Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
juga berwasiat agar kaum muslimin selektif dalam memilih teman. Beliau
mengibaratkan teman yang baik seperti penjual minyak wangi. Saat dekat,
meski tak membeli dan memakai minyaknya, maka seseorang bisa merasakan
wanginya.
Sedangkan teman yang buruk diibaratkan
seperti pandai besi. Meskipun jauh darinya, maka panasnya api yang
terbawa angin bisa menerpa siapa temannya. Setelah mendekat, selain rasa
panasnya bertambah, seorang teman juga memiliki peluang yang besar
terkena hitamnya arang.
Ibnu Athailah as-Sakandari, seorang bijak
yang telah menulis kitab al-Hikam, juga memberi penekanan khusus
terkait memilih teman.
Beliau dalam salah satu kalimat hikmahnya melarang kaum muslimin berteman dengan dua jenis teman. Siapakah mereka?
“Janganlah engkau bersahabat dengan orang yang keadaannya tidak membangkitkan semangtmu.”
Semangat amatlah penting dalam menunjang
kesuksesan seseorang. Semangat adalah bahan bakar yang mampu menjadikan
seseorang terus melaju dalam berbagai proyek kebaikan. Semangat dalam
aktivitas ibarat nafas dalam kehidupan.
Maka seorang teman yang baik adalah ia
yang mampu menjadikan sahabatnya semakin bergairah dalam menjalankan
semua proyek kebaikan. Karenanya, sebelum menggapai derajat menjadi
semangat bagi orang lain, seseorang harus bisa menyemangati dirinya
untuk selalu berada dalam kebaikan.
Dalam tahap ini amat diperlukan ilmu dan
kedekatan dengan Allah Ta’ala. Karena Dialah sebaik-baik Pelindung bagi
hamba-hamba-Nya.
“Janganlah bersahabat dengan orang yang pembicaraannya tidak membimbingmu ke jalan Allah”
Inilah hal kedua yang harus diperhatikan.
Selain semangat, seorang teman yang baik harus bisa membimbing temannya
agar mengenal atau semakin dekat dengan Allah Ta’ala.
Pembicaraan disebut secara khusus dalam
nasihat ini karena obrolan sudah menjadi sesuatu yang pasti dalam sebuah
pertemanan. Karenanya, seorang muslim harus berupaya seoptimal mungkin
agar setiap kata, kalimat, atau cerita yang ia sampaikan bisa
mengingatkan sahabatnya kepada Allah Ta’ala.
Semoga dengan memerhatikan dua hal ini,
kita bisa menjadi sahabat yang baik; yang menyemangati sahabatnya dan
mendekatkan-Nya kepada Allah Ta’ala dengan ucapan maupun perbuatan yang
kita lakukan. [Pirman]
sumber
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..