Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!
| ilustrasi gambar google | 
Cinta, cinta, dan cinta. Kalo ngomongin ini bawaannya pengen 
senyum-senyum. Kadang juga jadi sedih, pernah juga malah jadi kesel. 
Lah, kok bisa gitu? Iya, bisa aja. Suka-suka saya, dong. Orang ini hati,
 hati saya. Kenapa situ yang repot? Eh, nggak gitu deng… selauw kali,
 Bro en Sis. Iya, jadi kenapa sih kok saya bisa sedih kalo ngomongin 
cinta, alasannya: orang sekarang banyak banget yang salah gunain kata 
ini. Mereka menganggap bahwa cinta itu, ya perasaan suka antar lawan 
jenis aja. Abis itu, mereka juga harus mengutarakan perasaan itu. Kalo 
kata temen saya sih ‘nembak’ (mati dong?). Ujung-ujunganya jadilah 
mereka pacaran.
Sobat, kalo yang bikin kesel itu, banyak juga orang yang 
mengatasnamakan cinta untuk hal-hal yang merusak akidah, naluri, dan 
mendzalimi diri mereka sendiri, termasuk orang yang dicintainya. Masih 
inget kan selebritis yang heboh dengan gosip kalau dirinya pindah 
keyakinan setelah menikah dengan laki-laki non-muslim? Tadinya, si 
laki-laki ini mualaf dan mereka menikah dengan cara Islam. But, tiba-tiba
 kabar mengejutkan, si suaminya malah balik lagi ke agamanya dan ngajak 
istrinya buat ikutan murtad. Mau aja diajak murtad. Naudzubillah.
Are you fallin’ in love, sis?
Hey, Sis. Iya, kamu. Kamu yang lagi fallin’ in love. Ciyee… yang lagi
 berbunga-bunga. Pasti bahagia ya. Nggak jarang, menurut temen-temen 
saya yang kayak kamu, Sis, mereka bakal jadi semangat ’45 (perjuangan 
banget ya kesannya? Tapi orangnya sih bukan generasi tahun 1945, 
tentunya) ngelakuin banyak hal, kalo lagi jatuh cinta sama incerannya. 
Mulai dari yang males belajar, jadi rajin karena ada semangat biar si 
dia tertarik. Ada juga yang jadi rajin sholat sunnah, bahkan sampai yang
 tadinya nggak pernah bangun malem, buat sholat tahajud, eh langsung 
bisa melek buat sholat tiap malem. Cuma karena satu hal, biar si dia 
terkagum-kagum karena kita cewek baik-baik. Rela berkorban duit, dan 
waktu buat mewujudkan apa yang dia suka, ada pada dirinya. Sesuai sih, 
sama istilah cinta yang katanya rela berkorban demi apa yang 
dicintainya.
Tapi, apa yang kayak gini bener, menurut Islam? Kan jatuhnya 
ngelakuin kebaikannya nggak ikhlas dong. cuma pengen dipandang sama 
pacarnya. Bukan karena pengen dapetin ridhonya Allah Ta’ala. Terus nih, 
kan cinta itu bagian dari keimanan. Kalo kamu beriman sama Allah, kamu 
emang beneran cinta sama Allah? Kok aturan-aturan dalam Quran dan Sunnah
 dilanggar, sih. Apanya yang dilanggar? Lha, itu kamu malah pacaran. Itu
 kan melanggar. Artinya, kalo kamu jatuh cinta alias fallin’ in love, 
tetep kudu tahu aturan, khususnya aturan dalam ajaran agama kita. Setuju
 ya? Harus!
Horror story
Sobat, Islam itu keren banget. Mengatur banyak aspek 
kehidupan, termasuk yang sedang kita obrolin sekarang. Apa? Tentang 
pergaulan cowok-cewek. Nah, itu dia. Soal cinta dan ekspresinya kudu 
sejalan dengan aturan Islam. Ekspresi dari rasa cinta itu, ada yang 
mengaitkannya dengan aktivitas pacaran, maka jadilah banyak remaja yang 
melakukan pacaran karena menganggap bagian dari ekspresi dari rasa 
cintanya kepada lawan jenis. Sayangnya, pacaran itu bagian dari 
mendekati zina. Ini mendekatinya saja dilarang, apalagi berzina. Iya, 
kan?
Allah Ta’ala berfirman, “Dan janganlah kamu mendekati zina. (Karena zina) itu sungguh adalah perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS al-Israa’ [17]: 32)
Tapi, kenapa banyak yang melarang dan ngejauh dari status ini 
(termasuk saya sendiri), karena di dalamnya itu loh, banyak banget 
kemungkinan mudharat yang bakal dialami atau bahkan sampai didapet.
Zaman sekarang ini, banyak terjadi ‘kecelakaan’ karena aktivitas 
dalam status pacaran. Kecelakaan gimana? Hmm.. kamu belum ngeh ya. 
Maksudnya karena pacarannya hot sampe berzina, bukan tak mungkin yang 
cewek akhirnya hamil di luar nikah. Kalo udah kayak gini, horor banget 
kan? Mau nikah eh masih sekolah, akhirnya tuh janin digugurkan daripada 
ketahuan sama orang lain jadi bikin malu (pembunuhan tuh!). Meski, ada 
juga sih ortu yang nekat nikahin anaknya karena udah ketahuan hamil 
setelah ‘digarap’ sama pacarnya. Kalo dinikahin sama yang menghamilinya 
sih, habis perkara walau tetap dapat dosa. Tetapi kalo dinikahin sama 
lelaki lain? Aduh, tambah runyam tuh urusan!
Belum lagi tekanan yang bakal didapet anaknya kelak. Dikatain ‘anak 
haramlah’ atau apalah itu, ya. Jangan nekat. Kalo kamu baca lagi surat 
al-Israa ayat 32 di al-Quran, mestinya bakalan hati-hati. Sayangnya, 
mereka yang pacaran kan bukan saja nggak baca al-Quran, tetapi mereka 
umumnya nggak ngerti ajaran Islam. Hidupnya ya cuma ngandelin hawa nafsu
 aja terhadap segala perbuatan yang disukainya. Bahaya banget!
Bagi cowoknya sih gampang, dia bisa kabur tanpa bawa jejak, bahwa dia
 udah ngehamilin anak orang. Kalaupun memang dia dijebak untuk ngelakuin
 itu, dia cukup taubatan nasuha, dan kalaupun dia menikah, nggak perlu diungkit-ungkit bahwa dia pernah melakukan zina. Dan masalah, clear.
Sedangkan, kalo si cewek. Nah, ini dia masalahnya. Ok, kalo misalnya 
dia nggak hamil, masalah bisa dengan gampang ditutupi. Tapi, kalo hamil?
 Perut makin lama, makin membesar, dan bakal terjadi fitnah di 
mana-mana. Kalaupun digugurkan, nggak bisa dijamin si bayi aja yang 
bakal meninggal. Kalo si janin dan cewek ini yang meninggal? Wassalam, deh. Nggak ada 
kesempatan buat taubat, and finally, dia bakal tanggung hukumannya di akhirat, yang mana bakal jauh lebih pedih daripada hukuman cambuk di dunia.
One direction for love
Sobat. Cinta or suka sama lawan jenis sih, it’s okay wae.
 Tapi, menjadikan cinta itu sebagai sesembahan, yang buat kamu sampai 
bertekuk lutut, rela ngabisin waktu belajar kamu, waktu istirahat kamu, 
apalagi tugas kamu buat berbakti sama ortumu di rumah, sampe dilalaikan,
 itu yang nggak boleh. Sama sekali.
Jatuh cinta, dari segi jatuh cinta itu sendiri bukan aib atau dosa, 
kok. Jatuh cinta itu hal yang manusiawi dan menjadi naluri yang ada 
secara alamiah buat setiap manusia normal. Nabi, orang suci, orang 
shalih, dan ulama ngalamin jatuh cinta sama lawan jenis sebagaimana 
manusia pada umumnya.
Kamu perlu tahu penjelasannya. Dalam sebuah riwayat disampaikan bahwa, “Dari
 Ibnu Abbas bahwasanya suami Bariroh adalah seorang budak.  Namanya 
Mughits. (setelah keduanya bercerai) Sepertinya aku melihat ia selalu 
menguntit di belakang Bariroh seraya menangis hingga air matanya 
membasahi jenggot. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: 
“Wahai Abbas, tidakkah kamu ta’ajub akan kecintaan Mughits terhadap 
Bariroh dan kebencian Bariroh terhadap Mughits?” Akhirnya Nabi 
shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda: “andai saja kamu mau 
meruju’nya kembali (menikah dengannya).” Bariroh bertanya, “Wahai 
Rasulullah, apakah engkau  menyuruhku?” beliau menjawab, “Aku hanya 
menyarankan.” Akhirnya Bariroh pun berkata, “Sesungguhnya aku tak butuh 
sedikit pun padanya.” (HR Bukhari)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam sendiri bahkan 
mengajarkan kepada kita bahwa menikah adalah obat yang paling mujarab 
bagi dua insan yang saling mencintai. Ibnu Majah meriwayatkan; Dari 
Ibnu Abbas ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam 
bersabda: “Kami belum pernah melihat (obat yang mujarab bagi ) dua orang
 yang saling mencintai sebagaimana sebuah pernikahan.” (HR Ibnu Majah)
Nash-Nash inilah, dan yang semakna dengannya menunjukkan bahwa 
menikah adalah solusi syar’i bagi mereka yang jatuh cinta. Tetapi buat 
kamu yang kini masih sekolah dan emang belum siap, ya jangan coba-coba. 
Tetapi pacaran pun tetap nggak boleh. Nah!
Inilah cara yang lebih tegas, syar’i, solutif, dan terhormat. Jangan 
berpikiran bahwa seorang muslimah yang menawarkan diri untuk dinilkahi, 
adalah perbuatan tercela atau rendah, ya Sis. Justru wanita yang 
menawarkan dirinya sama seorang lelaki adalah wanita yang ngerti solusi 
syar’i terhadap problemnya, tegas ngambil keputusan, terhormat karena 
tahu cara menjaga kehormatannya dengan ikatan pernikahan yang suci, dan 
mulia karena tahu kepada siapa dia harus mempersembahkan bakti.
Khadijah contohnya. Wanita mulia yang tahu persis kepada siapa beliau
 mempersembahkan bakti, dan siapa yang pantas jadi imamnya dalam rumah 
tangga. Dengan ketegasan sikap beliaulah, maka Khadijah bisa bersanding 
dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Justru sikap yang 
menjauhi ketakwaan jika seorang wanita mencintai seorang lelaki, lalu 
perasaan tersebut dipendamnya seraya mengotori hatinya dengan 
angan-angan tercela. Karena sesungguhnya angan-angan hati ada yang 
terkategori dosa, loh.
Sebagaimana yang dinyatakan dalam hadis dibawah ini; Dari Ibnu 
Abbas dia berkata; ‘Saya tidak mengetahui  sesuatu yang paling dekat 
dengan makna Lamam (dosa dosa kecil) selain dari apa yang telah 
dikatakan oleh Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam: 
“Sesungguhnya Allah `Azza Wa Jalla telah menetapkan pada setiap anak 
cucu Adam bagiannya dari perbuatan zina yang pasti terjadi dan tidak 
mungkin dihindari. Maka zinanya mata adalah melihat, zinanya lisan 
adalah ucapan, sedangkan zinanya hati adalah  berangan-angan dan 
berhasrat, namun kemaluanlah yang (menjadi penentu untuk) membenarkan 
hal itu atau mendustakannya.” (HR Muslim)
Nah, namun balik lagi kepada nilai aulawiyat’, bahwa cinta pada lawan
 jenis itu baiknya nggak melebihi cinta pada manusia terbaik sepanjang 
masa, yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Tidaklah 
(sempurna) iman salah seorang di antara kalian sehingga aku lebih 
dicintainya daripada orangtuanya, anaknya dan segenap umat manusia.” (HR Bukhari, Muslim, an-Nasa’i, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Sekarang, pertanyaan adalah, “Siapakah di antara mereka (Rasulullah 
dan manusia lainnya) yang lebih sering terlintas di pikiran?”Jawabannya 
adalah yang ‘paling dicintai’. Kalo kamu siapa? Perbaiki diri, jangan 
tergoda hawa nafsu, jangan nodai cintamu dengan berbuat maksiat bernama 
pacaran. Catet ya! [Nisa | Twitter @nissaniza98]sumber
Cat. Admin : terjadi pengurangan redaksi dan penambahan foto tanpa mengurangi maksud yang di sampaikan. ( Yahya Ayyasy )
 
 
 
 
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..