Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk 
kepribadian dan perkembangan peradaban manusia, agar manusia terbebas 
dari kebodohan, kegelapan dan kesesatan. Allah mengutus Rasulullah untuk
 mendidik manusia menjadi makhluk yang berakhlak mulia dan terlepas dari
 kesesatan. Sebagaimana firman Allah: “Sebagaimana Kami telah mengutus 
kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu
 dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan Hikmah, serta
 mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui”. (QS.Al 
Baqarah:151)
Rasululah berhasil mendidik para sahabat menjadi generasi terbaik di 
sepanjang sejarah, generasi pemberani, tangguh, dermawan, cerdik,cerdas,
 mahir, berakhlak mulia, disiplin dan zuhud, maka tak heran kalau 
Muawiyyah mengatakan: “Aku tidak pernah melihat seorang pendidik sebelum
 dan sesudahnya lebih baik darinya.
Pada zaman sesudahnya pada masa keemasan kekhalifahan Islam, tercatat
 dengan tinta emas sumbangsih para ulama cendekiawan Islam dalam ilmu 
pengetahuan yang menghantar peradaban dunia ke peradaban yang semakin 
maju. Pada saat anak-anak kota Baghdad yang bermandikan cahaya bermain 
dengan teropong bintang mereka mengeksplorasi antariksa dan 
majelis-majelis ilmu digelar di masjid-masjid dan perpustakaan, di saat 
yang sama London masih berupa rawa-rawa yang penduduknya percaya kepada 
jimat-jimat dan para pemimpinnya mengatakan bahwa matematika adalah ilmu
 yang tercela dan terkutuk sedangkan New York waktu itu masih berupa 
hutan belantara.
Dalam kata-kata Carli Fiorina, seorang CEO Hewlett Packard yang 
visioner berkata : “Adalah para arsitek yang mendesign bangunan-bangunan
 yang mampu melawan gravitasi. Adalah para matematikawan yang 
menciptakan aljabar dan algoritma yang dengannya komputer dan enkripsi 
data dapat tercipta. Adalah para dokter yang memeriksa tubuh manusia, 
dan menemukan obat baru untuk penyakit. Adalah para astronom yang 
melihat ke langit, memberi nama bintang-bintang, dan membuka jalan bagi 
perjalanan dan eksplorasi antariksa. Adalah para sastrawan yang 
menciptakan ribuan kisah; kisah-kisah perjuangan, percintaan dan 
keajaiban. Ketika negeri lain takut akan gagasan-gagasan, peradaban ini 
berkembang pesat dengannya dan membuat mereka penuh energi.
Ketika ilmu pengetahuan terancam dihapus akibat penyensoran oleh 
peradaban sebelumnya, peradaban ini menjaga ilmu pengetahuan tetap 
hidup, dan menyebarkannya kepada peradaban lain. Tatkala peradaban barat
 modern saat ini sedang berbagi pengetahuan, peradaban dunia Islam yang 
sedang saya bicarakan ini sudah bermula sejak tahun 800 hingga 1600, 
yang termasuk di dalamnya Dinasti Ottoman dan kota Baghdad, Damaskus dan
 Kairo, dan penguasa agung seperti Sulaiman yang Bijak. Walaupun kita 
sering kali tidak menyadari hutang budi kita kepada peradaban ini, 
sumbangsihnya merupakan bagian dasar dari kebudayaan kita. Teknologi 
industri tidak akan pernah hadir tanpa kontribusi para matematikawan 
arab.”
Itulah pengakuan seorang modern barat terhadap sumbangsih cendekiawan
 islam terhadap peradaban dunia. Dapat kita sebut beberapa saja ulama 
cendekia tadi, sbb:
Muhammad Ibn Musa Al-Khawārizmi: yang juga dikenali sebagai 
Al-Khawārizmi (lahir di Khawarizm, Usbekistan 780 – wafat diperkirakan 
pada tahun 840) seringkali disebut sebagai bapak aljabar. Istilah 
aljabar (algebra dalam bahasa latin) sendiri berasal dari buku 
karangannya yang terkenal Hisabul Jabar wal Muqābilah (Ilmu pengurangan 
dan penambahan). Istilah algorisma dan algoritma juga berasal dari 
latinisasi nama Al-Khawārizmi. Al-Khawārizmi adalah pakar dalam bidang 
matematika, astronomi dan geografi.
Abul Wafa Muhammad Ibn Muhammad Ibn Yahya Ibn Ismail Buzjani: Lahir 
di Buzhgan, Nishapur, Iran (940 – 998) adalah seorang ahli astronomi dan
 matematikawan dari Persia. Pada tahun 959, Abul Wafa pindah ke Irak, 
dan mempelajari matematika khususnya trigonometri di sana. Dia juga 
mempelajari pergerakan bulan; salah satu kawah di bulan dinamai Abul 
Wáfa sesuai dengan namanya. Salah satu kontribusinya dalam trigonometri 
adalah mengembangkan fungsi tangen dan mengembangkan metode untuk 
menghitung tabel trigonometri.
Jabir Ibnu Hayyan: Pengarang kitab “Al Kimya” yang diterjemahkan oleh
 bangsa barat menjadi “Alchemy”, kitab rujukan ilmu kimia/chemistry. 
Cendekiawan masa Dinasti Ummayah abad ke-8 Masehi.
Ibnu Sina: Bangsa barat memanggilnya Avicenna. Dunia menasbihkanya 
sebagai “Bapak Kedokteran Modern”, pengarang kitab Qanun fi Thib (Canon 
Of Medicine) yang merupakan rujukan di bidang kedokteran dunia selama 
berabad-abad.
Itulah para ulama cendekia Islam yang berkitabkan Al Qur’an dan 
bertauladankan Rasulullah SAW, yang mengeksplorasi ayat-ayat Allah dalam
 Al Qur’an yang kemudian menelurkan karya-karya ilmu pengetahuan lentera
 peradaban dunia. Bila Carli Fiorina, sang CEO Hewlett Packard mau 
meneliti lebih jauh maka akan muncul pertanyaan “Buku apa yang mereka 
baca sehingga orang-orang arab tadi “keranjingan” meneliti dan 
mencipta?” dan “Siapakah gerangan “Bapak Pendidikan” yang menginspirasi 
dan menjadi teladan mereka?”. Maka dia akan mendapat jawaban: Al Qur’an 
dan Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasalam.
Dari sini kita yakini Allah-lah “…Yang mengajar (manusia) dengan 
perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak 
diketahuinya. (QS. Al Baqarah: 4-5), Dialah yang menurunkan kepada 
hamba-Nya(Muhammad) ayat-ayat yang terang (Al-Quran) supaya dia 
mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya dan Sesungguhnya Allah 
benar-benar Maha Penyantun lagi Maha Penyayang terhadapmu. “ (QS. Al 
Hadiid: 9).
Al Qur’an telah menjadikan semenanjung arab yang penduduknya tak bisa
 baca tulis dan negerinya begitu kering sehingga para penjajah-pun 
enggan meliriknya, kemudian menjadi pusat peradaban dan menjadi guru 
dunia. Inilah bukti nyata keagungan Al Qur’an. Al Qur’an meninggikan 
ilmu dan akhlak manusia bila manusia mau membaca, memahami dan 
mengamalkanya.
“Sesungguhnya Allah, dengan kitab ini (Al Qur’an) meninggikan derajat
 kaum-kaum dan menjatuhkan derajat kaum yang lain.” (HR. Muslim)
Tapi mengapa sekarang umat Islam – khususnya di Indonesia sebagai 
negeri muslim terbesar – sebagai pewaris Al Qur’an mengalami hal 
sebaliknya? Di dunia pendidikan, para pelajar kita banyak melakukan 
berbagai perilaku yang bertentangan dengan agama dan moralitas. 
Sekolah-sekolah miskin dari menghasilkan lulusan-lulusan yang 
berkualitas.
Bila kita mau merunut maka kebelumberhasilan pendidikan Indonesia ini
 diawali sejak dini di tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). 
Pemerintah belum serius mengadakan PAUD yang berkualitas. Mereka 
dibiarkan berkembang ala kadarnya. Cukup berpuas dengan anak-anak yang 
bisa bernyanyi-nyanyi dan tepuk-tepuk tangan. Padahal, perkembangan otak
 yang paling pesat terjadi pada rentang usia 0-8 tahun, baik secara 
fisik maupun intelektual. Delapan puluh persen perkembangan otak terjadi
 antara usia nol sampai dengan enam tahun. Selama rentang waktu 
tersebut, IQ anak dapat melonjak secara drastis jika memperoleh 
rangsangan yang tepat dari orangtua maupun pengasuh di day-care-kan, 
kita menyebutnya Taman BATITA dan playgroup.
Selanjutnya, peran strategis tersebut dipegang oleh guru TK dan SD 
kelas bawah, yakni kelas satu sampai dengan kelas tiga (itu sebabnya, 
perencanaan kurikulum TK perlu dikerjakan bersama dalam satu kesatuan 
dengan penyusunan kurikulum SD). Inilah masa paling penting untuk 
membangun budaya belajar. Jika pada masa ini anak sudah mempunyai budaya
 belajar yang tinggi, anak akan mudah mempelajari kecakapan belajar 
(learning skills) pada periode berikutnya, yakni orientation stage, 
termasuk membangun orientasi hidup maupun prientasi akdemiknya.
Di usia 0-8 tahun ini jugalah usia yang paling pas untuk belajar 
membaca dan menghafal Al Qur’an dan ini telah terbukti dalam sejarah 
pada ulama-ulama dan cendekiawan muslim yang sudah pandai membaca dan 
hafal Al Qur’an sejak kecil dan kemuadian mereka menjadi guru peradaban 
dunia. Al Qur’an. Ya, dengan Al Qur’an lah ummat Islam akan bangkit dari
 keterpurukannya dengan lahirnya generasi qurani sebagaimana lahirnya 
generasi terbaik, generasi para Sahabat Rasulullah SAW yang di didik 
dengan Al Qur’an. Al Qur’an adalah Pendidikan Terbaik Untuk Generasi 
Terbaik.
“Sesungguhnya Kami mudahkan al-Quran itu dengan bahasamu supaya mereka mendapat pelajaran.” (QS. Ad Dukhaan: 58).
Dedicated To My Sons: Muhammad Haidar Lathif, Abyan Musthofa Al Faruqi and Hafidz Abdurrahman Aufa
Oleh: Surono Nur Salim
RA/TKIT Tahfidzul Qur’an Taman Cendekia Yogyakarta
RA/TKIT Tahfidzul Qur’an Taman Cendekia Yogyakarta
 
 
 
 
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..