Marilah beristirahat sejenak, merebahkan diri dalam pangkuan malam.
Begitu banyak aktivitas yang hari ini kita lakukan. Bangun pagi buta,
mengerjakan tugas yang belum usai semalam suntuk, kuliah, kajian, belum
lagi rapat demi rapat, syuro demi syuro, dan segudang aktivitas lainnya
yang begitu menguras tenaga dan pikiran. Sadar atau tidak, semua kita
yang beraktivitas pada akhirnya akan kembali pada-Nya.
“ Wahai manusia! Sesungguhnya kamu telah bekerja keras menuju Tuhanmu, maka kamu akan menemui-Nya.” (Al-insyiqoq: 6)
Adakah kita telah mengucap syukur bahwa hari ini telah kita lalui dengan sempurna tanpa ada kesia-siaan di dalamnya?
“Maka adapun orang yang catatannya diberikan dari sebelah kanannya, maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah,” (Al-insyiqoq: 7-8)
Ataukah sebaliknya? Bersungut-sungut cemberut bahwa hari ini sungguh
melelahkan, menyebalkan, tidak jadi beristirahat, menonton, atau mencari
hiburan untuk diri sendiri karena tiba-tiba ada panggilan syuro,
perintah untuk datang dalam acara tertentu, ajakan kajian, atau
panggilan lainnya?
“ Dan adapun orang yang catatannya diberikan dari sebelah belakang, maka ia akan berteriak ‘Celakalah aku!’” (Al-insyiqoq: 10-11)
Bersyukurlah untuk hari yang sempurna tanpa kesia-siaan di dalamnya.
Bahwa kelelahan ini akan membawa kita pada kebaikan di ujungnya. Tak
ada orang berhasil tanpa berlelah-lelah terlebih dahulu.
Bahkan mereka, orang-orang besar, tak hanya berlelah-lelah untuk
keberhasilan diri sendiri. Tengoklah mereka, yang selalu membawa manfaat
bagi banyak khalayak. Para penulis buku, para wirausahawan, dokter,
hingga guru, tidakkah mereka berlelah-lelah sebelum mereka menjadi
sesuatu itu dan masih juga berlelah-lelah saat menjadi sesuatu itu?
Nikmatilah kelelahan di dunia ini. Karena ianya akan membawa kita
pada kebaikan. Peluh, air mata, bahkan tetes darah yang kita dapatkan
dari kelelahan akan menjadi butir-butir kenangan indah dan tergantikan
oleh nikmat luar biasa yang menghapus habis rasa lelah itu di kemudian
hari.
Kelak akan didatangkan seorang
penghuni surga yang paling sengsara waktu di dunia, lalu ia celupkan
sekali celupan di jannah, kemudian ia ditanya; “Adakah engkau merasakan
penderitaan? Adakah engkau pernah merasakan kesengsaraan?” ia menjawab,
“Tidak, demi Allah wahai Rabb-ku… Aku tidak merasakan kesengsaraan
sedikitpun dan sama sekali belum perah merasakan kesengsaraan” (HR Tirmidzi)
Maka, tekadkanlah…seperti Imam Ahmad
“Istirahatku, adalah saat kaki menjejak di surga…”
-Ly-
*telah dimuat di mini buletin INSPIRIT Fak. Biologi UGM 2011
sumber: http://cahayamalamdibulanjuli.wordpress.com/2012/07/11/memaknai-lelah/
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..