Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!
Sahabat yang mulia Anas ibn Malik radhiyallahu anhu 
bercerita, bahwa ayahnya yang bernama Malik berkata kepada istrinya Ummu
 Sualim binti Milhan [ibunda Anas], “Laki-laki itu [maksudnya adalah 
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam] mengharamkan khamr.” Oleh 
karena itu Malik meninggalkan istrinya ke negeri Syam, di negeri itu 
Malik mati dalam kondisi musyrik.
Ummu Sulaim-pun setelah itu menjadi janda. suatu hari datanglah Abu 
Thalhah yang saat itu masih musyrik untuk melamar Ummu Sulaim.
Ummu Sulaim berkataa, “Hai Abu Thalhah, orang sepertimu tidak layak 
ditolak, akan tetapi anda seorang musyrik sementara aku seorang muslimah
 karena itu aku tidak mengkin menikah denganmu.”
Coba kita lihat, bagaimana sikap Ummu Sulaim dalam melakukan amar 
ma`ruf nahi munkar kepada Abu Thalhah yang akan melamarnya dan nanti 
kita lihat da`wah yang dilakukannya agar Abu Thalhah masuk islam. begitu
 juga keteguhan imannya, dia tidak terpengaruh dengan keyakinan suaminya
 yang pada akhirnya meninggalkan dirinya menjadi janda karena 
keislamannya.
Kita lanjutkan dialog Ummu Sulaim dengan Abu Thalhah
Abu Thalhah berkata, “Bukan itu maksudmu kan?”
Ummu Sulaim, “Lalu apa maksudku?”
Abu Thalhah, “Emas dan perak.”
Ummu Sulaim, “Aku tidak mengharap emas dan perak, aku ingin islam 
darimu, jika anda masuk islam maka itulah maharku, aku tidak minta yang 
lain.”
Ummu Sulaim, tidak tergiur dengan harta kekayaan, emas dan perak 
untuk menukar agamanya bahkan demi iman dan islamnya ia menolak semua 
itu. tapi hari ini kita menyaksikan banyak orang menikah dengan motif 
karena harta kekayaan tanpa memperhatikan kualitas iman dan ketinggian 
akhlaq. dan ini pada akhirnya memicu problem suami istri dikemudian 
hari, apalagi Rasul sudah mengingatkan agar seseorang memilih pasangan 
hidupnya berdasarkan standar kualitas agama kalau ia ingin selamat. [Fazfar bi dzaatid diin taribat yadaak, pilihkan yang memiliki kualitas agama yang bailk, niscaya kamu selamat].
Selanjutnya,..
Abu Thalhah berkata, “Siapa yang akan menunjukkan hal itu kepadaku?”
Ummu Sulaim menjawab, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.”
Maka berangkatlah Abu Thalhah menjumpai Rasulullah yang saat itu 
sedang duduk bersama para sahabat. tatkala Rasulullah melihat Abu 
Thalhah beliau berkata, “Abu Thalhah datang, terlihat cahaya islam 
dikedua matanya.”
Abu Thalhah menyampaikan apa yang diucapkan oleh Ummu sulaim, maka Abu Thalhah menikahi Ummu Sulaim dengan mahar keislamannya.
Tsabit Al-Bunani rawi kisah ini dari Anas ibn Malik, berkata, “Kami 
tidak melihat ada mahar yang lebih agung dari maharnya Ummu Sulaim, ia 
rela Islam sebagai maharnya.”
Abu Thalhah radhiyallahu anhu menikahi Ummu Sulaim seorang wanita 
anshar yang mulia yang memiliki mata yang indah dari Ummu Sulaim ini 
Allah menganugrahkan seorang anak yang begitu dicintai oleh Abu Thalhah.
Suatu saat anak itu terserang penyakit, Abu Thalhah sangat cemas dan sedih dengan sakitnya putra yang sangat disayanginya.
Abu Thalhah shalat subuh bersama Nabi dan terus bersama beliau sampai
 menjelang siang, setelah itu ia pulang untuk makan dan beristirahat. 
setelah shalat dzuhur Abu Thalhah pergi menunaikan urusannya dan baru 
pulang pada waktu isya`. malam itu Abu Thalhah shalat isya bersama Nabi 
shallallahu alaihi wa sallam di masjid dan pada saat itulah putranya 
wafat.
Ummu Sulaim berkata, “Jangan ada seorangpun yang memberi tahu Abu Thalhah tentang kematiaan anaknya, biar aku sendiri yang melakukannya.”
Ummu Sulaim lalu memandikan anaknya, mengkafaninya dan menidurkannya 
ditempat tidurnya. tak lama setelah itu Abu Thalhah pulang ke rumah 
bersama beberapa sahabatnya. sesampainya di rumah ia berkata kepada Ummu
 Sulaim, “Bagaimana kondisi anakku?”
Ummu Sulaim menjawab, “Wahai suamiku, sejak ia sakit, ia tidakl pernah setenang saat ini, aku berharap ia sedang beristirahat.”
Setelah itu Ummu Sulaim menyiapkan makan malam untuk suaminya, Abu 
Thalhah pun makan bersama dengan kawan-kawannya, setelah selesai dan 
semua temannya pulang, Abu Thalhah ingin beristirahat. Ummu Sulaim 
menyibukkan dirinya berhias mempercantik dirinya sebaik mungkin, lalu ia
 menyusul suaminya ditempat istirahatnya. Abu Thalhah melihat istrinya 
yang sangat cantik, aroma harum tubuh istrinya menambah hasratnya 
sebagai suami menjadi menjadi bergejolak, perutnya kenyang, perasaannya 
tenang dan istrinya yang cantik ada dihadapannya, maka… [tahu sendiri 
dah apa yang terjadi..]
Di akhir malam Ummu Sulaim berkata kepada suaminya, “Suamiku, 
seandainya ada suatu kaum yang dipinjami sesuatu, lalu pemiliknya 
memintanya, apakah mereka berhak menahannya?”
Abu Thalhah menjawab, “Tentu tidak boleh, wahai istriku.” 
Ummu Sulaim berkata, “Allah telah meminjamkan seorang anak kepadamu 
dan tadi ia telah mengambilnya kembali, bersabarlah dan memohonlah 
pahala kepadaNya.”
Mendengar ucapan istrinya, Abu Thalhah marah seraya berkata, “Mengapa
 baru sekarang kamu mengatakannya padaku, setelah aku melakukan padamu 
apa yang aku lakukan.”
Setelah itu Abu Thalhah ber-istirja` lalu mengucapkan alhamdulillah.
Ketika pagi tiba, Abu Thalhah melakukan shalat subuh berjamaah 
bersama dengan Rasulullah di masjid beliau, setelah selesai shalat Abu 
Thalhah menyampaikan apa yang terjadi dengan keluarganya dan sikap 
istrinya menghadapi peristiwa tsb. mendengar penuturan Abu Thalhah, 
Rasulullah bersabda mendoakan keduanya dengan ucapan, “baarakallaahu 
lakumaa fii lailatikumaa [ semoga Allah memberkahi kalian berdua di 
malam itu]
Luar biasa, walaupun putranya wafat, Ummu Sulaim menyambut suaminya 
dengan penuh kemesraan juga memperhatikan kebutuhan-kebutuihannya dan 
melayaninya dengan sempurna, ia tidak mengejutkan suaminya dengan berita
 kematian anaknya, ia tidak menyampaikan itu semua karena tau suaminya 
lelah dan butuh istirahat, baru setelah semuanya tenang ia menyampaikan 
berita duka itu dengan cara menyampaikan sebuah tamtsil yang sederhana 
tapi sangat mengena dalam diri suaminya.
Ummu Salamah juga memperlihatkan sosok wanita yang sabat atas musibah
 yang menimpanya dan ini adalah bukti nyata akan kekuatan imannya.
Dalam sebuah hadis riwayat Imam Muslim, Rasulullah bersabada, “Tidak 
seorang muslimpun yang tertimpa musibah lalu ia berkata “innaa lillaahi 
wa innaa ilaihi raaji`uun” lalu ia ucapkan Ya Allah berilah ganjaran 
padaku dalam musibah yang menimpaku dan beri ganti padaku dengan yang 
lebih baik darinya”, kecuali Allah akan memberi ganti yang lebih baik.”
Ummu Salamah radhiyallahu anha berkata, “Ketika Abu Salamah wafat, 
aku berkata, “Siapa yang lebih baik dari Abu Salamah, keluarga pertama 
yang melakukan hijrah?”, lalu ia mengucapkan doa diatas , kata Ummu 
Salamah, “Allah memberiku ganti yang lebih baik dari Abu Salamah yaitu 
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.” [Setelah sampai `iddahnya Ummu
 Salamah di khitbah oleh Rasulullah dan menjadi istri beliau]
Begitupun dengan Ummu Sulaim, setelah Abu Thalhah menceritakan 
kasusnya kepada Rasulullah maka beliau mendoakan keberkahan bagi mreka 
berdua pada malam mereka bercampur dan setelah itu Ummu Salamah 
mendapatkan seorang putra yang kelak menjadi anak yang shalih yang 
anak-anaknya semuanya hafal Al Qur`an..
Rabbanaa hab lanaa min azwaajinaa wa dzurriyyaatinaa qurrata a`yun waj`alnaa lil muttaqiina imaamaa
Allahumma Aamiin
.fimadani  / Inspirasi Rabbani
 
 
 
 
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..