“Dhuuaaarrrrr!” Suasana di sekitar jalan
raya itu seketika menjadi gaduh. Orang-orang berlarian menghampiri
lokasi kecelakaan. Lalu lintas macet. Sebagian pengendara turun dari
mobilnya, ingin melihat lebih dekat dan berusaha membantu.
Sebuah mobil tampak rusak setelah
menyeruduk masuk ke bawah truk besar. Bersama polisi yang tiba tak lama
kemudian, orang-orang berusaha menyelamatkan pengendara mobil nahas itu.
Di balik kaca, terlihat sesosok pemuda penuh luka. Ketika mereka
berusaha mengeluarkannya dari mobil, tiba-tiba kepalanya terpisah dari
tubuhnya. Mereka terkejut.
Polisi kemudian mencari identitasnya dan
menghubungi keluarganya. Dari balik telepon, terdengar suara seorang
wanita yang cukup tua.
“Apakah ini rumah Fulan?” tanya polisi kepada wanita itu. Syaikh Mahmud Al Mishri yang menceritakan kisah ini dalam bukunya Sa’atan Sa’atan memang sengaja menyebut namanya dengan Fulan.
“Iya, benar”
“Di manakah dia sekarang?” Polisi itu mengatur kata-katanya agar tidak mengejutkan pihak keluarga.
“Dia tidak berada di rumah”
“Ibu ini hubungannya apa dengan Fulan?”
“Saya ibunya”
“Bu, sebenarnya kami dari kepolisian. Kami memberitahukan bahwa putra Anda mengalami kecelakaan. Kami meminta Ibu datang ke kantor kami untuk mengurusnya”
“Biarkan saja. Aku telah mendoakannya mati” Betapa kagetnya polisi mendengar kalimat ini. Ibunya sendiri mendoakannya mati. Polisi itu pun kemudian bertanya mengapa ia mendoakan anaknya sendiri seperti itu.
“Ia pergi meninggalkanku dengan mencaci
maki. Ia bahkan memukulku. Sebelumnya, sudah seringkali ia mengancamku.
Seakan-akan aku ini bukan ibunya. Seolah-olah aku tidak pernah tidak
tidur malam karena mengurusnya. Seolah-olah aku tidak pernah
mengasuhnya. Seolah-olah aku tidak pernah membesarkannya. Maka akupun
mendoakannya agar ia mati saja”
Na’udzubillah min dzalik.
Demikianlah doa ibu. Doanya langsung diijabah oleh Allah. Anaknya kini
benar-benar meninggal, dengan kematian yang tragis; kepalanya terpisah
dari tubuhnya. Tak lama setelah sang ibu tak kuat menahan kedurhakaan
anaknya, lalu keluarlah doa buruknya.
Rasulullah pernah mengingatkan, bahwa ada tiga doa yang pasti dikabulkan Allah.
ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَهُنَّ لاَ شَكَّ فِيْهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدَيْنِ عَلىَ وَلَدِهِمَا
“Ada tiga doa yang mustajab
(dikabulkan Allah), tidak diragukan lagi. Yakni doa orang yang
dizhalimi, doa orang yang bepergian dan doa kedua orang tua kepada
anaknya.” (HR. Tirmidzi, Abu Daud dan Ibnu Majah)
Para ulama menjelaskan, bahwa doa kedua
orang tua yang dimaksud dalam hadits ini adalah doa buruk untuk anaknya,
sebab lafadznya memakai kata ‘ala walidihaa. Bahwa doa buruk dari orang
tua kepada anak pasti dikabulkan oleh Allah, bahkan dikabulkan tanpa
menunggu lama.
O, orang tua mana yang tega mendoakan
keburukan bagi anaknya selain karena mereka didurhakai oleh anaknya?!
Karena itulah, jangan pernah mendurhakai orang tua. Terutama ibu yang
telah mengandung dan melahirkan kita. Jangan pernah melukai hatinya.
Jangan pernah membuatnya menangis dan menderita. [Muchlisin
BK/kisahikmah.com]
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..