bulan purnama © feehas.wordpress.com |
Putri Imam Ahmad bin Hanbal terkejut. Ia
yang sejak ba’da Isya’ mengamati kamar Imam Syafi’i tidak melihat ulama
tersohor itu keluar kamar untuk shalat tahajjud. Tidak pula mengambil
wudhu. Imam Syafi’i baru terlihat keluar dari kamar tamu ketika adzan
Subuh berkumandang.
Selain itu, ada hal-hal ganjil lain yang
dilihatnya dari tamu ayahnya itu. “Wahai ayah, apakah beliau adalah
Imam Syafi’i yang kau ceritakan itu?” tanyanya kepada Imam Ahmad bin
Hanbal.
“Iya,” jawab sang ayah, singkat.
“Aku perhatikan ada tiga hal yang
ganjil. Ketika kita hidangkan makanan, ia banyak makan. Ia tidak
menunaikan shalat tahajud. Lalu ketika shalat Subuh, ia tidak berwudhu.”
Imam Ahmad bin Hanbal pun kemudian menyampaikan hal tersebut kepada Imam Syafi’i.
“Wahai Imam Ahmad, aku banyak makan
karena aku tahu bahwa makanan yang engkau hidangkan pasti makanan halal
dan engkau adalah orang yang dermawan. Tak ada keraguan sedikitpun akan
hal itu. Makanan halal yang diberikan orang dermawan adalah obat. Aku
makan banyak bukan untuk mengenyangkan perutku, tetapi untuk
menjadikannya sebagai obat untuk diriku,” terang Imam Syafi’i. Nyatalah,
beliau bukanlah seorang yang banyak makan. Bukan orang yang suka
memenuhi perutnya dengan makanan.
“Semalam aku memang tidak menunaikan
shalat tahajud. Sebabnya, ketika aku hendak tidur, aku melihat
seakan-akan Al Qur’an dan hadits terpampang di depan mataku. Aku pun
menghabiskan malam dengan melakukan istinbath hukum. Alhamdulillah,
tujuh puluh dua masalah Fiqih dapat kuselesaikan dalam semalam. Insya
Allah semuanya bermanfaat bagi kaum muslimin,” masya Allah… inilah ulama
besar yang sangat memperhatikan urusan umat Islam, hingga semalam
suntuk tidak tidur demi memberikan solusi dan kemanfaatan.
“Adapun mengapa aku shalat Subuh tanpa
terlihat mengambil air wudhu, karena semalaman mataku terjaga dan tidak
ada sesuatu yang membatalkan wudhuku,” pungkas Imam Syafi’i. Jawaban ini
membuat Imam Ahmad bin Hanbal semakin mengagumi sahabatnya itu. Jawaban
ini juga membuat putri Imam Ahmad bin Hanbal merasa malu telah memiliki
prasangka yang bukan-bukan terhadap imam agung tersebut. Namun tanpa
pertanyaannya, mungkin seluruh dunia tidak pernah tahu kisah ini.
Kini saatnya kita bertanya pada diri
kita. Jika kita suatu ketika –atau bahkan terbiasa- banyak makan, adakah
alasan lain atau hanya untuk memenuhi syhawat perut kita? Sebab banyak
makan karena syahwat perut akan membuat kita banyak tidur, malas ibadah
dan akhirnya banyak masalah. Karenanya Rasulullah mengajarkan umatnya
untuk tidak memenuhi perut dengan makanan; melainkan sepertiganya untuk
makanan, sepertiganya untuk air, dan sepertiganya untuk udara.
Jika Imam Syafi’i tidak menunaikan
shalat tahajud karena sedang melakukan istinbath hukum, menjawab dan
menulis tujuh puluh dua masalah Fiqih demi kemaslahatan umat, adakah
alasan kita ketika kita tidak shalat tahajud? Atau jangan-jangan, kita
terbiasa tidak shalat tahajud tanpa alasan?! Astaghfirullah. [Muchlisin
BK/Kisahikmah.com]
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..