Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah
Ketika seseorang mengharapkan sesuatu, dia harus mengetahui bahwa harapannya itu akan berkonsekuensi pada tiga hal:
- Mencintai apa yang ia harapkan.
- Ia merasa khawatir tak mendapatkan apa yang ia harapkan.
- Ia berusaha utk mendapatkan apa yang diharapkan dgn segala kemampuannya.
Harapan yang tak disertai satupun dari tiga hal di atas maka itu hanya angan-angan belaka. Harapan & angan-angan adalah dua perkara yang berbeda. Setiap orang yang mengharapkan sesuatu maka pada dirinya akan muncul perasaan takut kehilangan apa yang ia harapkan, akan berusaha menempuh jalan utk mendapatkan apa yang ia harapkan.
Bila takut kehilangan apa yang ia harapkan maka ia akan segera berupaya agar tak terluputkan dari apa yang ia harapkan.
Dalam Jami’ At-Tirmidzi disebutkan hadits dari Abu Hurairah z ia berkata: Nabi n bersabda:
 مَنْ
 خَافَ أَدْلَجَ، وَمَنْ أَدْلَجَ بَلَغَ الْمَنْزِلَ، أَلاَ إِنَّ 
سِلْعَةَ اللهِ غَالِيَةٌ، أَلاَ إِنَّ سِلْعَةَ اللهِ الْجَنَّةُ
“Barangsiapa
 khawatir disergap musuh di waktu sahur, dia akan menghindarkan diri 
sejak awal malam. Barangsiapa yang berusaha menyelamatkan dirinya sejak 
awal, ia akan sampai kepada tempat tinggalnya. Ketahuilah, sesungguhnya 
barang dagangan Allah itu mahal. Ketahuilah, barang dagangan Allah itu 
adalah surga.”
Sebagaimana
 Allah l telah memberi harapan kepada orang-orang yang mengerjakan amal 
shalih, demikian pula Ia memberi rasa takut kepada mereka. Maka 
ketahuilah bahwa harapan & rasa takut yang bermanfaat adalah yang 
disertai amal shalih. Allah l berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ هُمْ 
مِنْ خَشْيَةِ رَبِّهِمْ مُشْفِقُونَ. وَالَّذِينَ هُمْ بِآيَاتِ رَبِّهِمْ
 يُؤْمِنُونَ. وَالَّذِينَ هُمْ بِرَبِّهِمْ لَا يُشْرِكُونَ. وَالَّذِينَ 
يُؤْتُونَ مَا ءَاتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ 
أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ 
رَاجِعُونَ. أُولَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا 
سَابِقُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena 
takut akan (adzab) Rabb mereka. Dan orang-orang yang beriman dgn 
ayat-ayat Rabb mereka. Dan orang-orang yang tak mempersekutukan dgn Rabb
 mereka (sesuatu apapun). Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah
 mereka berikan, dgn hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) 
sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka. Mereka itu 
bersegera utk mendapat kebaikan-kebaikan, & merekalah orang-orang 
yang segera memperolehnya.” (Al-Mukminun: 57-61)
Al-Imam At-Tirmidzi dlm Jami’-nya menyebutkan hadits dari ‘Aisyah x, ia berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah
 n mengenai ayat ini. Aku berkata: “Apakah mereka adalah orang yang 
meminum minuman keras, berzina, & mencuri?” Rasulullah n menjawab:
لاَ
 يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ، وَلَكِنَّهُمُ الَّذِيْنَ يَصُومُونَ 
وَيُصَلُّونَ وَيَتَصَدَّقُونَ، وَيَخَافُونَ أَنْ لاَ تُتَقَبَّلَ 
مِنْهُمْ، أُولَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ
“Tidak wahai putri Ash-Shiddiq. Mereka adalah orang-orang yang berpuasa, shalat,
 bersedekah. Namun mereka khawatir kalau amalan yang mereka lakukan itu 
tak diterima oleh Allah. Mereka itu orang yang sebenarnya berlomba-lomba
 berbuat amal kebaikan.”
Allah telah menyebutkan sifat 
orang-orang yang bahagia dgn ihsan (berbuat baik) yang disertai khauf 
(khawatir). Sebaliknya, Allah menyebutkan sifat orang-orang yang 
sengsara dgn berbuat keburukan yang disertai perasaan aman.
(Diambil dari Ad-Da`u wad Dawa` karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah hal. 46, diterjemahkan oleh Al-Ustadz Abu Muhammad Abdul Jabbar)  
Sumber: www.asysyariah.com Majalah AsySyariah Edisi 030 
 
 
 
 
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..