Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!
Ada pesan khusus dari Khalifah Umar bin Khattab kepada panglima Abu
Musa al Asy’Ari saat ditugaskan mengejar Hurmuzan dan pasukannya, “Sertakan penunggang kuda bernama Majza’ah bin ats Tsaur as Sadusi dalam pasukanmu.”
Siapakah mujahid yang bernama Majza’ah ini? Sampai-sampai Khalifah
harus menyebut namanya secara khusus agar diikut sertakan dalam satuan
pasukan?
Mari kita simak kisah shahabat yang satu ini.
Pasukan Abu Musa dari Kufah bergabung dengan pasukan dari Bashrah
lalu bertolak menuju Ahwaz, salah satu daerah kekuasaan Persia. Selain
pengejaran, target lain pasukan Islam kali ini adalah menaklukkan kota
Tustar, tempat di mana Hurmuzan bersembunyi. Tustar adalah salah satu
permata terindah yang dimiliki Persia. Dibangun dengan sangat cerdas di
atas sebuah dataran tinggi yang memiliki sungai besar bernama Dujail,
berikut waduk yang dibangun oleh Raja Sabur. Tak hanya megah, Tustar
juga dikelililingi benteng yang menurut ahli sejarah adalah benteng
terkuat yang pernah ada. Benteng menjulang itu semakin sulit ditembus
dengan adanya parit yang mengelililinginya dari ujung ke ujung serta
dijaga prajurit-prajurit terkuat.
Dan benarlah, setelah sampai di sana dan melakukan pengepungan,
sampai 11 bulan pasukan Islam tak sedikitpun mampu mendekat. Hari demi
hari hanya dilalui dengan perang tanding sebelum akhirnya terjadi
peperangan yang tak terlalu berdampak. Nah, di sinilah Majza’ah mulai
menunjukkan jati dirinya. Kapan? Saat perang tanding. Bayangkan, ada 100
pertandingan yang berhasil dimenangkan singa Islam yang satu ini.
Artinya, ada 100 jagoan dari Persia yang tak hanya K.O. tapi tewas di
ujung pedangnya. Luar biasa ! Setelah itu, barulah Abu Musa dan para
pasukan mengerti, mengapa Khalifah sedikit memaksa agar Majza’ah
diikutkan dalam barisan.
Setelah 11 bulan yang melelahkan itu, pasukan musuh malah mundur dan
masuk ke gerbang lalu menutupnya. Dan itulah awal penderitaan yang lebih
mengerikan yang harus dihadapi pasukan kaum muslimin. Kini musuh
mengandalkan sniper-sniper mereka untuk menembaki pasukan Islam dari
atas benteng. Mereka juga melemparkan sejenis rantai dengan kait-kait
tajam pada ujungnya. Siapapun yang berani mendekat, kait-kait itu akan
merobek dan mencincang dagingnya.
Saat itu, pasukan Islam hanya bisa berharap bantuan dari Allah. Di
saat yang genting dan memancing keputusasaan itu, tiba-tiba Abu Musa
mendapatkan surat yang dikirim dengan anak panah yang dilempar oleh
seseorang dari atas benteng musuh. Isinya, si pelempar bisa menunjukkan
celah agar kaum muslimin bisa menembus benteng dan masuk ke kota.
Syaratnya, ia dan keluarganya diberi jaminan keamanan. Abu Musa pun
menyetujuinya dengan membalasnya melalui anak panah. Lelaki itupun turun
dengan diam-diam lalu menjelaskan mengapa ia ‘berkhianat’. Ternyata,
Hurmuzan telah membunuh kakak sulungnya, merampas harta dan keluarganya.
Karenananya, ia ingin agar pasukan Abu Musa membalaskan dendamnya. Satu
pelajaran, kezhaliman kita berpotensi mengubah teman menjadi lawan.
Setelah disepakati, ia meminta satu orang pasukan Islam yang benar-benar pandai berenang untuk membuka celah itu.
Abu Musa memanggil Majza’ah dan meminta satu orang dari kaumnya yang
pandai berenang untuk ikut bersama orang asing tersebut. Ternyata,
Majza’ah tidak menunjuk orang lain, dia katakan, dia pandai berenang dan
siap melaksanakan tugas tersebut. Abu Musa pun menyetujuinya dan
memerintahkan agar Majza’ah fokus pada misi untuk mencari celah dan
tidak melakukan hal lain.
Orang asing itupun membawa Majza’ah menuju satu lorong yang
menghubungkan antara sungai dengan pusat kota. Lorong berair itu kadang
lebar sehingga ia bisa berjalan, kadang pula sempit hingga harus
berenang dan menyelam. Akhirnya ia bisa sampai di pusat kota, tempat di
mana Hurmuzan tinggal. Bahkan dalam penyusupan itu, ia sempat melihat
Hurmuzan dan berniat membunuhnya, tapi ia urungkan karena teringat pesan
Abu Musa.
Misi sukses. Hari berikutnya, Abu Musa memilih 300 tentara terkuat
agar menerobos bersama Majza’ah. Majza’ah berpesan pada pasukan perintis
itu agar mereka tidak membawa apapun selain pedang. Bahkan pakaian pun
tidak boleh yang berkain tebal agar tidak memberatkan.
Bersamaan dengan itu pasukan Abu Musa juga berangkat menuju gerbang
yang direncanakan bakal dibuka dari dalam oleh 300 pasukan. Di sinilah
kekuataan Majza’ah kembali tampak. Dari 300 pasukan itu, 220 orang gugur
saat melewati lorong bawah tanah yang ganas itu. 80 sisanya, termasuk
Majza’ah, berhasil mencapai ujung lalu serempak berhamburan menuju
gerbang sembari bertakbir. Takbir mereka disambut takbir oleh pasukan
Abu Musa yang telah menunggu dan hendak merangsek ke dalam. Perang pun
mendadak pecah dengan dahsyatnya. Gerbang dibuka dan pasukan Islam
menyerbu ke dalam.
Dari kejauhan, Majza’ah melihat Hurmuzan. Dengan penuh keberanian, ia
mendekat dan langsung berduel dengannya. Akan tetapi, perjuangannya
menempuh lorong telah menyedot kekuatannya. Ia berhasil melukai
Hurmuzan, tetapi sabetan Hurmuzan lebih dalam dan membuatnya jatuh ke
tanah. Tubuh pendekar hebat itu tersungkur dan menjemput
keberuntungannya sebagai syahid.
Lalu, perang pun berakhir, dan Hurmuzan berhasil ditawan. Pasukan
Islam pulang membawa berita gembira atas kemenangan mereka, juga sebuah
berita takziyah atas meninggalnya pahlawan Islam sejati, Majza’ah bin
ats Tsaur as Sadusi.
Bagi kaum muslimin, gugurnya Majza’ah adalah berita yang sangat
mengharukan dan membuat mereka kehilangan. Tapi bagi Majza’ah sendiri,
insya’Allah, adalah sebuah happy ending dari kisah hidupnya
yang penuh heroisme itu. Tidak masalah meski Hurmuzan tidak tewas di
tangannya. Di akhirat kelak, yang akan melambungkan namanya bukanlah
nama musuh yang dibunuhnya, tapi besarnya perngorbanan yang telah
diberikan untuk menegakkan dien-Nya. Allahu Akbar ! *sumber
Diambil dari Shuwarun min Hayatish Shahabah karya DR. Abdurrahman Ra’fat Basya.
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..