Assalamu Alaikum, Selamat datang Saudaraku. Semoga BLOG ini bermanfaat dan harapan kami agar Anda sering datang berkunjung. Wassalam. ==> YAHYA AYYASY <==

Pertolongan Allah Sangat Dekat


 أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۖ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّىٰ يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَىٰ نَصْرُ اللَّهِ ۗ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al-Baqarah: 214).

Saudaraku,
Pernahkah kita mendengar nama Abu Muslim al-Khaulani?. Ia adalah salah seorang tabi’in yang sangat dikenal dengan keshalihannya. Bibirnya tidak pernah kering dari zikir kepada Allah. Amal ibadahnya sangat mengagumkan. Budi pekertinya begitu memikat, patut dijadikan cermin kehidupan buat kita untuk mengaca dan mengevaluasi diri.

Nama aslinya adalah Abdullah bin Tsuwab. Ka’ab menggelarinya dengan ‘Hakim hadzihi al-ummah’ penasihat bijak umat ini. Ada pula yang memberinya gelar ‘raihanah al-Syam’, semerbak kasturinya negeri Syam.

Pada suatu hari ia menemui al-Aswad al-‘Ansy (nabi palsu) di Shan’a Yaman. Sesampainya di Shan’a terjadilah dialog di antara keduanya.

Al-Aswad berkata kepada Abu Muslim, “Apakah engkau mempersaksikan bahwa aku adalah utusan Allah?.”

Dengan tenang ia menjawab, “Wahai musuh Allah, aku tidak melihatmu melainkan sebagai pendusta, dan pada dirimu tidak terdapat sedikit pun simat (tanda-tanda) nubuwah!.”

Dengan amarah yang membara al-Aswad memerintahkan para pengikutnya mengumpulkan kayu bakar untuk membakar jasad Abu Muslim. Pada saat mereka melemparkan tubuhnya ke tengah-tengah kobaran api yang menjilat-jilat membumbung tinggi ke angkasa, dengan keyakinan yang tertancap kokoh di relung hatinya akan pertolongan Allah dan lisan pun dengan tenang melantunkan perkataan suci, “hasbiyallah wa ni’mal wakil” (Cukuplah Allah sebagai penolongku karena Dia sebaik-baik penolong).”

Maka dengan izin Allah ia merasakan kesejukan dan kedinginan di saat api menyentuh tubuhnya sebagaimana yang pernah dialami oleh khalilullah Ibrahim a.s, sehingga ia keluar dari padanya dalam keadaan selamat tanpa ada luka bakar sedikit pun.

Demikianlah, potret dari dekatnya pertolongan Allah atas hamba-Nya, sebagaimana tandaskan Allah dalam satu firman-Nya, “Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari bersaksinya para saksi.” (QS. Ghafir: 51).

Saudaraku,
Ketika Abu Muslim berkunjung ke Madinah, ia disambut oleh Abu Bakar dan Umar r.a dengan sambutan yang hangat seraya berkata, “Selamat datang duhai kekasih Allah Ibrahimnya umat ini.”

Allahu Akbar!

Tahniah (ucapan selamat) yang tulus bukan mujamalah (basa basi), disampaikan oleh orang terdekat Nabi s.a.w, dan telah menggenggam tiket masuk surga dari beliau.

Saudaraku,
Shabri Syahin menceritakan dalam bukunya ‘siyar a’lam at-tabiin’, bahwa Abu Muslim al-Khaulani mempunyai kebiasaan unik.

Ia selalu mengucapkan salam ketika hendak masuk rumah. Lalu, sampai di dalam rumah, ia bertakbir dan disahut istrinya dengan takbir pula. Tiba di kamar ia bertakbir lagi dan disahut istrinya dengan takbir. Barulah ia masuk kamar, melepaskan selendang dan sepatunya. Lalu istrinya datang membawakan makanan.

Suatu malam ia datang dan bertakbir, tetapi istrinya tidak menyahut. Sesampai di kamar ia bertakbir dan mengucapkan salam, istrinya kembali bungkam. Tiba-tiba, lampu kamar menyala sedangkan istrinya duduk di dekat lampu sambil memegangi tongkat yang ditusuk-tusukkan ke tanah.

“Apa yang terjadi padamu?” tanya Abu Muslim kepada istrinya. Ia heran dengan perubahan sikap istrinya.

“Semua orang sudah kaya, kecuali dirimu, Abu Muslim! Seharusnya engkau datang kepada Muawiyah meminta seorang pelayan yang membantu kita dan sedikit fasilitas yang bisa kita gunakan untuk menopang hidup”, kata istrinya dengan nada protes.

“Ya Allah siapa yang telah merusak istriku, butakanlah matanya!” ucap Abu Muslim.

Rupanya, sebelum itu, seorang wanita datang kepada istrinya seraya menasihati, “Engkau istri Abu Muslim, seharusnya engkau berbicara kepada suamimu agar meminta pembantu kepada Muawiyah dan fasilitas untuk menopang kehidupan kalian!.”

Ketika wanita itu berada di rumahnya sedangkan lampu menyala, tiba-tiba matanya tidak bisa melihat. Wanita itu bertanya, “Apakah mati lampu?.”
Orang-orang menjawab, “Tidak.”

Wanita itu berkata, “Inna lillahi mataku buta!.”

Ia pun pergi mendatangi Abu Muslim dalam keadaan seperti itu (buta). Abu Muslim merasa kasihan melihat keadaannya dan berdoa panjang kepada Allah sehingga Allah memulihkan kembali penglihatannya. Istrinya pun menyadari kesalahannya dan kembali bersikap baik kepada suaminya, seperti semula.

Saudaraku,
Suatu ketika Abu Muslim datang menemui Muawiyah RA, seraya mengatakan, “Assalamu’alaika ya Ajiirul (pelayan) mukminin.”
Para pejabat dan para menterinya menoleh kepadanya seraya berkata, “Amirul mukminin…wahai Abu Muslim….”

Ia tidak menggubris mereka dan berkata, “Assalamu’alaika ya ajiiral mukminin.”

Orang-orang berkata, “Amirul Mukminin wahai Abu Muslim.”
Ia tidak mendengarkan perkataan mereka dan tidak menoleh kepada mereka dan ia berkata, “Assalamu’alaika ya ajiiral mukminin.”
Saat orang-orang hendak menegurnya lagi, Muawiyah menoleh kepada mereka dan berkata, “Biarkan Abu Muslim, ia lebih tahu dengan apa yang ia katakan.”

Abu Muslim mendekat kepada Muawiyah dan berkata kepadanya, “Sesungguhnya permisalanmu –setelah Allah mengangkatmu sebagai wali bagi urusan manusia- sebagaimana permisalannya orang yang menyewa seseorang atau mewakilkan kepadanya urusan dombanya. Ia memberikan upah kepadanya untuk mengurusi gembalanya, menjaga badannya dan memperbanyak woolnya dan susunya.

Apabila ia mengerjakan apa yang menjadi kesepakatan dengannya sehingga domba yang kecil tumbuh menjadi besar, yang kurus menjadi gemuk dan yang sakit menjadi sehat…ia memberikan upahnya dan melebihkannya.

Sebaliknya jika tidak becus dalam mengurus gembalanya dan lalai darinya hingga yang kurus menjadi binasa, yang gemuk menjadi kurus dan hilang wool-woolnya dan susu-susunya…maka ia menahan upahnya dan memarahinya serta menghukumnya. Maka pilihlah untuk dirimu apa yang ada kebaikan dan pahalanya untukmu.”

Muawiyah mengangkat kepalanya yang sebelumnya tertunduk ke tanah, ia berkata, “Semoga Allah berkehendak membalasmu dengan kebaikan.”

Saudaraku,
Kita sangat mendambakan munculnya orang-orang seperti Abu Muslim al-Khaulani di negeri kita.

• Seorang muslim pemberani yang tak gentar menghadapi kemungkaran dan penyimpangan. Adakah satu kemungkaran dan penyimpangan yang lebih besar daripada orang yang mengaku dirinya sebagai nabi?.

• Seorang yang memiliki ketajaman do’a. Sehingga ia bisa mendo’akan untuk keshalihan seorang pemimpin. Karena jika pemimpin shalih, maka warna keshalihan dan maslahatnya akan dirasakan banyak orang.

• Pada saat banyak orang yang car-muk (cari muka) di hadapan penguasa, justru Abu Muslim tampil berani menasihati Mu’awiyah, dan mengingatkannya tentang hakikat kekuasaan, bahwa ia hanya seorang pelayan umat, dan bukan ingin dilayani masyarakat.

• Orang yang mesra dan harmonis dengan keluarga, terutama istri yang setia menemani untuk mengarungi samudera kehidupan dalam suka dan duka.

• Dengan ketaatan dan keshalihan, akan mengundang datangnya pertolongan Allah s.w.t bagi Islam dan kaum muslimin.

Saudaraku,
Barangkali kita sering merasakan jauhnya pertolongan Allah dalam kehidupan kita, baik dalam skala pribadi maupun dalam naungan jama’ah, di mana banyak harapan dan tujuan serta cita-cita belum terwujud padahal segala daya dan upaya telah kita curahkan.

Dunia Islam hingga kini terus menangis, bahkan seolah-olah air mata telah mengering, luka parah semakin menganga, entah sampai kapan segala derita akan berakhir..Bilakah datangnya pertolongan Allah?.

Saudaraku,
Pertolongan Allah sangat dekat bagi orang-orang yang mengikhlaskan diri menolong agama-Nya, mampu mengendalikan hawa nafsunya, senantiasa membersihkan jiwanya, dan bagi orang-orang yang tidak mengikuti langkah setan.

Mudah-mudahan Allah munculkan orang-orang seperti Abu Muslim al-Khaulani di negeri kita, sehingga baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur, tercipta di negeri kita. Bukan sekadar senandung merdu pada acara-acara MTQ, baik tingkat kecamatan, kabupaten, propinsi maupun nasional. Amien, wallahu a’lam bishawab.



Metro, 13 Nopember 2014
Abu Ja’far Fir’adi

klik sumber

0 Komentar:

Posting Komentar

Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..

Recent Post widget Inspirasi Rabbani

Menuju

Blog Tetangga

Blog Tetangga
Klik Gambar untuk Berkunjung

Luwuk Banggai SULTENG

Luwuk Banggai SULTENG
ebeeee......