Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!
Ada seorang anak SD yang tinggal bersama neneknya. Namanya Asep. 
Setiap berangkat sekolah, ia berjualan gorengan. Ia tidak malu berjualan
 gorengan untuk membantu kebutuhan sehari-hari keluarganya. Terkadang, 
ia berangkat ke sekolah sambil nyeker (tanpa alas kaki) karena 
keterbatasan (ekonomi) keluarganya. Di luar waktu sekolah, Asep mengisi 
waktu luangnya dengan belajar. Ia terkenal kutu buku. Sering sekali ia 
membaca buku dengan semangat di atas pohon, padahal di bawah dekat pohon
 itu ada kuburan. Saat suasana mulai gelap, barulah ia turun dari pohon 
tersebut. Ia juga sering mengaji Al-Qur’an di masjid.
 Selain ilmu
 umum di sekolah, ia pun senang belajar ilmu-ilmu agama Islam. 
Alhamdulillah, dengan izin Allah SWT, Asep bisa melanjutkan sekolah 
sampai SMA. Pada saat SMA, minat dan semangatnya terkait agama 
menyebabkan Asep aktif di rohis (kerohanian Islam). Keilmuan Asep di 
bidang agama pun mulai diakui oleh masyarakat. Di usianya yang masih 
sangat muda, ia sudah sering menjadi ustadz muda yang diminta berceramah
 dari satu kampung ke kampong lainnya.
 Suatu ketika, Asep sedang 
menyampaikan ceramahnya dengan bahasa yang sistematis dan jelas. Para 
hadirin terpesona dengan penjelasan Asep yang sederhana dan mudah 
dipahami. Ada seorang wanita yang matanya sembap, air mata pun mengalir.
 Ia bersyukur kepada Allah karena Asep diberi karunia ilmu agama dan 
dipercaya oleh masyarakat. Ternyata, wanita tersebut adalah ibunda Asep 
yang ikut hadir. Setelah SMA, Asep diterima kuliah di IPB. Namun, dengan
 berat hati ia tidak melanjutkan kuliah karena memprioritaskan 
adikadiknya yang masih sekolah dan perlu biaya yang banyak. Ia pun 
sempat diterima di IAIN Sunan Gunung Djati (sekarang UIN Sunang Gunung 
Djati). Dengan keterbatasan ekonomi keluarganya, Asep berusaha mencari 
beasiswa.
 Alhamdulillah, pada saat itu ada pengumuman penerimaan 
mahasiswa baru Universitas Muhammad Ibnu Sa‘ud Saudi Arabia cabang Asia 
Tenggara. Asep mendaftar dan lulus dengan beasiswa penuh untuk belajar 
bahasa Arab dan ilmu syariah di universitas tersebut. Asep belajar 
dengan tekun sehingga berhasil lulus kuliah. Setelah lulus, Asep terus 
aktif dalam dunia dakwah. Ia pun dikenal oleh masyarakat sebagai salah 
seorang da‘I yang juga aktif dalam bidang pendidikan dan politik.
 Nah, Asep yang dulu penjual gorengan itu sekarang ada di rumah kita,” 
pungkas Bu Netty Prasetiyani sambil tersenyum mengakhiri cerita kepada 
anak-anaknya. “Oh, jadi Asep penjual gorengan itu Bapak, ya?’ Itulah 
ungkapan yang muncul dari anak-anak saat pertama kali mendengar cerita 
‘Asep Penjual Gorengan’,” tambah Bu Netty.
 Kami tidak menyangka 
bahwa ternyata kisah “Asep Penjual Gorengan” itu adalah kisah nyata 
Gubernur Jawa Barat saat masih kecil, di daerah Sukabumi. Ternyata, Asep
 itu adalah panggilan Pak Ahmad Heryawan waktu kecil. Saya baru ingat 
bahwa Universitas Muhammad Ibnu Sa‘ud cabang Asia Tenggara itu bernama 
LIPIA (Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab) yang bertempat di 
Jakarta dan merupakan kampus tempat Pak Ahmad Heryawan dahulu berkuliah 
dan menimba ilmu bahasa Arab dan keislaman.
 
 
 
 
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..