“Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai…” (QS Ali Imran [3]: 103)
Berbicara soal kebangkitan memang akan selalu menarik, terlebih di saat kita sedang memperjuangkannya dan belum juga berhasil. Semua menawarkan berbagai upaya untuk memperjuangkan kebangkitan. Berbagai slogan mengalir tak kenal henti. Konon, digembar-gemborkan bahwa abad ke-15 hijriyah sebagai abad kebangkitan Islam. Namun, sampai saat ini ternyata umat Islam masih nyungsep dan belum ada tanda-tanda menggeliat untuk bangkit.
Kaum muslimin tetap terpuruk dalam berbagai persoalan yang menderanya, dari mulai masalah kemiskinan, kerusakan moral, ketertinggalan dalam teknologi, sampai masalah politik. Sudah tentu berbagai upaya telah dilaksanakan, dari mulai membangun ekonomi, karena melihat kaum muslimin kedodoran di bidang ini. Juga melakukan perbaikan akhlak, ketika melihat kaum muslimin banyak melakukan perbuatan maksiyat. Namun ternyata derita tak kunjung padam.
Kita harus tahu dan sadar, bahwa arti kebangkitan bagi kaum muslimin sangatlah berarti. Maka, penyelesaian yang benar dan baik akan sangat menentukan langkah untuk mengupayakan kebangkitan. Setiap menyelesaikan persoalan, kita harus mengembalikan pada akar masalahnya. Karena, sudah pasti, bila masalah utamanya sudah ditemukan, maka penyelesaian lanjutnya bisa ditebak dan diusahakan jalan keluarnya. Kita sudah banyak belajar dari pengalaman. Terbukti, kuatnya bidang ekonomi tak mampu mengangkat penderitaan umat dan membuatnya bangkit. Ini telah dibuktikan dengan negeri-negeri Islam yang kuat di bidang ekonominya seperti Arab Saudi dan Kuwait, ternyata umat Islam tetap terpuruk.
Begitu juga dengan tingginya akhlak, tak mampu membuat umat Islam digdaya. Ini dibuktikan oleh tingginya akhlak kaum muslimin di Madinah. Dan itu semua menjadi barometer bahwa masalah ekonomi dan akhlak bukan masalah utama. Bandingkan dengan negeri-negeri Eropa, seperti Prancis, misalnya. Negara itu maju meski akhlak masyarakatnya bejat.
Lalu, yang jadi masalah apa? Pemikiran. Ya, taraf berpikir yang sebenarnya akan mampu membebaskan umat dari belenggu yang selama ini mengikatnya untuk tetap terpuruk dalam kerendahan pola berpikir yang membuatnya malas untuk bangkit dan bersaing dengan umat lain.
Kemudian, kebangkitan yang benar itu seperti apa? Satu-satunya kebangkitan yang benar adalah kebangkitan yang dilandasi oleh fikrah Islamiyah (pemikiran Islam), karena kebangkitan itu sajalah yang merupakan peningkatan taraf berpikir yang ditegakkan atas asas ruhiyah, yakni atas asas La Ilaha Illallah. Allah SWT. pun menjamin tegaknya kalimat-Nya dan kehancuran kalimat kufur, sebagaimana firman-Nya:
“….dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”(QS at-Taubah [9]: 40)
Untuk membangkitkan umat dari kerendahan taraf berfikir ini, jelas diperlukan kerja ekstra keras dan perhatian yang lebih. Karena itu, membangkitkan umat jelas adalah tanggung jawab bersama. Mau tidak mau, kita harus bersatu dalam satu pemikiran dan perasaan untuk membangkitkan umat ini, tidak bisa sendiri-sendiri.
***http://osolihin.wordpress.com/2011/08/16/kebangkitan-hakiki/
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..