Dalam hidup kita, hampir selalu akan bersentuhan dengan ukuran. Mau
membeli beras satu kilogram, ada ukurannya. Membeli emas juga ada
ukurannya. Selain berat, juga ada kualitasnya dalam satuan karat. Ketika
hendak memasukkan anak ke sekolah, ada ukuran minimal usia yang bisa
diterima untuk belajar. Begitu pun ketika merencanakan berbagai kegiatan
ada ukuran waktu, kapan dimulai dan kapan diakhiri. Ditambah pula
target dan pencapaiannya. Jika hendak dirunut lebih banyak dan lebih
jauh, rasanya akan menjadi daftar amat panjang sebisa yang kita susun.
Bagaimana dengan usia? Ada ukurannya juga. Bahkan umur manusia itu,
jika dihubungkan dengan amal dan perjalanan hidup manusia di dunia,
nampak jelas ada kaitannya. Menurut Imam ar-Razi, umur manusia itu
ibarat modal (tentu saja ada ukurannya). Sementara modal umur itu terus
berkurang, tidak bertambah. Allah Swt berfirman (yang artinya): “Demi
waktu. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran.” (QS al-Asr [103]: 1-3)
Jika tidak memanfaatkan waktu, maka ketahuilah—yang sebenarnya banyak
manusia sudah mengetahuinya—maka kerugian akan terus kita dapatkan.
Seseorang yang malas belajar hingga tidak bisa naik kelas, tentu saja
rugi. Sebab, pada waktu yang sama teman-temannya giat belajar dan
akhirnya lulus. Kerugian tidak naik kelas harus didapatkan akibat tidak
memanfaatkan waktu untuk meraih apa yang hendak digapai. Kerugian kian
bertambah karena pada saat ketika dia mulai serius mengulang pelajaran,
temannya yang sudah naik kelas juga melakukan hal yang sama, hanya saja
berbeda level/kelas.
Saya, alhamdulillah tak pernah melakukan ritual khusus yang bersifat
merayakan ketika bilangan usia saya bertambah. Sebab, selain tak ada
manfaatnya, juga sebenarnya saya harus banyak berpikir dan merenung.
Memang, secara bilangan angka usia saya bertambah banyak, sejak saya
lahir hingga hari ini (12 Februari 2013), sudah 39 tahun usia saya.
Tetapi, jika dipikir ulang dengan modal usia, saya seharusnya lebih giat
untuk beribadah, mengais sisa amal shalih di sisa usia hidup saya yang
sudah ‘dijatah’ oleh Allah Ta’ala. Itu artinya, kesempatan saya untuk
beramal shalih kian berkurang. Makin bertambah bilangan usia, makan
berkuranglah jatah sisa hidup saya yang telah ditetapkan oleh Allah
Ta’ala. Maka kian menipislah kesempatan untuk terus menyemai amal
shalih.
Maka benar, ketika waktu terus berjalan, manusia sebenarnya sedang
berlomba untuk memanfaatkan waktu tersebut. Merugilah orang yang amalnya
hari ini sama dengan hari kemarin. Celakalah orang yang amalnya hari
ini lebih buruk dari hari kemarin. Allahu Akbar, sebagai hamba, saya
hanya mampu berusaha sekuat kemampuan untuk menjadi lebih baik dan lebih
baik dari hari ke hari. Saya berharap tetap diberikan keimanan yang
kokoh, kesabaran, kemudahan meraih ridhoNya, dan tetap semangat
menggapai keinginanan dan senantiasa bersyukur atas apa yang diberikan
oleh Allah Ta’ala.
Saya mengucapkan terima kasih atas perhatian dan juga doa-doa yang
dihamburkan dari kawan-kawan saya. Baik yang saya kenal secara pribadi,
karena sering bertemu muka, juga dari kawan-kawan di dunia maya yang
belum pernah saya kenal sekalipun. Sejak dinihari tadi hingga menjelang
sore ini terus bermunculan ucapan-ucapan selamat dan doa, bahkan
mungkin nanti malam. Saya mohon maaf tidak bisa menjawab satu persatu
ucapannya. Saya menghargai perhatian dan dukungannya. Tetapi saya agak
repot waktunya jika harus menjawab satu persatu. Semoga tulisan ini
mampu menjawab semuanya. Dan, satu hal penting, saya tidak merayakannya.
Oya, semoga dengan berkurangnya jatah usia hidup saya—meski bilangan
angka penunjuk usia bertambah—menjadikan saya tetap semangat beribadah
dan menyemain amal shalih. Sehingga manfaatnya bisa saya rasakan, juga
manfaat bagi keluarga dan ummat ini. Insya Allah.
Salam,
http://osolihin.wordpress.com/2013/02/12/yang-bertambah-yang-berkurang/
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..