Ada 5 strategi yang digunakan oleh AKP yakni: strategi vernacular
 politik; strategi merangkul oposisi berupa kubu sekuler dan militer; 
strategi mengurangi dominasi militer dan menguatkan hegemoni sipil 
melalui pemenuhan syarat menjadi anggota Uni-Eropa; strategi pemilihan 
isu-isu kampanye yang lebih dibutuhkan rakyat misalnya dari pada 
mengedepankan isu moral mereka lebih memilih mengangkat isu mengurangi 
tingkat pengangguran; dan strategi pendanaan.
Namun kemudian setelah observasi lapangan ada 3 strategi lagi yang 
digunakan oleh AKP  yang tak kalah pentingnya yakni: strategi media; 
strategi menjual rekam jejak keberhasilan; dan strategi menjual mimpi 
atau gagasan besar. Strategi media di AKP dirancang dengan matang karena
 walaupun partai berkuasa, tidak bisa mengharapkan media massa di Turki 
mau mendukung pemerintah. Oleh karena itu mereka mengandalkan 
pemanfaatan media secara komersial yakni memakai iklan TV secara masif 
dan terus menerus sehingga mengurangi anggaran untuk pembuatan banner, poster, spanduk ataupun campaign kits lainnya seperti merchandise.
Strategi berikutnya adalah menjual rekam jejak keberhasilan AKP 
maupun pemimpinnya yang dikemas secara apik juga memanfaatkan berbagai 
media yang ada. Salah satu ungkapan kampanye AKP yang khas adalah: Nereden-Nereye
 (Dulu-Sekarang atau Dari mana- Mau kemana). Akhirnya, strategi yang 
paling visioner adalah strategi menjual gagasan besar atau mimpi besar 
menjadikan Turki sebagai bangsa besar di 2023 yakni pada saat Republik 
Turki berusia 100 tahun.
Berdasarkan observasi dan benchmarking terhadap AKP tersebut maka 
saya mengajukan beberapa rekomendasi terhadap PKS jika ingin meniru 
keberhasilan AKP.
Rekomendasi bagi PKS Terkait Faktor-faktor  Internal Partai
- Faktor Ideologi.
Oleh karena perbedaan cara pandang ideologis relatif telah 
terselesaikan, maka sebaiknya PKS lebih fokus pada penguatan aspek 
ideologi dalam artian lebih ke arah aplikasi ideologi Islam dengan 
berjuang untuk merealisasikan keadilan dan kesejahteraan untuk rakyat 
dan bukan sibuk mewacanakan atau mendiskusikan ideologi lagi.
- Faktor organisasi.
Walaupun PKS tidak seperti AKP yang memiliki 2 sayap organisasi yakni Woman Branch dan Youth Branch
 yang independen, sebaiknya PKS menajamkan fungsi elemen perempuan dan 
pemuda untuk melakukan ekspansi dan tugas rekrutmen. Kemudian untuk 
memperluas aksi pelayanan ke masyarakat serta sekaligus menjadi wadah 
bagi para anggota dan simpatisan PKS untuk berkiprah, PKS seyogyanya 
juga meniru AKP dengan memiliki beberapa lembaga yang profesional. Namun
 yang urgen keberadaannya adalah bagaimana menjadikan Badan Humas di DPP
 PKS saat ini menjadi lembaga Humas yang profesional melayani konstituen
  secara penuh atau 24 jam non-stop. Lembaga Humas ini juga menjadi PKS Communication Center yang merupakan saluran resmi melalui telepon, sms, yang direspon dengan cepat melalui petugas yang secara bergiliran stand-by di kantor selama 24 jam dan harus ada di 33 Provinsi di seluruh Indonesia untuk menampung aspirasi rakyat.
- Faktor Basis Massa.
PKS perlu memperluas basis utamanya dari kalangan menengah terdidik  hingga sampai berakar hingga ke grass root. PKS
 juga harus mulai dapat membidik pemilih nasionalis yang kecewa pada 
partai penguasa: Demokrat agar beralih ke PKS dan bukan ke partai Golkar
 atau PDIP. Oleh karena itu PKS harus lebih bersikap inklusif dan 
menerima keragaman orang yang ingin mendukung atau bergabung dengan PKS.
- Faktor Sistem Rekrutmen dan Kaderisasi.
Untuk dapat memperoleh keberhasilan di Pemilu dibutuhkan jumlah SDM 
yang memadai, oleh karena itu PKS harus lebih agresif dan inovatif dalam
 membuka peluang-peluang rekrutmen. Di PKS sistem rekrutmen yang ada 
saat ini lebih menekankan aspek kualitas kader, tentu saja hal itu baik 
bila untuk memperkuat barisan kader inti yang ideologis. Namun bila 
hanya mengandalkan cara seperti itu maka tidak akan bisa bersifat masif 
dan malah cenderung stagnan  karena sangat terbatas. Oleh karena itu PKS
 perlu lebih terbuka dalam rekrutmen dan dapat menggunakan metode 
klasifikasi: pengurus atau aktivis, anggota dan relawan yang 
masing-masing memiliki standar penilaian yang berbeda dan juga memiliki 
wadah berkiprah yang berbeda-beda pula.
- Faktor Kepemimpinan.
Seyogyanya PKS menyiapkan secara serius proses kaderisasi 
kepemimpinan karena walaupun PKS mengutamakan faktor kader, kekuatan 
sistem dan organisasinya,  secara realistis di tengah masyarakat 
Indonesia yang masih bersifat patron-client tetap harus ada 
figur pemimpin yang akan menjadi icon PKS untuk  dikenal oleh rakyat.  
Di PKS hendaknya dilakukan sosialisasi perubahan paradigma dari sikap 
yang sangat anti figuritas dan mengedepankan collective leadership menjadi lebih wajar  menerima bahwa harus ada tokoh PKS yang akan dijual  ke publik.
- Faktor Strategi.
Strategi permanent campaign melalui vernacular politic
 (politik lokal) sebenarnya sudah mulai dilaksanakan pula di PKS dengan 
slogan ’Peduli’, namun yang masih kurang adalah kontinuitasnya sehingga 
ada ungkapan PKS kurang mengakar ke grass root. Oleh karena PKS harus lebih memantapkan strategi permanent campaign melalui
 strategi lokalnya. Para kader harus lebih turun secara terus menerus 
sehingga berakar di masyarakat dan kader-kader yang menjadi Kepala 
daerah tidak boleh memiliki keengganan untuk menghubungkan 
kredibilitasnya dengan pencitraan partainya termasuk untuk memberikan 
akses pada para kadernya. Demikian pula dengan para kader yang ada di 
LSM sosial, hendaknya mereka lebih memberikan alokasi bantuan kepada 
para kader dan simpatisan PKS.
Rekomendasi selanjutnya adalah terkait strategi pemilihan isu utama yang akan menjadi trade mark atau brand
 PKS sebaiknya yang lebih realistis, mendasar dan benar-benar dibutuhkan
 rakyat. Sebagai contoh misalnya kota Depok yang dipimpin oleh kader PKS
 seharusnya jangan mengedepankan isu yang tidak membumi yakni cyber city sementara
 persoalan pengelolaan sampah dan kemacetan di kota Depok belum selesai 
sampai saat ini, sehingga terkesan melompat, tidak membumi dan tidak 
fokus dalam penyelesaian masalah di kota Depok.
PKS masih sering diidentikkan dengan partai Islam fundamentalis oleh 
karena itu strategi berikutnya yang direkomendasikan bagi PKS adalah 
merangkul milter dan kelompok-kelompok nasionalis sekuler dan 
sebagaimana sudah dipelopori oleh ketua Majelis Syura dengan sering 
bertemu dengan para jenderal dan pensiunan jenderal baik TNI maupun 
Polri untuk meyakinkan militer bahwa PKS tidak berbahaya bagi NKRI dan 
juga memperjuangkan kesejahteraan bagi rakyat.
Berikutnya rekomendasi terkait strategi pendanaan. Di PKS strategi vernacular  politik
 yang masih jauh dari optimal dalam aplikasinya berdampak pada strategi 
pendanaan. Oleh karena itu Bidang Pembangunan Ekonomi harus membuat pola
 dan sistem pengkaderan para pengusaha melalu pelatihan dan praktek enterpreneurship
 di PKS agar muncul semakin banyak kader pengusaha yang bisa menjadi 
operator-operator langsung dari proyek-proyek asalkan memenuhi prosedur.
 Rekomendasi berikutnya adalah agar Bidang Pembangunan Ekonomi segera 
membentuk wadah asosiasi pengusaha PKS agar dapat saling membina dan 
bersinergi.
Oleh karena itu strategi media, atau strategi pendanaan yang memadai 
untuk kampanye melalui media harus diupayakan oleh PKS, demikian pula 
strategi menjual rekam jejak keberhasilan walaupun belum terlalu banyak 
yang bisa dijual tetap harus ada upaya merekam kondisi awal sebelum 
seorang kader PKS memimpin dan setelah kader PKS memimpin dengan 
data-data yang akurat serta bukan hanya klaim. Akhirnya strategi menjual
 mimpi juga sesuatu yang perlu dipikirkan oleh PKS, wajah Indonesia 
seperti apa yang ingin diwujudkannya dalam rentang waktu puluhan tahun 
yang harus dijabarkan secara jelas dan kongkrit.
- Perubahan Paradigma.
Terakhir, yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa untuk merubah 
sistem organisasi, kaderisasi hingga ke sistem kepartaian dan Pemilu, 
harus dimulai dari perubahan paradigma, cara pandang, mental model, 
sikap dan  behavior kader-kader serta perubahan kultur 
organisasinya, oleh karena itu untuk bisa mengubahnya diperlukan 
sosialisasi dan penerapan lima prinsip  dalam berpartai yakni:
- Personal mastery, prinsip yang harus dimiliki setiap kader partai yakni untuk berusaha terus menerus memperjelas dan memperdalam visi pribadinya, lebih fokus, sabar dan obyektif dalam melihat realitas.
- Mental models adalah asumsi, generalisasi atau bahkan gambaran imaji yang sangat dalam tertanam di dalam diri kader dan mempengaruhi caranya memahami dunia dan caranya bertindak menyikapi.
- Building shared vision adalah bagaimana menggali visi masa depan bersama yang didorong oleh komitmen yang tulus dan bukan sekedar kepatuhan belaka
- Team learning atau tim belajar atau tim diskusi yang dimulai dengan sebuah dialog dan menunjukkan kemampuan para anggota kelompok menangguhkan asumsi pribadinya untuk bisa masuk ke dalam pemikiran bersama
- Systems thinking atau cara berpikir yang sistemik mengintegrasikan keempat prinsip sebelumnya karena prinsip kelima ini juga membutuhkan visi bersama, mental model, team learning dan personal mastery untuk mewujudkan potensinya.
Rekomendasi Terkait Faktor-faktor  Eksternal Partai
     AKP dan PKS dilihat dari aspek benih banyak 
memiliki kesamaan dari segi ideologi, organisasi dan strategi, sehingga 
perbedaan tingkat keberhasilan, antara lain karena di Turki benih yang 
bagus tersebut tumbuh di ”tanah yang subur dan iklim yang kondusif”  
sehingga menuai hasil yang luar biasa. Sementara di Indonesia benih yang
 baik belum bisa menghasilkan buah yang baik karena ”tanah yang tidak 
subur dan iklim yang tidak kondusif”. Oleh karena itu ada juga 
faktor-faktor eksternal berupa kondisi Indonesia dan Turki yang turut 
mempengaruhi:
- Faktor Kultur dan Peradaban.
Budaya feodalisme aristokrasi Jawa yang masih sangat mewarnai budaya 
politik di Indonesia. Menurut Soeripto, hal itu juga berdampak di 
internal PKS misalnya bila kader PKS (ikhwah) menjadi pejabat 
masih lebih menonjol feodalnya tinimbang Islamnya dengan alasan tuntutan
 protokoler. Oleh karena itu reformasi kultural perlu dimulai dari 
internal PKS sendiri. Dari segi peradaban, harus ada upaya edukasi 
terpadu untuk mengikis budaya money politics di Indonesia. 
Namun di sisi lain PKS juga harus mampu melihat dan memenuhi kebutuhan 
dasar rakyat Indonesia sebagaimana Mustafa Ozkaya, Direktur TV-Net di 
Istanbul memberi rekomendasai kepada PKS: ”You must read your people what their needs (apa kebutuhan mereka)”.
- Sistem Kepartaian dan Sistem Pemilu.
Terkait fakta bahwa partai politik Islam fragmented atau terfragmentasi, maka rekomendasinya adalah bahwa aleg PKS di Komisi II ikut memperjuangkan peningkatan batas parliamentary threshold paling tidak menjadi 5% agar bisa mengurangi fragmentasi tersebut. Besaran Parliamentary Threshold
 (PT) akan membantu menyederhanakan jumlah partai politik peserta Pemilu
 dan mengurangi fragmentasi karena partai politik yang merasa tidak akan
 bisa menembus batas masuk ke parlemen akan cenderung bergabung dengan 
partai politik lainnya. Hal itu akan berdampak pula pada penyederhanaan 
jumlah partai politik yang ikut Pemilu sehingga tidak menyulitkan rakyat
 Indonesia yang mayoritas masih belum berpendidikan cukup. Selain itu 
hendaknya ada kejelasan dalam sistem Pemilu, bila akan tetap memakai 
sistem proporsional yang memang lazim di sebuah negara yang menganut 
sistem multi-partai, maka sebaiknya proporsional tertutup, jadi rakyat 
cukup memilih partainya. *Inspirasi Rabbani
 
 
 
 
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..