“Barangsiapa yang diberi cobaan dengan anak perempuan kemudian ia
berbuat baik pada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya
dari api neraka,” (HR. Al-Bukhari no. 1418 dan Muslim no. 2629).
ANAK laki-laki ataupun perempuan sama saja. Tetap tahukah Anda, Rasul
menyebutkan sebuah kecenderungan orang tua yang menyukai seorang anak
laki-laki. Sebagaimana dikatakan Rasulullah dalam hadits ‘Aisyah :
Al-Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa Rasulullah SAW menyebutnya
sebagai ibtila’ (cobaan), karena biasanya orang tidak menyukai
keberadaan anak perempuan. (Syarh Shahih Muslim, 16/178)
Bahkan dulu pada masa jahiliyah, orang bisa merasa sangat terhina
dengan lahirnya anak perempuan. Sehingga tergambarkan dalam firman
Allah SWT:
“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar gembira dengan
kelahiran anak perempuan, merah padamlah wajahnya dan dia sangat marah.
Dia menyembunyikan diri dari orang banyak karena buruknya berita yang
disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memelihara anak itu dengan
menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya hidup-hidup di dalam
tanah? Ketahuilah, betapa buruknya apa yang mereka tetapkan itu.”
(An-Nahl: 58-59)
Islam sangat memuliakan anak perempuan. Allah SWT yang
menganugerahkan anak perempuan telah menjanjikan surga bagi hamba-Nya
yang berbuat kebaikan kepada anak perempuannya.
‘Aisyah pernah mengatakan: Seorang wanita miskin datang kepadaku
membawa dua anak perempuannya, maka aku memberinya tiga butir kurma.
Kemudian dia memberi setiap anaknya masing-masing sebuah kurma dan satu
buah lagi diangkat ke mulutnya untuk dimakan. Namun kedua anak itu
meminta kurma tersebut, maka si ibu pun membagi dua kurma yang semula
hendak dimakannya untuk kedua anaknya. Hal itu sangat menakjubkanku
sehingga aku ceritakan apa yang diperbuat wanita itu kepada Rasulullah.
Beliau berkata:
“Sesungguhnya Allah telah menetapkan baginya surga dan
membebaskannya dari neraka.” (HR. Muslim no. 2630)
Dalam riwayat dari Anas bin Malik, Rasulullah juga menyebutkan
kedekatannya dengan orang tua yang memelihara anak-anak perempuan mereka
dengan baik kelak pada hari kiamat:
“Barangsiapa yang mencukupi kebutuhan dan mendidik dua anak perempuan
hingga mereka dewasa, maka dia akan datang pada hari kiamat nanti dalam
keadaan aku dan dia (seperti ini),” dan beliau mengumpulkan jari
jemarinya. (HR. Muslim no. 2631).
Al-Imam An-Nawawi menjelaskan, hadits-hadits ini menunjukkan
keutamaan seseorang yang berbuat baik kepada anak-anak perempuannya,
memberikan nafkah, dan bersabar terhadap mereka dan dalam segala
urusannya. (Syarh Shahih Muslim, 16/178)
Masih berkenaan dengan keutamaan membesarkan dan mendidik anak perempuan, seorang shahabat, ‘Uqbah bin ‘Amir pernah mendengar Rasulullah bersabda:
“Barangsiapa yang memiliki tiga orang anak perempuan, lalu dia
bersabar atas mereka, memberi mereka makan, minum, dan pakaian dari
hartanya, maka mereka menjadi penghalang baginya dari api neraka kelak
pada hari kiamat.” (Dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih
Al-Adabil Mufrad no. 56: “Shahih”)
Seorang anak yang terlahir di atas fitrah ini siap menerima segala
kebaikan dan keburukan. Sehingga dia membutuhkan pengajaran, pendidikan
adab, serta pengarahan yang benar dan lurus di atas jalan Islam. Maka
hendaknya kita berhati-hati agar tidak melalaikan anak perempuan yang
tak berdaya ini, hingga nantinya dia hidup tak ubahnya binatang ternak.
Tidak mengerti urusan agama maupun dunianya. Sesungguhnya pada diri
Rasulullah ada teladan yang baik bagi kita. (Al-Intishar li Huquqil
Mukminat, hal. 25)
Bahkan ketika anak perempuan ini telah dewasa, orang tua selayaknya
tetap memberikan pengarahan dan nasehat yang baik. Ini dapat kita lihat
dari kehidupan seseorang yang terbaik setelah Rasulullah, Abu Bakr
Ash-Shiddiq , dalam peristiwa turunnya ayat tayammum. Diceritakan
peristiwa ini oleh ‘Aisyah:
“Kami pernah keluar bersama Rasulullah dalam salah satu safarnya.
Ketika kami tiba di Al-Baida’ –atau di Dzatu Jaisy– tiba-tiba kalungku
hilang. Rasulullah pun singgah di sana untuk mencarinya, dan orang-orang
pun turut singgah bersama beliau dalam keadaan tidak ada air di situ.
Lalu orang-orang menemui Abu Bakr sembari mengeluhkan, “Tidakkah engkau
lihat perbuatan ‘Aisyah? Dia membuat Rasulullah dan orang-orang singgah
di tempat yang tak ada air, sementara mereka pun tidak membawa air.” Abu
Bakr segera mendatangi ‘Aisyah. Sementara itu Rasulullah sedang tidur
sambil meletakkan kepalanya di pangkuanku. Abu Bakr berkata, “Engkau
telah membuat Rasulullah dan orang-orang singgah di tempat yang tidak
berair, padahal mereka juga tidak membawa air!” Aisyah melanjutkan, “Abu
Bakr pun mencelaku dan mengatakan apa yang ia katakan, dan dia pun
menusuk pinggangku dengan tangannya.
Tidak ada yang mencegahku untuk
bergerak karena rasa sakit, kecuali karena Rasulullah sedang tidur di
pangkuanku. Keesokan harinya, Rasulullah bangun dalam keadaan tidak ada
air. Maka Allah turunkan ayat tayammum sehingga orang-orang pun
melakukan tayammum. Usaid ibnul Hudhair pun berkata, “Ini bukanlah
barakah pertama yang ada pada kalian, wahai keluarga Abu Bakr.” ‘Aisyah
berkata lagi, “Kemudian kami hela unta yang kunaiki, ternyata kami
temukan kalung itu ada di bawahnya.” (HR. Al-Bukhari no. 224 dan Muslim
no. 267)
Al-Imam An-Nawawi t mengatakan bahwa di dalam hadits ini terkandung
ta`dib (pendidikan adab) seseorang terhadap anaknya, baik dengan ucapan,
perbuatan, pukulan, dan sebagainya. Di dalamnya juga terkandung ta`dib
terhadap anak perempuan walaupun dia telah dewasa, bahkan telah menikah
dan tidak lagi tinggal di rumahnya. (Syarh Shahih Muslim, 4/58).
Jadi, punya anak perempuan? Bersyukur, dan muliakanlah ia. [islampos/assyariah]
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..