Allah
sudah memudahkan al-Qur’an kepada hamba-Nya. Hal itu tertulis dalam
surat al-Qamar ayat 17, yang artinya:”Dan Sesungguhnya Telah kami
mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil
pelajaran?”
Itulah
yang diyakini oleh tiga hafidz kembar Hannan, Mannan dan Ihsan. Mereka
mengaku punya resep alias metode berbeda untuk menghafal. Tidak dengan
menghafal namun membaca. Kok?
“Nggak
perlu menghafal. Kalian hanya perlu membaca sebanyak 60 kali,” Kata
Ihsan menirukan ucapan ustadznya yang Pengasuh PPPA Daarul Quran (Daqu),
Ketapang, Tangerang, Ustadz Yusuf Mansur.
Ihsan
meyakini bahwa otak kita berbeda-beda, ada yang perlu membaca 20 kali,
ada yang punya kemampuan 40 kali atau 60 kali bahkan ada yang 80 kali
mengulang per ayat. “Jika diulang dengan sendirinya akan hafal,”
terangnya.
“Kalau
ayatnya panjang dipotong dua, atau tiga bagian. Rata-rata 60 kali satu
ayat diulang. Seperti perumpaan orang yang bolak-balik pada suatu
tempat, tentu akan lebih hafal 60 kali dibanding yang hanya bolak-balik
sebanyak 40 kali. Pohonnya ada di sini, tong sampahnya ada di sini,
kursinya di sini dan lainnya,” kali ini Mannan.
Rata-rata
mereka menghafal satu halaman setengah jam. “Kalau kurang nempel kami
nambahin lagi,” kata Ihsan. Ia mencontohkan misalnya Yaa Siin 60 kali, wal qur’aanil hakiim itu 60 kali.
“Satu
halaman dibagi dua lagi, yang atas diulang 60 kali, setelah menempel,
gantian yang bawah dibaca 60 kali. Setelah bagian bawah nempel, ulang
lagi dari atas hingga ke bawah. Insya Allah tidak akan gampang lupa,”
terang keduanya yang ditemui BersamaDakwah saat jeda syuting film layar
lebar “Tausiyah Cinta” di Insan Cendekia Madani Boarding School,
Serpong, Sabtu (16/5).
Bahkan,
kata Ihsan, di Mesir ada yang satu ayat dibaca 400 kali. “Jadi mereka
ketika disuruh menghafal alfatihah dari (ayat) paling bawah pun bisa,
tapi kalau kita disuruh seperti itu belum tentu bisa.”
Mereka
yang tinggal khusus di rumah Ustadz Yusuf Mansur itu mengaku talaqqinya
tidak sering memang dengan ust. Yusuf Mansur, namun jika talaqqi dengan
ustadz YM mereka akan mendapatkan sifat tegas, bahkan berupa cambukan.
“Cambukannya
bukan marah. Namun untuk melecut kami agar benar hafalannya, tidak
salah-salah. Cambukanya itu dengan kalendar yang digulung, tak hanya
sebuah kalender tapi 10 kalendar yang digulung,” kata Ihsan yang lebih
banyak bicara. Sementara si sulung kembar, Hannan, tidak ikut wawancara
karena sedang persiapan syuting film.
“Kalendarnya
pernah kita umpetin. Ustadz Yusuf Mansur pun akhirnya nyari sesuatu di
dapur yang bisa dipakai untuk memukul,” imbuh Mannan.
Sekadar
untuk diketahui, untuk membedakan mereka itu ternyata tidak sulit.
Mannan, si tengah, agak lebih kecil postur tubuhnya, Ihsan ‘bungsu’
bertahi lalat dan Hannan posturnya agak gede karena paling senior dari
tiga kembar tersebut.
Mereka
menyarankan bagi penghafal al-Qur’an tidak ganti mushaf al-Qur’an,
“Jangan ganti-ganti mushaf. Kalaupun ganti harus ganti yang sama. Kalau
bisa bahasa Arab lebih enak, jadi runtun ceritanya kayak baca novel
gitu,” kata Mannan. [IG: @paramuda/ BersamaDakwah]
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..