Masih lekat dalam ingatan kita tentang
sosok yang disebutkan Rasulullah Saw bahwa orang tersebut masuk surga
karena seekor lalat. Belum hilang dari pikiran kita tentang orang yang
masuk surga karena sebutir kurma. Pun, dengan seorang pezina yang
dimasukkan ke dalam surga karena keikhlasannya memberi minum seekor
anjing yang kehausan dan hampir mati.
Kisah-kisah itu dan banyak kisah lainnya
adalah pelajaran berharga betapa Islam sangat mengapresiasi amal
kebajikan pemeluknya. Meski nampak kecil, sederhana bahkan tak berarti,
ketika dilakukan dengan ikhlas dan Allah Swt meridhainya, maka sekecil
apa pun amalnya, manfaatnya amatlah agung.
Kesadaran inilah yang tuntas dimiliki
oleh para pejuang Islam generasi terdahulu dan sosok yang meneladaninya
dengan utuh, tanpa sedikit pun pengurangan. Mereka yang senantisa
melakukan hal-hal yang nampak kecil, tapi dilakukan secara terus menerus
hingga menjadi amalan unggulan nan fenomenal.
Banyak orang terdekat yang bertanya-tanya
tentang isi buntalan kain sang pangeran pembebas al-Quds ini. Pasalnya,
buntalan kain itu senantiasa dibawa olehnya baik dalam keadaan perang
maupun damai. Karenanya, tak sedikit orang yang berspekulasi tentang
isinya. Satu yang disepakati oleh orang-orang kala itu: isinya pastilah
sesuatu yang amat berharga.
Spekulasi tentang isi buntalan baru
terjawab sesaat sebelum sang pangeran wafat. Beliau membukanya, kemudian
memulai menjelaskan, “Ini adalah debu-debu yang menempel di kakiku
sepanjang berada dalam jihad fi sabilillah,” demikian tutur sang
pangeran sebagaimana dikutip oleh Salim A Fillah dalam “Lapis-Lapis
Keberkahan”. Rupanya, sang pangeran sengaja mengumpulkannya agar,
“kelak, mereka menjadi saksi bagiku di hadapan Allah Swt.”
Rupanya, buntalan itu memang sesuatu yang
istimewa, meski bentuknya gumpalan debu. Sang pangeran melanjutkan,
“Jadikan ini semua bantalan bagi jenazahku di dalam kubur,” beliau
sengaja mengumpulkannya dan sudah mempersiapkan kapan dan untuk apa
digunkannya. Tutupnya seraya berdoa, “Ya Allah, terimalah amalku dan
ampunilah dosaku.”
Debu. Kemudian terkumpul,
berulang-sering-intens, hingga menjadi gumpalan tanah. Jihad, adalah
puncak amal. Kemuliaan Islam pun, diperoleh karena melakukannya. Maka
yang berperan di dalamnya, tentulah seorang yang mulia.
Jangankan panglimanya, bahkan debunya pun bisa menjdi saksi untuk setiap langkah yang dikayuh, pedang terayun, niat nan terbersit dan semua sarana untuk mewujudkannya.
Jangankan panglimanya, bahkan debunya pun bisa menjdi saksi untuk setiap langkah yang dikayuh, pedang terayun, niat nan terbersit dan semua sarana untuk mewujudkannya.
Barangkali kita perlu bertanya
sungguh-sungguh kepada diri masing-masing, jika jenderal Shalahuddin
al-Ayyubi dalam kisah di atas telah mengumpukan debu-debu yang menempel
di kakinya dalam setiap jihad yang diikuti, apakah yang sudah kita
kumpulkan sebagai bukti kepada Allah Swt bahwa diri ini telah turut
menanamkan saham dalam perjalanan panjang menegakkan kalimat Allah Swt
ini? [Pirman]
sumber
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..