Dari Abdullah bin Mas'ud (semoga Allah meridhoinya), dari Nabi Saw.
bersabda, "Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian generasi
berikutnya, kemudian generasi berikutnya." (Muttafaq 'alaih)
"Janganlah
kalian mencaci para sahabatku. Karena, demi Dzat yang diriku berada di
tangan-Nya seandainya seseorang di antara kalian menginfakkan emas
sebesar gunung Uhud tidaklah akan menyamai infak sebanyak genggaman
tangan mereka dan tidak pula setengahnya." (H.R. Tirmidzi dan Abu Dawud)"Sahabat
Rasulullah Saw. (semoga Allah meridhoi mereka)" dalam bahasa Arab
biasa disebut dengan kata shahabatu rasulillah atau ash-shahabah saja
atau ashhabu rasulillah. Ada kata lain yang juga sering digunakan untuk
menyebut sahabat Nabi, yakni shahbu, seperti yang biasa kita dengar
dalam kalimat shalawat wa 'alaa alihi washahbihi. Jika dalam bahasa Arab
disebut ash-shahabah, maka maksudnya tidak lain adalah para sahabat
Rasulullah Saw. Nah, ash-shahabah merupakan kata jamak dari ash-shahabi.
Dan, ash-shahabi didefiniskan sebagai orang yang berjumpa dengan
Rasulullah Saw., beriman kepadanya, dan wafat dalam keadaan iman.
Jadi, sahabat Nabi adalah generasi pertama umat Rasulullah Saw.
Generasi yang hidup, beriman kepadanya, dan berjuang bersamanya.
Generasi sesudah mereka, yakni kaum muslimin yang tidak berjumpa dengan
Rasulullah Saw. dan hanya berjumpa dengan para sahabat disebut
tabi'in. Dan, generasi sesudah itu disebut tabi'ut-tabi'in.
Generasi sahabat adalah generasi rabbani yang tiada taranya di dalam
sejarah. Disebut generasi rabbani karena mereka beriman kepada Allah
dan Rasul-Nya melebihi cinta mereka kepada diri dan keluarganya. Mereka
menerima Islam, mengamalkannya, mendakwahkannya, dan kemudian
memperjuangkannya.
Tidaklah berlebihan bila kita katakan bahwa hari-hari kita
mendapatkan hidayah untuk beribadah kepada Allah adalah buah dari
perjuangan dan pengorbanan para sahabat Nabi. Terutama, generasi awal
yang turut serta dalam perang Badar bersama Rasulullah Saw. Tentang
peran para sahabat dalam perjuangan menaburkan cahaya kebenaran dalam
kehidupan, Rasulullah Saw. sendiri menyatakannya saat melantunkan doa
menjelang kecamuk perang Badar tersebut. "Ya Allah, jika kelompok ini
(para prajurit Badar) binasa niscaya Engkau tak lagi disembah di muka
bumi," demikian lantunan doa Rasulullah.
Jika Rasulullah Saw.
mengatakan, "Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang
menegakkan kebenaran tanpa dapat dibahayakan oleh orang yang menentang
dan menistakan mereka..." maka mata rantai paling utama dari perjalanan
penegakkan kebenaran itu adalah generasi pertama, yakni para sahabat
Rasulullah Saw. Mereka begitu mencintai Rasulullah Saw. dan beliau pun
begitu mencintai mereka. Gambaran kecintaan mereka kepada Rasulullah
Saw. sulit dicari tandingannya pada generasi mana pun. Bahkan, Allah
Swt. menyebut mereka sebagai khairu ummah atau umat terbaik,
sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya, "Kamu adalah umat yang terbaik
yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan
mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah..." (Q.S. Ali
Imran [3]: 110)Sungguh luar biasa nilai dan keutamaan para
sahabat itu. Bukan saja telah mencatatkan kejayaan dan kemuliaan bagi
umat pada masanya, mereka juga hingga kini terus memberikan inspirasi
dan semangat yang tidak pernah terbendung. Karena, mereka adalah
generasi mukhlishin (orang-orang ikhlas) sehingga segala jejak amalnya
memiliki pengaruh yang tiada terhenti. Semangat kebangkitan dari
keterpurukan dan perlawanan terhadap kebatilan serta penjajahan hari
ini, banyak mengambil inspirasi dari mereka.
Dapatlah
dimengerti jika ada pihak-pihak yang berupaya untuk memutus komunikasi
spiritual dan komunikasi sejarah antara umat hari ini dengan para
sahabat Rasul. Upaya memutus komunikasi itu misalnya dengan mengatakan,
"Untuk apa selalu berbicara masa lalu (para sahabat)? Masa lalu tidak
akan kembali. Model kehidupan masa lalu tidak mungkin diterapkan hari
ini. Adalah kebodohan untuk menjiplak perilaku orang yang hidup di masa
lalu untuk diterapkan hari ini." Memang, selalu ada saja orang-orang
yang khawatir bahwa semangat perjuangan Islam akan bergelora kembali
zaman sekarang. Padahal, perjuangan Islam bertujuan memberdayakan,
menegakkan keadilan, dan mensejahterakan manusia.
Ada lagi yang
membenci, mencaci maki, menistakan, bahkan mengkafirkan para sahabat
Nabi itu. Tanpa segan dan risi, para pencaci itu mengumbar kebencian
dan melekatkan julukan-julukan yang mereka buat sendiri kepada
orang-orang yang Rasulullah Saw. cintai itu. Dengan 'gagah berani',
para pencela itu memosisikan diri (tanpa mendapat legitimasi dari siapa
pun) sebagai hakim yang menghukumi orang-orang yang telah nyata-nyata
berjuang bersama Rasulullah Saw.
Apa dampaknya? Jika para sumber
informasi dan ilmu tentang Al-Quran dan sunnah itu 'dibantai' dengan
cara dicaci dan dikafirkan, maka akan lenyaplah sejumlah sendi Islam dan
tumbanglah sekian banyak hal esensial dan prinsipil dalam Islam.
Karena, hadits-hadits Rasulullah Saw. memang disampaikan kepada kita
melalui jalur para sahabat.
Saat Rasulullah Saw. masih hidup,
tidak ada pencaci sahabat selain orang munafik. Akan tetapi,
Rasulullah Saw. sudah mewanti-wanti hal itu. Itu menunjukkan bahwa
Rasulullah Saw. mengetahui apa yang akan terjadi sepeninggal beliau,
atas dasar wahyu tentu saja. Jika demikian, beliau juga pasti
mengetahui kapasitas keimanan para sahabatnya dan tidak akan salah
memilih atau menilai mereka.
Hadits pertama yang menjadi pembuka tulisan ini memuat pernyataan
Rasulullah Saw. tentang generasi terbaik. Rasulullah Saw. menyebutkan
bahwa peringkat pertama terbaik adalah generasi yang sezaman dengan
beliau. Mereka itulah para sahabat. Peringkat kedua terbaik adalah
generasi setelah sahabat, yakni generasi tabi'in. Peringkat berikutnya
adalah tabi'ut-tabi'in.
Sedangkan, di hadits kedua Rasulullah Saw. melarang dengan keras
mencaci atau mencela para sahabatnya. Beliau mengilustrasikan besarnya
pahala perjuangan mereka tidak akan dapat dibandingkan dengan
perjuangan manusia yang hidup di zaman ini. Pengorbanan kita tidak
seberapa dibandingkan dengan amal para sahabat Nabi. Apalagi dibanding
dengan orang yang hanya pandai mencela dan menistakan. Tentu saja masih
banyak hadits-hadits lain yang memperkuat kedua hadits tersebut.
Ternyata,
bukan hanya Rasulullah Saw. saja yang memuji dan mencintai para
sahabat. Allah Swt. pun memberikan kesaksian, pujian, dan posisi
terhormat kepada mereka dalam banyak ayat-Nya. Di antaranya:
"Sesungguhnya
Allah telah menerima tobat Nabi, orang-orang muhajirin, dan
orang-orang Ansar, yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah
hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima
tobat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
kepada mereka." (Q.S. At-Taubah [9]: 117)
"Orang-orang yang
terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang
muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik,
Allah ridho kepada mereka dan mereka pun ridho kepada Allah dan Allah
menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di
dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan
yang besar." (Q.S. At-Taubah [9]: 100)"Muhammad itu adalah
utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang kepada sesama
mereka. Kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan
keridhoan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas
sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat
mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya
maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia
dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang
kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara
mereka ampunan dan pahala yang besar." (Q.S. Al-Fath [48]: 29)
Ayat-ayat
dan hadits-hadits tersebut merupakan contoh-contoh sanjungan dan
pujian Allah serta Rasulullah Saw. kepada para sahabat secara umum.
Terdapat pula pernyataaan pujian Rasulullah Saw. kepada para sahabat
secara khusus, orang perorang. Sebagai contoh, pujian dan kecintaan
Rasulullah Saw. kepada Aisyah, Abu Bakar Ash-Shiddiq, dan Umar bin
Khattab (semoga Allah meridoi mereka) sebagaimana disebutkan dalam
hadits berikut ini.
Dari 'Amer bin 'Ash (semoga Allah
meridhoinya), aku berkata, "Wahai Rasulullah, siapakah yang paling
engkau cintai?" Rasulullah Saw. menjawab, "Aisyah." Aku berkata lagi,
"Dari laki-laki?" Beliau menjawab, "Bapaknya (Abu Bakar)." Aku bertanya
lagi, "Kemudian siapa?" Rasulullah Saw. menjawab, "Umar bin Khattab."
(H.R. Bukhari dan Muslim)
Dalam beberapa kesempatan, Rasulullah
Saw. pun memuji beberapa sahabatnya. Ada sepuluh sahabat yang disebut
khsusus sebagai calon penghuni surga, yakni Abu Bakar, Umar bin
Khattab, Utsman bin 'Affan, Ali bin Abi Thalib, Zubair bin 'Awwam,
Thalhah bin 'Ubaidillah, Anas bin Malik, Abdurrahman bin 'Auf, Sa'ad
bin Abi Waqqash, Abu 'Ubaidah bin Al-Jarrah, dan Sa'id bin Zaid.
Tentu saja masih banyak lagi nama lain yang secara khusus dan
eksplisit mendapat pujian dan kesaksian Rasulullah Saw. sebagai
penghuni surga, seperti Bilal bin Rabbah, keluarga Yasir, 'Amer bin
Jamuh, Ja'far bin Abi Thalib, Hasan dan Husein putra Ali, atau
'Ukkasyah.
Karena kita beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, maka
Al-Quran dan Sunnah lah pegangan utama kita dalam menilai dan
momosisikan para sahabat Nabi, bukan sejarah. Karena, sejarah adalah
milik pengarangnya. Jika Allah Swt. ridho dan cinta kepada para sahabat
demikian juga Rasulullah Saw. mencintai dan menyanjung mereka atas
segala amal, perjuangan, serta pengorbanan mereka, maka mencintai mereka
adalah konsekuensi dari keimanan kita kepada Allah dan Rasul-Nya.
Mencintai mereka adalah ibadah kepada-Nya dan mengikuti sunnah
Rasul-Nya. [Wallaahu a'lam.]
Dari Rubrik "Bedah Hadist" Majalah Percikan Iman (MAPI) April2012
sumber: http://www.percikan-iman.com/
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..