Ilustrasi. (inet) |
Penulis : Rina Setiawati.
Meretas jalan menuju Ahlul Qur’an. Mungkinkah? Padahal banyak
fenomena manusia yang mengabaikan Al Qur’an. Seperti yang telah
difirmankan Allah dalam QS Al Furqan ayat 30: “Berkata Rasulullah SAW:
“Ya Rabbku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur’an ini diabaikan”.
Manusia
mulia, Rasulullah SAW, telah memperjuangkan Al Qur’an sejak kurang
lebih 1400 tahun yang lalu. Sejatinya perjuangan dakwah Qur’an kita saat
ini merupakan lanjutan dari perjuangan Rasulullah, di mana beliau
mengutus para sahabatnya untuk mengajarkan Al Qur’an dan mengajak kaum
di masa itu untuk beriman kepada Allah, terutama di negara-negara
sekitar Mekah dan Madinah, sehingga teranglah cahaya Islam sampai kepada
kita sekarang.
Beliau mengutus para sahabatnya untuk melakukan dakwah
Al Qur’an; ada yang dibunuh dan terbunuh saat melakukan tugas mulia ini.
Tentu ajakan kebaikan ini ada yang menerima dan menolak, misalnya Raja
Najasy yang dikirimkan surat oleh utusan Rasulullah dan menyambut baik
ajakan beliau, namun ada pula negara Romawi yang pada saat itu juga
diajak menerima kebenaran Islam dan menolaknya. Sudah sunnatullah,
dengan keadaan zaman saat ini pun demikian. Ada orang-orang yang
menyambut baik ajakan dakwah Qur’an, ada pula yang enggan dan sangat
sibuk untuk memikirkan urusan lain apalagi Al Qur’an karena sudah
disibukkan dengan urusan dunianya.
Bahkan ada celetukan, ”Bu, saya
sebenarnya pengen banget belajar, tapi gak ada waktu.” Berada di
barisan Al Qur’an adalah suatu pilihan. Banyak sekali
keinginan-keinginan untuk berada dalam barisan orang yang belajar maupun
mengajar, namun belum ada jalan untuk bisa berada di dalamnya. Siapa
yang memudahkan jalannya? Tentu saja sang pemilik Kitabullah ini, yaitu
Allah. Karena belajar Al Qur’an ini berbeda dengan belajar kursus
keterampilan tertentu. Karena secara tidak langsung, ketika kita belajar
Al Qur’an, kita juga akan mendekatkan diri kepada Dzat yang
menurunkannya. Entah karena padatnya aktivitas dan kesibukan, atau
memang tidak ada keinginan dan semangat yang kuat untuk memberikan ruang
prioritas terhadap Al Qur’an dalam diri masing-masing kita sehingga
hati kita tidak dicondongkan atau diberi kecenderungan untuk belajar Al
Qur’an. Hendaknya kita bermuhasabah, berhenti sejenak memikirkan nasib
kita nanti.
Sering kita lupa orang yang pernah berjaya di masa lalu
sudah tidak ada lagi di zaman kita ini. Kita lupa dunia yang kita
tempati ini fana. Zaman kita sekarang ini, paling lama kita menikmati
fasilitas dunia dan kemewahannya ini, sebatas umur Rasulullah 63 tahun.
Rasanya sudah ada lampu kuning jika usia kita masih diberi kesempatan
hidup di atas usia Rasulullah sampai 100 tahun bahkan lebih. Selagi
masih ada tambahan usia di dunia, berpikirlah untuk memperbanyak amal
dan bekal pulang ke kampung akhirat, karena akhirat bukanlah tempat
beramal, melainkan tempat hisab. Sementara dunia ini tempat melakukan
amalan, tidak ada hisab. Rugilah kalau dari sekarang belum menabung
amal; menabung deposito di bank bisa, tapi terasa berat menabung
deposito amal di akhirat.
“Orang yang paling baik di antara kalian adalah orang yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya”. (HR. Bukhari, Abu Daud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ad-Darimi).
Sering
kali kita mendengar kutipan hadits di atas, tapi pernahkah kita
berpikir apakah kita termasuk orang yang berada di dalam hadits
tersebut? Kita berada di dalam barisan ahlul Al Qur’an bersama-sama
meretas jalan ke sana, meskipun kita punya kesibukan. Kesibukan pastinya
tiada pernah habis. Namun azzam (semangat) yang kuat bisa mengajak kita
untuk kembali sejenak melupakan kesibukan dunia dan memikirkan bekal
menuju akhirat. Bergabunglah dengan halaqah Al Qur’an di manapun kita
berada. Bisa juga menambah hafalan sebagian Al Qur’an dan surat-surat
yang belum dihafal. Karena hafalan Al Qur’an di dunia ini akan
menentukan tingkatan seseorang di akhirat kelak.
Dari Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash RA
dari nabi SAW, beliau bersabda: “Akan dikatakan-nanti ketika akan masuk
surga kepada ahli Al Qur’an: ”baca dan naiklah serta tartilkanlah
sebagaimana dulu kau mentartilkannya di dunia. Sebab sesungguhnya
kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang kau baca.”(HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi).
Tentu
di setiap tempat ada pejuang Al Qur’an yang kita bisa hadir dan
mendukung serta membangun kekuatan di dalamnya. Bersama kita membangun
semangat membumikan Al Qur’an. Semangat yang karenanya teranglah
tempat-tempat yang didirikan untuk melantunkan Al Qur’an, menjadi suatu
tempat dan lingkungan yang diberkahi, Amin.
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..