 
 
Sejumlah mubaligh, sufi, dan penulis kadangkala menceritakan hadits 
tentang kisah ‘Abdurrahman bin ‘Auf yang memasuki surga dengan merangkak
 dikarenakan terlalu banyak memiliki kekayaan. Biasanya kisah ini 
dipaparkan saat membahas tentang keutamaan kemiskinan atas kekayaan dan 
kehidupan yang zuhud.
Bagaimanakah sebenarnya kisah tentang veteran Perang Badar tersebut? Mari kita simak.
Matan Hadits
Ketika ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha sedang berada di rumahnya, tiba 
tiba terdengar olehnya suara yang mengguncangkan Madinah. ‘Aisyah pun 
berkata, “Suara apa itu?”
Orang orang menjawab, “Itu suara kafilah dagang ‘Abdurrahman bin ‘Auf yang baru datang dari Syam sebanyak tujuh ratus unta.”
‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha berkata: Adapun aku pernah mendengar 
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Aku melihat 
‘Abdurrahman bin ‘Auf memasuki surga dengan merangkak.”
Ucapan itu sampai ke telinga ‘Abdurrahman bin ‘Auf, lalu ‘Abdurrahman
 bin ‘Auf mendatangi ‘Aisyah untuk menanyakan hal itu. ‘Aisyah pun 
menceritakan hadits tersebut.
‘Abdurrahman bin ‘Auf berkata, “Sesungguhnya kupersaksikan kepadamu, 
bahwa semua unta ini beserta beban yang dibawanya, juga semua pelana dan
 sekedupnya, aku berikan untuk perjuangan di jalan Allah.”
Dan dalam riwayat lain, ‘Abdurrahman bin ‘Auf berkata, “Seandainya 
aku mampu, niscaya kumasuki surga dengan berjalan.” Lalu dia pun 
memberikan semua unta beserta pelana pelana dan muatannya untuk 
perjuangan di jalan Allah. Dan itu sebanyak tujuh ratus ekor unta yang 
suaranya mengguncangkan Madinah.
Takhrij Hadits
Hadits yang datang membawa kisah ini dikeluarkan oleh Ahmad di kitab Musnad (1/115; 24886), Ath Thabarani di kitab Al Mu’jam (1/129; 264), Abu Nu’aim di kitab Ma’rifah Ash Shahabah (1/384) dan di kitab Al Hilyah (1/98), Ibn Al Jauzi di kitab Al Maudhu’at (2/13); semuanya dari jalan ‘Umarah bin Zadzan dari Tsabit al-Bunani dari Anas bin Malik.
Pendapat Para Muhaddits
Al Hafizh Ibn Hajar Al Asqalani menyebutkan ‘Umarah bin Zadzan di kitab at-Tahdzib (7/365), dan beliau mengatakan:
- Telah berkata Al Atsram dari Ahmad, “Yang diriwayatkan dari Tsabit dari Anas adalah hadits-hadits mungkar.”
- Dan berkata Al Ajurri dari Abu Dawud, “Laisa bi dzaka.”
- Dan As Saji berkata, “Padanya terdapat kelemahan, tidak ada apa-apanya dan tidak kuat dalam hadits.”
Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani berkata  di kitab al-Qaul al-Musaddad
 (halaman 25), “Aku melihatnya tidak meluaskan pembicaraan atas kisah 
ini, maka cukuplah bagi kita persaksian Imam Ahmad bahwa kisah itu 
dusta. Lebih utama kita katakan, “Kisah ini termasuk di antara 
hadits-hadits yang diperintahkan oleh Imam Ahmad untuk disingkirkan, 
bisa jadi dari yang seharusnya disingkirkan itu tertinggal karena lupa 
atau bisa jadi sebagian lagi dari yang (ditambahkan) oleh ‘Abdullah (bin
 Ahmad bin Hanbal) dan luput disingkirkan, Wallahu a’lamu.”
Imam Ad Daruquthni menyebutkan ‘Umarah bin Zadzan di kitab Adh Dhu’afa wa Al Matrukin
 (382) seraya mengatakan, “’Umarah bin Zadzan Ash Shidalani, orang 
Bashrah, dia meriwayatkan dari Tsabit Al Bunani dan Abu Ghalib lalu 
memalsukannya.”
Imam Ibnu Al Jauzi di kitab Al Maudhu’at (2/13) menulis:
- Imam Ahmad bin Hanbal berkata, “Hadits ini dusta dan mungkar.” Dia berkata, “’Umarah bin Zadzan tidak bisa dijadikan hujjah.”
- Imam Abu Hatim Ar Razi berkata, “’Umarah bin Zadzan tidak bisa dijadikan hujjah.”
- Al Jarah bin Minhal meriwayatkan dengan sanad miliknya dari ‘Abdurrahman bin ‘Auf bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Wahai Ibn ‘Auf, sesunggunya kamu termasuk kalangan orang kaya, dan sesungguhnya kamu tidak memasuki surga kecuali dengan merayap. Maka berikan pinjaman untuk Rabb-mu (dari hartamu), niscaya Allah akan melepaskan kedua kakimu (hingga bisa berjalan).” Imam An Nasa’i berkata, “Hadits ini palsu. Al arah bin Minhal matruk al hadits.” Yahya berkata, “Hadits Al Jarah tidak ada apa-apanya.” Ibn Al Madini berkata, “Haditsnya jangan ditulis.” Ibn Hibban berkata, “Dia biasa berdusta.” Ad-Daruquthni berkata, “Ibnu Ishaq meriwayatkan darinya lalu membalikkan namanya menjadi Minhal bin Al Jarah, dan dia itu matruk.”
Imam Ibn Al Jauzi berkata: “Hadits bathil semisal ini terkait dengan 
kepandiran orang-orang yang zuhud. Mereka memandang bahwa harta itu 
merupakan penghalang dari kesegeraan menuju kebaikan. Mereka juga 
mengatakan, “Jika Ibn ‘Auf memasuki surga sambil merayap dengan sebab
 hartanya, maka itu sudah cukup menjadi alasan tentang ketercelaan 
harta.” Padahal hadits ini tidaklah shahih, dan ‘Abdurrahman bin 
‘Auf –shahabat yang telah dipersaksikan baginya surga- terlepas dari 
(anggapan) bahwa dia terhalang oleh hartanya dari kesegeraan (menuju 
surga), karena mengumpulkan harta itu memang mubah, yang tercela itu 
adalah cara mendapatkannya yang tidak benar dan tidak mengeluarkan 
kewajiban atas harta itu di dalamnya, sedangkan ‘Abdurrahman bin ‘Auf 
itu terlepas dari kedua hal itu. 
Thalhah pun telah mewariskan emas, 
demikian juga az-Zubair dan para shahabat lain. Jika mereka mengetahui 
bahwa mengumpulkan harta itu buruk, niscaya mereka akan mengeluarkan 
semuanya. Dan berapa banyak tukang cerita yang menyebarluaskan hadits 
semacam ini yang menganjurkan kepada kefakiran dan mencela kekayaan, 
maka semoga Allah membanyakkan ulama yang mengetahui yang shahih dan 
memahami ushul.”
Kesimpulan
Hadits tentang shahabat ‘Abdurahman bin ‘Auf Radhiyallahu ‘Anhu 
adalah hadits palsu yang ditinggalkan. Kisahnya tidak benar dan 
bertentangan dengan hadits shahih mengenai Ahli Badar.
Nabi bersabda, “Dia berperan serta dalam perang Badar. Siapa tahu 
bisa jadi Allah melongok kepada Ahli Badar, lalu berfirman, “Lakukanlah 
apa yang kalian suka karena Aku telah menganpuni kalian.””
sumber : fimadani.com 
 
 
 
 
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..