Seorang pemimpin muslim telah kembali hadir, jika Perdana Menteri
Turki Recep Tayyib Erdogan memberikan berbagai contoh baik. Sosok
Mohammed Morsy pun sama baiknya. Bahkan ia tidak ingin menjadi seorang
pengingkar dari perjanjian sebelumnya yang sudah pernah ada.
Yah, Israel meminta agar Mesir tetap menegakkan traktat perdamaian
yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Yang akhirnya dijawab
dengan tegas oleh Presiden Mesir Mohammed Morsy, dengan mengatakan "Kami
membawa pesan damai kepada dunia. Kami menegaskan komitmen Mesir pada
traktat dan kesepakatan Internasional. Kami juga mengingatkan bahwa,
Mesir adalah pendukung Palestina dan Rakyat Suriah. Tetapi kami tidak
ingin mengirimkan revolusi ke Suriah atau bahkan mengintervensi
persoalan dalam negeri mereka".
Hal yang utama saat ini adalah, sudah tidak adanya blokade antara
Mesir dan Palestina (Jalur Gaza). Semua blokade telah dibuka dan rakyat
Palestina bisa keluar masuk kedalam Mesir dengan bebas. Hal ini tentu
menjadi point penting untuk membebaskan rakyat Gaza dari tekanan Israel.
Tetapi sekali lagi, Morsy tidak ingin menjadi seorang pengkhianat
dalam mengingkari sebuah perjanjian. Bahkan dengan musuhnya sekalipun.
Inilah contoh utama seorang pemimpin yang telah meniru tauladan dari
Rasulullah Saw.
Ingatkah ketika Rasulullah Saw melakukan perjanjian Hudaibiyah? Ingatkah peristiwa Abu Jandal? Ingatkah peristiwa Abu Bashir?
Abu Jandal, Ia adalah seorang salah satu sahabat Rasulullah Saw yang
terseok-seok harus berjalan melarikan diri dengan berbagai luka
ditubuhnya dan tangan yang masih terikat. Ia berjalan untuk menuju
Rasulullah Saw.
Sesampainya Abu Jandal bertemu Rasulullah Saw, ia pun bertemu dengan
ayahnya Suhail, yang tengah akan membuat sebuah perjanjian. Perjanjian
yang saat ini kita kenal perjanjian Hudaibiyah.
Dengan keadaan lelah, luka. Abu Jandal masih dianiaya oleh ayahnya
sendiri (Suhail) dengan pukulan daun-daun yang rantingnya memiliki duri
dipukulkan kepada wajahnya. Sangat miris, bahkan Umar bin Khaththab pun
beberapa kali bertanya kepada Rasulullah Saw untuk membebaskannya dari
kaum Quraisy (Ayahnya sendiri Suhail). Tetapi Rasulullah Saw berkata
"Hai Abu Jandal, bersabarlah kamu dengan setulus-tulusnya karena Allah.
Sesungguhnya, Allah pasti memberi penyelesaian dan jalan keluar kepadamu
serta orang-orang sepertimu. Sesungguhnya, kami telah mengikat suatu
perjanjian damai dengan orang-orang itu dan kami telah menyatakan janji
kami kepada mereka. Tentu kami tidak boleh melanggarnya."
Setelah itu Abu Jandal ra pun menjadi tawanan kembali oleh
orang-orang Quraisy. Beberapa waktu masyarakat muslim pada waktu itu
masih belum bisa melupakan peristiwa yang memilukan tersebut, peristiwa
menyerahkan saudara seimannya kepada orang-orang Quraisy. Tetapi, datang
lagi peristiwa yang kembali hampir sama dengan peristiwa Abu Jandal.
Seorang bernama Abu Bashir, melarikan diri dari tawanan orang-orang
Quraisy dan mencoba untuk bertemu dengan Rasulullah Saw. Hingga akhirnya
ketika Rasulullah menemuinya, datang juga utusan dari orang Quraisy
untuk kembali menangkap Abu Bashir dan membawanya untuk menjadi tawanan
orang Quraisy kembali.
Sekali lagi, dengan berat hati, Rasulullah Saw menyerahkan seorang
muslim kepada orang-orang Quraisy. Hingga Abu Bashir mengatakan "ya
Rasulullah, tegakah engkau mengembalikan aku kepada orang-orang musyrik
yang akan menerorku mengenai agamaku?"
Lalu Rasulullah bersabda "Hai Abu Bashir, sesungguhnya kita
benar-benar telah berjanji kepada kaum Quraisy itu sebagaimana kamu tahu
dan tidak patut bagi kita, menurut agama kita, berlaku curang.
Sesungguhnya, Allah pasti akan memberi kepadamu dan kepada orang-orang
sepertimu cara penyelesaian dengan jalan keluar."
Tetapi setelah Abu Bashir dibawah oleh utusan Quraisy, ternyata Abu
Bashir membunuh utusan tersebut. Hingga Rasulullah Saw marah dan
bersabda "Celaka ibunya. Dia (Abu Bashir) bisa mengobarkan peperangan
andaikan didukung beberapa orang."
Hingga akhirnya Rasulullah Saw mengusir Abu Bashir "Pergilah kamu ke mana saja yang kamu suka."
Dari peristiwa didalam sirrah Nabawiyah tersebut, termaktub dengan
kejalasan yang sesungguhnya akhlaq seorang pemimpin muslim. Yaitu
seorang yang jujur dan tidak suka berkhianat atau berbohong bahkan
dengan musuhnya sekalipun.
Rasulullah Saw telah memberikan contoh yang sempurna untuk setiap
pemimpin muslim agar tidak melakukan berbagai kecurangan dengan berbagai
perjanjian yang telah dibuatnya.
Hal ini sebagaimana dengan presiden baru Mesir, Mohammed Mursi yang
menghormati traktat dalam perjanjian antara Mesir dengan Israel,
walaupun tentu semua orang tahu bahwa Israel adalah musuh utama umat
Islam seluruh dunia. Tetapi Mohammed Mursi telah mencontoh apa yang
dilakukan Rasulullah Saw, untuk tidak melakukan kecurangan terhadap
siapapun walaupun itu musuh umat Islam.
Semestinyalah kita mencontoh hal-hal tersebut, jangan sampai hanya
karena emosional dan sekedar sedikit pengetahuan tentang Islam dan
Sirrah Nabawiyah, kita mengecam pemimpin umat Islam. Sungguh itu adalah
kebodohan yang nyata lantaran ia tidak mampu siap menerima keputusan
para pemimpinnya.
"Sering kali gerakan Islam tidak memperoleh kemenangan dalam
pertempuran-pertempurannya justru ketika dia tidak mampu lagi
mengendalikan para aktivisnya." (Syaikh al Ghadban).
Oleh: Fajar Agustanto (Abu Jaisy)
sumber: http://suaranews.com
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..