Dan meski kita tak sesabar dan
 setegar Nabi mulia ini, setidaknya kita pasti mampu memerankan berbagai
 episode kehidupan kita dengan indah dengan mencermati dan meneladani 
kisah spektakuler beliau.
Semoga Allah selalu meneguhkan hati kita, dan melepaskan beban yang membebani punggung serta menghilangkan duka kita. Amin.
Wallahu a’lam.
Sumber: Tafsir Al-Baghowi, Al-Mushoffa min shifat ad-Du’at, Syekh Al-Bilali.
 
 
 
 
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..