"Gratisan ya..."
"Murahin dong..sama temen sendiri ini"
"Diskon maksimal ya.."
"Harga teman lah..."
adalah beberapa ekspresi yang teramat sering kita ungkapkan ketika kita hendak membeli suatu barang kepada teman kita. Dengan cukup 'sadis' kita memaksa dan memelas agar dia banting harga untuk kita. Bahkan kasarannya, kalau bisa nggak usah ambil untung.
Tawar menawar dalam berniaga sah-sah saja dilakukan antara penjual dan pembeli. Tetapi, sering kali kita teramat sadis kepada saudara sendiri dengan memintanya menjual barang pada kita dengan harga semurah mungkin sampai tak memberinya ruang untuk mengambil keuntungan meski sedikit.
Dalam hal ini, sejatinya perlu sama-sama "peka" dengan hajat satu sama lain tanpa harus mengesampingkan hak ukhuwah yg harus ditunaikan. Si penjual tentu berhajat untung, sementara si pembeli juga berhajat memperoleh barang dengan harga yang murah.
Ya. Dalam kegiatan jual beli, bersegera memenuhi hak saudaranya adalah yang utama. Maka, memberikan diskon "menarik" atau "khusus" kepada sahabat adalah keringanan yg bisa dilakukan oleh kita sebagai fihak penjual, sementara menawar dengan harga yang "manusiawi" termasuk memberikan "bonus keuntungan" kepada penjual adalah kebaikan yang semestinya bisa ditunaikan oleh kita sebagai pembeli dalam berukhuwah dengan saudara/i kita. Bukannya kebalik.
Bukankah adalah kebahagiaan bagi kita jika sebagai penjual kita bisa memberikan harga terbaik bagi saudara kita hingga ia begitu senang berniaga dgn kita? Semoga dalam keringanan harga dari kita mengalir bulir-bulir pahala.. Dan bukankah adalah kebagaiaan bagi kita jika sebagai pembeli, kita justru bisa memberikan bonus keuntungan kepada saudara/i kita sehingga kita bisa membantu usahanya tetap jalan dan ekonomi keluarga kecilnya tegak? Semoga mengalir bulir-bulir pahala dalam keikhlasan kita memberi lebih...
Dalam berukuwah pun, kita perlu "profesional", bukan?
-Iva Wulandari-
"Murahin dong..sama temen sendiri ini"
"Diskon maksimal ya.."
"Harga teman lah..."
adalah beberapa ekspresi yang teramat sering kita ungkapkan ketika kita hendak membeli suatu barang kepada teman kita. Dengan cukup 'sadis' kita memaksa dan memelas agar dia banting harga untuk kita. Bahkan kasarannya, kalau bisa nggak usah ambil untung.
Tawar menawar dalam berniaga sah-sah saja dilakukan antara penjual dan pembeli. Tetapi, sering kali kita teramat sadis kepada saudara sendiri dengan memintanya menjual barang pada kita dengan harga semurah mungkin sampai tak memberinya ruang untuk mengambil keuntungan meski sedikit.
Dalam hal ini, sejatinya perlu sama-sama "peka" dengan hajat satu sama lain tanpa harus mengesampingkan hak ukhuwah yg harus ditunaikan. Si penjual tentu berhajat untung, sementara si pembeli juga berhajat memperoleh barang dengan harga yang murah.
Ya. Dalam kegiatan jual beli, bersegera memenuhi hak saudaranya adalah yang utama. Maka, memberikan diskon "menarik" atau "khusus" kepada sahabat adalah keringanan yg bisa dilakukan oleh kita sebagai fihak penjual, sementara menawar dengan harga yang "manusiawi" termasuk memberikan "bonus keuntungan" kepada penjual adalah kebaikan yang semestinya bisa ditunaikan oleh kita sebagai pembeli dalam berukhuwah dengan saudara/i kita. Bukannya kebalik.
Bukankah adalah kebahagiaan bagi kita jika sebagai penjual kita bisa memberikan harga terbaik bagi saudara kita hingga ia begitu senang berniaga dgn kita? Semoga dalam keringanan harga dari kita mengalir bulir-bulir pahala.. Dan bukankah adalah kebagaiaan bagi kita jika sebagai pembeli, kita justru bisa memberikan bonus keuntungan kepada saudara/i kita sehingga kita bisa membantu usahanya tetap jalan dan ekonomi keluarga kecilnya tegak? Semoga mengalir bulir-bulir pahala dalam keikhlasan kita memberi lebih...
Dalam berukuwah pun, kita perlu "profesional", bukan?
-Iva Wulandari-
sumber klik
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..