| Ilustrasi | 
Seseorang  yang baru masuk Islam, kadang menghadapi proses yang sulit dan  membingungkan. Para mualaf ini tak jarang harus menghadapi reaksi keras  dari pihak keluarga atau menemui kesulitan untuk sekedar menemukan toko  terdekat yang menjual daging halal.
Untuk membantu para mualaf baru ini melewati masa transisi, Muslim di  Wales membuat proyek yang disebut New Muslim Project Wales (NMPW).  Proyek ini juga menawarkan kelas-kelas pendidikan agama Islam, menggelar  kegiatan sosial dan sistem pertemanan atau pendampingan bagi para  mualaf baru.
NMPW berusaha mendata para mualaf-mualaf baru di seluruh Wales dan  dari data tersebut, terlihat bahwa terjadi peningkatan jumlah mualaf  dalam jangka waktu yang cukup cepat. "Saya tidak ingin main-main dengan  jumlah angka ... tapi saya tercengang ketika memperbaharui database  ternyata terjadi peningkatan jumlah mualaf yang cukup cepat," kata Abdul  Rahman seperti dikutip WalesOnline.
Menjadi Seorang Muslim
Abdul Rahman sendiri, sebelum masuk Islam adalah seorang Kristiani  yang aktif dan taat. Suatu ketika ia pindah ke Afrika Selatan dan  mendengar adzan. Ia sangat terkesan mendengar panggilan salat itu dan  mulai tertarik untuk mengetahui lebih dalam figur Rasulullah Muhammad  saw.
"Saya tiba disana (Capetown, ibukota Afrika Selatan) pada tahun 1992,  tak berapa lama setelah sistem apartheid di negeri itu dihapus. Saya  sering melihat sekelompok Muslim kulit hitam disana ... dan saya  perhatikan setiap hari Jumat, banyak toko milik Muslim tutup dan mereka  melakukan kegiatan ibadah," kisah Abdul Rahman mengenang pengalamannya  saat di Afrika Selatan.
Ia melanjutkan ceritanya,"Di lingkungan saya, ada tiga atau empat  masjid. Saya sering mendengar adzan, dan kedengarannya indah sekali ...  lalu saya mendengar kisah tentang Nabi Muhammad dan saya tertarik untuk  mengetahuinya lebih jauh."
"Saya punya kepercayaan dan keyakinan sebagai seorang Kristiani, tapi  yang temukan dalam Islam tenyata lebih simpel dan tidak bertele-tele,"  ujar Abdul Rahman.
Abdul Rahman mengucapkan dua kalimat syahadat pada tahun 2002 ketika  ia kembali ke Wales. Pengalamannya menjalani kehidupan baru sebagai  seorang Muslim, menjadi bekal baginya untuk membantu para mualaf baru  yang menghadapi masalah dengan keluarganya.
Abdul Rahman mengatakan, bahwa seseorang yang baru masuk Islam juga  harus meninggalkan kebiasaan hidupnya yang lama, yang tidak sesuai  dengan ajaran Islam, misalnya berhenti minum-minuman beralkohol. Itu  artinya orang bersangkutan juga akan mengalami perubahan dalam kebiasaan  sosialnya bahkan mungkin harus mencari teman baru.
"Sebagai Muslim, saya tidak minum minuman beralkohol karena Allah  melarangnya seperti yang disebutkan dalam al-Quran. Itu artinya saya  harus menjaga jarak dengan semua teman-teman yang dulu  biasa pergi  minum-minum dengan saya," kata Abdul Rahman.
Ia menambahkan, "Sebagai mualaf, seseorang harus bisa menghadapi  reaksi negatif, misalnya dari media massa yang kerap menggambarkan umat  Islam sebagai teroris, yang dengan segala keyakinannya menjadi seorang  yang fanatik, menginterpretasikan segala sesuatunya dengan negatif dan  mungkin mengatasnamakan agama untuk membenarkan perbuatannya."
"Tapi itu semua tidak selalu benar, karena mayoritas umat Islam tidak seperti itu," sambung Abdul Rahman.
Ia menekankan, bahwa proyek bimbingan untuk para mualaf baru yang  dikelolanya hanya untuk para mualaf yang usianya sudah dewas dan  memutuskan masuk Islam atas keinginannya sendiri. Para mualaf baru yang  bergabung dengan proyek ini mendapatkan paket berisi sajadah, al-quran  dan buku biografi Nabi Muhammad saw. Para anggotanya juga bisa ikut  serta dalam layanan milis agar bisa menjalin komunikasi dengan para  mualaf lainnya.
"Kami tidak sedang membuat orang pindah agama. Mereka adalah  orang-orang dewasa yang membuat keputusannya sendiri dan mereka ingin  tahu dimana letak masjid terdekat, dimana mereka bisa beli daging halal  dan pakaian apa yang selayaknya mereka pakai," tukas Abdul Rahman.
"Kami tidak berkeliling dari pintu-pintu. Seorang Muslim akan  mengetuk pintu rumah Anda, hanya untuk menawarkan bantuan," ujarnya.
Meski prioritas utamanya adalah para mualaf, proyek yang digagas  Abdul Rahman juga membuka pintu untuk mereka yang terlahir sebagai  Muslim dan ingin belajar lebih dalam tentang agama Islam, atau mereka  yang selama ini merasa tersesat dan ingin kembali ke jalan yang lurus.  (ln/aby)
 
 
 
 
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..