Imam Bukhari dan 
Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa ada seorang lelaki 
datang menghadap Rasulullah saw. Orang itu punya masalah besar. Ia 
berkata, “Ya Rasulullah, aku telah binasa.”
Rasulullah saw. bertanya, “Apa yang terjadi?”
Orang itu menjawab, “Saya mendatangi isteri saya di pagi hari bulan Ramadhan dan saya berpuasa.”
Benar.
 Ini masalah besar. Orang ini telah melakukan dosa yang sangat besar. Ia
 bersetubuh dengan isteri secara sengaja sewaktu berpuasa di bulan 
Ramadhan. Namun orang ini sungguh hebat. Ia berani mengakui kesalahannya
 itu di hadapan Rasulullah saw.
Apa yang dilakukan Rasulullah saw. kepada orang itu?
Rasulullah
 saw. tidak bermuka masam. Marah? Tidak. Beliau tidak memarahinya. 
Lelaki itu datang dengan rasa penyesalan dan ingin bertobat. Ia tidak 
datang dengan sikap membangkang. Ia datang berharap mendapat 
penyelesaian atas masalahnya.
Maka
 Rasulullah saw. bertanya, “Apakah kamu punya budak yang bisa 
dimerdekakan sebagai kafarat atas apa yang telah kamu lakukan?”
Orang itu menjawab, “Tidak.”
Rasulullah saw. bertanya lagi, “Apakah kamu mampu berpuasa dua bulan berturut-turut?”
Lelaki yang tak mampu menahan nafsunya itu menjawab, “Tidak.”
Rasulullah saw. bertanya lagi, “Apakah engkau mampu memberi makan 60 orang fakir miskin?”
Lelaki itu sekali lagi menjawab, “Tidak.”
Tiba-tiba
 terjadi kebuntuan. Lelaki itu tidak punya apapun yang bisa digunakan 
untuk membayar kafarat atas perbuatan dosanya itu. Ia terduduk. Pasrah 
atas keputusan yang akan ditetapkan Rasulullah saw. atasnya.
Tak lama kemudian, datang seseorang membawa sebakul kurma. Orang ini memberi kurma itu kepada Rasulullah saw.
Rasulullah
 saw. memanggil si lelaki yang melanggar aturan Allah swt. Kepada 
orang-orang yang berpuasa. Kepadanya Rasulullah saw. menyerahkan kurma 
itu. “Ambillah ini. Sedekahkan!”
Orang
 itu malah bertanya, “Ya Rasulullah saw., apakah saya harus bersedekah 
kepada orang yang lebih miskin daripada saya? Demi Allah, tidak ada 
orang yang lebih miskin dari saya di Madinah ini.”
Mendengar
 itu Rasulullah saw. ketawa. Setelah itu Rasulullah saw. bersabda, 
“Kalau begitu, berikan kurma itu untuk makan keluargamu!”
Sungguh, betapa lebar senyum lelaki itu. Kafarat dosanya tertebus, keluarganya mendapat makanan. Subhanallah!
 
 
 
 
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..