gambar google |
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar)
mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni
dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ( Q.S Ali Imran
3:31)”
Imam Ghazali mengibaratkan perjalanan kehidupan manusia di dunia ini
layaknya musafir. Sesungguhnya sebagai seorang musafir, tentulah
kehidupannya tidaklah kekal. Dia berjalan menuju sebuah tempat, dan
dimana tempat itu adalah akhirat. Sedangkan waktu yang diperlukan dan
digunakan relatif singkat. Akhirat itulah kehidupan yang sesungguhnya,
karena tidak ada batas dan akhirnya. Maka, menurut Imam Ghazali manusia
itu sungguhlah beruntung karena ia mampu menempatkan kehidupan akhirat
melebihi prioritas kehidupan di dunia layaknya musafir itu.
Sesungguhnya mengenal kehidupan akhirat menjadikan manusia cinta
beramal shaleh dan berbuat kebajikan sesamanya serta tumbuh rasa cinta
yang mendalam kepada Rabb-Nya, Allah swt. Dalam mengarungi kehidupan,
Imam Ghazali tidak menggunakan kata atau rasa “takut”. Tetapi, lebih
pada cinta kepada Allah. Rasa takut membuat seseorang menjauh. Tetapi,
rasa cinta membuat seseorang merasa selalu ingin dekat dengan Rabb-Nya.
Kita akan memahami, bahwa manusia yang tekun beribadah berarti berkobar
rasa cintanya kepada sang pencipta , Allah swt. Semakin manusia
mencintai Rabb-Nya, semakin ingin ia dekat dan bertemu dengan Rabb-Nya.
Dan, demikian juga sebaliknya.
Jelaslah, kenapa menghadirkan cinta itu penting dalam berislam dan beriman.
Sesungguhnya, cinta selalu identik dengan perngorbanan. Dan, Cinta
selalu berdampingan mesra dengan pilihan. Kehidupan dan cinta selalu
menghadirkan pilihan yang membingungkan, seperti halnya kita memilih
untuk taqwa dan ingkar kepada Allah swt. Tentunya dalam menentukan
pilihan akan ada pengorbanan yang mesti kita lakukan. Sejatinya,
pengorbanan adalah harga yang harus kita bayar.
Kita tidak akan lupa bagaiman rasa cinta yang menghiasi keimanan para
generasi sahabat. Bagaimana pergobanan cinta yang harus mereka bayar
karena telah berimana kepada Allah, mengikuti ajaran yang telah di bawah
oleh Baginda Rasulullah saw. Bagaimana seperti sejatinya pergorbanan
Mush’ab bin Umair yang pada masa remajanya yang paling diidamkan oleh
umumnya remaja yang hidup di masanya. Hidup berlimpah kekayaan, tampan,
cerdas dimanjakan orangtua, diingin dan diidamkan oleh banyak perempuan
serta dihargai oleh masyarakat di lingkungannya karena berasal dari
keluarga terpandang dan banyak memberikan solusi dalam majelis-majelis.
Beberapa waktu setelah Mush’ab masuk Islam, dan pada satu kesempatan
hadir dalam majelis Rasulullah saw bersama sahabat-sahabatnya, mereka
menundukan dan memejamkan mata. Sebagian menangis haru melihat
penampilan Mush’ab yang memakai jubah usang yang bertambal-tambal.
Rasanya belum lama berselang ketika mereka melihat Mush’ab yang bagaikan
bunga di taman, begitu cemerlang memikat dan menebarkan aroma
wewangian di sekitarnya. Tetapi, justru inilah yang memunculkan pujian
Rasulullah saw atas dirinya, Rasulullah saw bersabda “ dahulu aku
melihat Mush’ab ini tak ada yang mengimbanginya dalam memperoleh
kesenangan dari orangtuanya. Tetapi, semua itu ia tinggalkan karena
cintanya pada Allah dan Rasul-Nya”.
Sungguh, begitu luar biasa pengorbanan atas cinta yang telah di
lakukan Mush’ab bin Umair ra. Seandainya saja beliau memilih untuk hidup
senang dan berada dalam keadaan yang berkelimpangan kemewahan tentu
saja bisa ia dapatkan. Namun, semuanya ia korbankan karena lebih memilih
kesenangan akhirat. Ia memilih atas dasar cinta kepada Allah dan
Rasul-Nya. Salah satu contoh kisah indah akan pengorbanan cinta yang
demikian indahnya.
Dan begitu banyaknya kisah pengorbanan atas dasar cinta dalam menuai keimanan kepada Allah.
Semoga kita termaksud menjadi hamba-hamba Allah yang senang memilih jalan pertemuan menuju Jannah-Nya. Amin.
“……Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka
janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam (Q.S Al Baqarah
2:132)”
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..