ilustrasi gambar
|
Tarbiyah
saat ini telah menjadi sebuah fenomena tersendiri di bumi khatulistiwa
ini. Terbukti dengan maraknya kajian keislaman yang diadakan hamper di
seluruh tempat terutama di lingkungan yang isinya orang-orang yang
‘makan bangku’ pendidikan.
Di
tengah kehidupan yang serba hedonisme dan cenderung bergaya ‘westlife’
ini kehadiran Tarbiyah bagaikan setetes embun di tengah kering dan
gersangnya hidup. Apalagi invasi pemikiran yang dilancarkan oleh
musuh-musuh Islam lewat berbagai cara telah berhasil dan sangat mewarnai
kehidupan bangsa kita yang mayoritas adalah muslim. Karenanya sebagai
khairu ummah kita harus melawannya dengan cara yang sama. Seluruh
potensi yang kita miliki harus dioptimalkan. Dan pondasi awal untuk bisa
mengoptimalkan potensi Al-Insaan yang ada dalam diri kita adalah
Tarbiyah.
Pentingnya Tarbiyah
Tarbiyah
sangat penting sebagai imunitas dalam menghadapi serangan musuh, selain
sebagai sarana penguat aqidah. Karena Tarbiyah adalah sebuah sarana
untuk membentuk pribadi dambaan ummat hingga mampu membentuk komunitas
Islami menuju terwujudnya kembali sebuah peradaban ideal.
Tarbiyah
yang merupakan sebuah kemestian, keharusan bagi pada da’I Islam
memiliki karakteristik tersendiri yang menjadikannya ‘begitu indah’. Rabbaniyah, sebagaimana karakter Islam itu sendiri, Tarbiyah pun bersumber dan bertujuan hanya kepada Allah. Lalu tadaruj
atau bertahap. Dakwah adalah sebuah proses dan tahapan, sehingga
Tarbiyah pun dilakukan dan berjalan secara bertahap, step by step,
sehingga tidak memberatkan dan memaksakan meski juga tidak ringan.
Selain itu dalam Tarbiyah juga berlaku tawazun alias seimbang . Artinya menempatkan segala sesuatu pada haknya. Dan
juga syaamil atau universal, menyentuh seluruh lini dan sisi kehidupan.
Karena Tarbiyah sebagai pondasi dakwah Islam yang rahmatan lil ‘alamiin
–‘memanusiakan’ manusia. Terakhir dalam tarbiyah tidak mengenal kata
cukup atau berhenti, ia berkesinambungan (istimror) sepanjang hidup.
Atau yang disebut life education alias Tarbiyah madal hayah
Proses Tarbiyah
Tarbiyah dalam prosesnya dapat dilakukan minimal dengan tiga pendekatan; idealis, taktis, dan operacional.
Pendekatan idealis adalah jalan bagi pada da’i Islam, tidak ada jalan lain karena jalannya adalah jalan tarbawi yang memiliki tiga karakter mendasar.
Pertama,
sulit tapi hasilnya berkualitas.Proses tarbiyah ibarat menanam pohon
jati, senantiasa harus dijaga dan diperlihara sehingga akarnya tetap
kuat dan tidak goyah diterpa badai dan angin kencangn. Karenanya jalan
Tarbawi merupakan proses pembentukan pribadi dambaan.
Kedua,
proses yang panjang tapi terjaga kemurniannya. Dakwah adalah jalan
panjang yang tidak hanya dilalui oleh satu generasi. Akan tetapi, meski
terkadang untuk mencapai target dan sasaran tertentu harus melalui
sekian banyak generasi, Asholah-nya tetap terjaga dan hammasah
tetap terpelihara. Tarbiyah membentuk pribadi telah yang teruji dengan
panjangnya mata rantai perjalanan dakwah serta pribadi yang tak kekang
karena panas dan tak lapuk karena hujan.
Ketiga, lambat
tapi hasilnya terjamin. Dakwah ibarat kompetisi dan bukan perlombaan,
untuk itu diperlukan kesabaran dan keuletan dengan ’staying power untuk
mencapai target dan sasaran dengan kualitas terjamin. Kompetisi memang
terlihat lama dan lambat, akan tetapi potensi dan tenaga terdistribusi
secara kolektif dan perpaduan kerjasama terarah secara baik untuk
memberikan sebuah jaminan kesuksesan di akhir kompetisi. Watak
perjalanan dakwah yang lamabat harus dilihat dari proses dan
tahapannya, bukan dari perangai para pelakunya (okum da’i), karena
perangai yang lambar adalah sebuah kelalaian. Dan salah satu jaminan
dari proses tarbiyah adalah lahirnya kepribadian yang integral, tidak
mendua, dan tidak terbelah, yang akan tampak sejauh mana keterjaminannya
bila dihadapkan oleh situasi dan kondisi yang menguji integritas
kepribadiannya.
Setelah
ketiga faktor idealis di atas terelisasi dengan baik, maka langkah
berikutnya adalah memetaka langkah-langkah taktis, untuk menyeimbangkan
luasnya medan dakwah dengan jumlah kader serta menyelaraskan dukungan
massa dengan potensi Tarbiyah.
Terakhir
adalah langkah strategis, dan dalam hal ini yang paling penting dalam
sebuah perjalanan dakwah adalah fokus untuk menyusun barisan kader serta
untuk menghindari terjadinya ”lost generation”, perlu dirumuskan
strategi untuk membina kader-kader baru.
Penutup
Saat
terjadi gelombang pemurtadan yang luar biasa di masa Abu Bakar RA., di
sepertiga jazirah Arab yang selamat kader dakwah di wilayah itu dijaga
dan dipelihara. Lalu pembinaan terhadap kader-kader baru yang kebanyakan
adalah tawanan perang Riddah terus dijalankan hingga masa Umar bin
Khattab RA. Pada saat perang Qadisiyah, kader-kader baru yang dibina
mayoritas berada di garis terdepan bahkan tak jarang di antara mereka
kemudian terkenal sebagai panglima dan komandan pasukan Islam. Dan
itulah hasil Tarbiyah (QS. Ali Imran:146). rabbani79.blogspot.com
sumber: majalah Al Izzah September 2002
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..