Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!
Hal terpenting dari waktu adalah efek akumulasi dan Konsep Penggandaan
Setiap kali ada pergantian tahun seperti sekarang, saya selalu
membangunkan kembali kesadaran saya tentang waktu dan cara merasakannya.
Cara setiap orang merasakan waktu berbeda karena "satuan waktu" yang
mereka gunakan juga berbeda. Itu lahir dari falsafah hidup yang juga
berbeda. Jika kita memaknai hidup sebagai pertanggungjawaban, maka waktu
adalah masa kerja. Waktu adalah kehidupan itu sendiri.
Orang-orang beriman membagi waktu - seperti juga hidup – ke dalam waktu
dunia dan waktu akhirat. Itu 2 sistem waktu yang sama sekali berbeda.
Waktu dunia adalah waktu kerja. Waktu akhirat adalah waktu
pertanggungjawaban dan pembalasan atas nilai waktu kerja di dunia. Waktu
kerja di dunia mengharuskan kita memaknai setiap satuan waktu sebagai
satuan kerja. 1 unit waktu harus sama dengan 1 unit amal. Persamaan itu,
1 unit waktu sama dengan 1 unit kerja, membuat hidup kita jadi padat
sepadat-padatnya, nilai waktu terletak pd isinya, kerja!
Tidak
ada hal yang paling tidak bisa dipertanggungjawabkan dalam hidup orang
beriman selain waktu luang. Itu hidup yang tidak terencana. Waktu luang
lahir dari pikiran dan jiwa yang kosong, yang tidak punya daftar
pekerjaan yang harus dieksekusi. Hidup mereka longgar tak bernas. Mereka
yang punya daftar pekerjaan utk dieksekusi menempatkan waktu sebagai
sumber daya tak tergantikan. Karena itu tidak boleh lewat tanpa nilai.
Efek waktu adalah akumulasi
Menyadari waktu adalah menyadari efeknya dan efek terpenting dari waktu
adalah efek akumulasi. Sesuatu tidak terjadi seketika tapi bertahap.
Akumulasi dari tindakan yang sama yang kita lakukan secara berulang2
akan menjadi karakter pada skala individu. Akumulasi dari karakter
individu selanjutnya menjadi budaya dalam skala masyarakat. Akumulasi
itu terjadi dalam rentang waktu tertentu. Akumulasi budaya dari berbagai
kelompok masyarakat dalam rentang waktu tertentu itulah yang berkembang
menjadi peradaban. Karena efek akumulasi sebuah peradaban tidak bisa
bangkit seketika atau runtuh seketika. Ada faktor-faktor yang
mempengaruhinya secara akumlatif.
Masyarakat bangkit melalui
akumulasi kontribusi. Produktivitas individu-individu di dalamnya berupa
karakter dan ide yang membentuk budaya mereka. Begitu juga keruntuhan
sebuah masyarakat, itu akumulasi karakter dan ide destruktif
individu-individunya yang membentuk budaya keruntuhannya.
Contoh
lain adalah kesehatan. Kualitas kesehatan fisik dan mental kita di atas
usia 40 tahun adalah akumulasi dari pola hidup sehari-hari kita.
Sebagian besar penyakit yang kita alami di atas usia 40 tahun itu adalah
akumulasi ketidakseimbangan pola hidup yang berlangsung lama. Begitu
juga dengan struktur pengetahuan kita, itu adalah akumulasi ilmu yang
kita peroleh sehari-hari melalui bacaan dan media belajar lain.
Usia membuat orang lebih arif karena ia mengalami akumulasi pengetahuan.
Tehnologi hari ini adalah akumulasi tehnologi kemarin. Karena itu Nabi
Muhammad saw mengatakan "Jangan pernah meremehkan kebajikan sekecil apa
pun itu". Itu karena sifat akumulasinya. Beliau juga mengatakan "Amal
yang paling baik dan paling dicintai Allah adalah yang berkelanjutan
walaupun hanya sedikit". Itu akumulasi. Kebajikan kecil-kecil yang kita
lakukan secara terus-menerus menunjukkan perhatian dan konsistensi serta
keterlibatan emosi yang dalam. Nilai-nilai emosi yang menyertai amal
itu hanya bisa dilihat dalam rentang waktu. Karena itu, waktu jadi alat
uji iman dan karakter yang efektif.
Sisi negatif manusia juga
akumulatif. Dosa yang dilakukan berulang-ulang akan menjadi karakter dan
selanjutnya memenuhi ruang hati manusia. Dosa yang telah jadi karakter
tidak akan menyisakan ruang bagi dorongan kebajikan dalam diri
seseorang. Allah akhirnya mengunci hatinya. Akumulasi dosa yang menjadi
karakter menutup mata hati seseorang. Ada tabir yang menghalagi mata dan
telinganya utk melihat kebenaran. Akumulasi itulah yang sebenarnya
banyak menipu manusia pendosa karena terjadi secara perlahan dan tidak
disadari oleh pelaku. Terlalu halus.
Karena efek akumulasi itu,
maka sifat-sifat terpuji yang paling banyak berhubungan dengan waktu
adalah kesabaran dan ketekunan. Tidak ada prestasi besar yang bisa kita
raih dalam hidup tanpa kesabaran dan ketekunan yang panjang, sebab semua
perlu waktu yang lama. Kecerdasan yang tidak disertai kesabaran dan
ketekunan tidak akan membuahkan hasil apa-apa. Itu ciri orang cerdas
yang tidak produktif. Itu sebabnya mengapa di antara semua sifat yang
paling terulang dalam Qur'an adalah sabar. Termasuk hubungan dengan
waktu dalam surat Al 'Ashr.
Kesabaran dan ketekunan adalah sifat
utama yang melekat pada orang-orang besar, baik dalam dunia militer,
bisnis, ekademik atau politik. Kesabaran dan ketekunan juga merupakan
sifat dasar kepemimpinan, karena mereka harus memikul beban berat dalam
jangka waktu yang lama. Kesabaran dan ketekunan adalah indikator
kekuatan kepribadian seseorang. Artinya ia punya tekad yang takkan
terkalahkan oleh rintangan.
Efek akumulasi juga mengajarkan kita
untuk berpikir secaraO sekuensial. Berurut mengikuti deret ukur waktu.
Itu strategic thinking. Kemampuan berpikir sekuensial adalah bagian dari
kemampuan berpikir strategis yang diajarkan oleh kesadaran akan waktu.
Efeknya besar! Kemampuan berpikir sekuensial terutama diperlukan saat
kita membaca sejarah dan berbagai fenomena sosial politik. Juga dalam
perencanaan.
Konsep Penggandaan
Sebagai sumber daya waktu
sangat terbatas, orang-orang produktif pasti selalu merasa bahwa waktu
mereka terlalu sedikit dibanding rencana amal mereka. Umat Muhammad saw
juga mempunyai umur masa kerja yang jauh lebih pendek dari umat-umat
terdahulu, untuk sebuah hikmah Ilahiyah yang kita tidak tahu. Jadi harus
ada cara mengatasi keterbatasan itu. Untuk itulah Islam memperkenalkan
makna efesiensi melalui konsep penggandaan.
Kita menggunakan
waktu yang sama untuk sholat 5 waktu secara jamaah atau sendiri, tapi
mendapatkan pahala yang berbeda. Waktu sama pahala beda. Waktu yang sama
dengan pahala yang berbeda adalah inti dari konsep penggandaan. Ini
menciptakan perbedaan mencolok dan mengatasi keterbatasan. Konsep
penggandaan ini bisa mengubah persamaan dari sblmnya 1 unit waktu sama
dengan 1 unit amal menjadi 1 unit waktu sama dengan beberapa unit amal.
Ajaran tentang amal jariah, sedekah jariyah, ilmu yang diajarkan, anak
sholeh yang terus mendoakan, juga penerapan lain dari konsep
penggandaan.
Konsep penggandaan bukan saja mengajarkan bagaimana
mengatasi keterbatasan sumber daya tapi juga bagaimana memaksimalkan
sumber daya yang terbatas itu. Konsep penggandaan bukan saja mengajar
bagaimana mengatasi keterbatasan sumberdaya, tapi juga bagaimana
melipatgandakan hasil dari sedikit sumber daya. Seseorang bisa hidup
lebih lama dari umurnya dengan konsep penggandaan itu. Caranya dengan
menciptakan amal yang dampaknya lebih lama dari umur kita.
Seperti individu, masyarakat juga punya umur. Peradaban juga punya umur.
Umur masyarakat ditentukan oleh akumulasi umur individu. Umur sosial
menjadi panjang jika banyak individunya melakukan kerja-kerja
penggandaan. Salah satunya adalah pewarisan ilmu pengetahuan.
Umur peradaban juga begitu. Peradaban barat moderen dibangun pertama
kali oleh spanyol dan portugis, lalu inggris dan prancis, lalu AS.
Epicentrum sebuah peradaban berpindah dari 1 masyarakat ke yang lain,
begitu umur sosial masyarakat itu habis. Walaupun secara fisik tetap
ada. Seperti Barat, peradaban Islam juga dipikul banyak suku bangsa.
Mulanya Arab, lalu Persia, lalu Afrika, lalu Turki, lalu Mongol dst.
Akumulasi umur sosial dari suku bangsa itu menentukan panjang pendeknya
umur peradaban. Makin banyak yang memikulnya makin panjang umurnya.
Muhammad Anis Matta
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..