Ilustrasi. (Foto: Arief Santras. Model: Nika Annika) |
Bersyukur sekali ketika dilahirkan menjadi seorang
perempuan. Karena perempuan adalah calon ibu. Ibu yang akan mendidik
putra-putrinya kelak. Dari seorang ibulah akan terbentuk sebuah
peradaban, bangsa yang besar. Meskipun, ibu sama sekali tak pernah
mengenyam bangku pendidikan yang tinggi. Yang ibu ketahui hanyalah,
bagaimana caranya mendidik putra-putrinya agar bisa menjadi orang yang
berguna. Yang ia inginkan agar kelak anak-anaknya mampu hidup lebih baik
dari dirinya.
Bahkan, dalam sebuah pepatah ada yang mengatakan,
‘Di balik kesuksesan seorang laki-laki terdapat dua perempuan, ibu dan
istri.’ Ya, tanpa seorang ibu tak akan pernah lahir pemimpin-pemimpin
besar atau orang-orang sukses lainnya. Dengan kata lain, jika tak ada
perempuan, tak kan tercipta sebuah bangsa, masyarakat bahkan kehidupan.
Mari
lihat kembali dalam Qs. al-Baqarah: 30-39, ketika Allah menciptakan
Adam, Allah pun menciptakan Hawa yang akan memberikan kesempurnaan
kepada Adam. Sehingga Adam tak hidup sendirian. Begitulah Allah
menciptakan seorang perempuan dari tulang rusuk laki-laki untuk
menyempurnakan. Sehingga kelak diperoleh keturunan yang mengisi
kehidupan di dunia ini.
Terlebih lagi ketika dilahirkan dalam
keadaan Islam, maka kita akan mendapat gelar sebagai seorang muslimah.
Muslimah yang sudah Allah berikan cinta tanpa kita meminta, memelas
ataupun merengek pada-Nya. Bukti cinta Allah pada muslimah pun terlihat
dalam al-Qur’an. Salah satunya dengan adanya surat an-Nisa. Surat yang
membahas tentang seorang muslimah. Ibadahnya, akhlaknya bahkan
pergaulannya. Belum lagi dalam surat-surat lain yang bertebaran
ayat-ayat cinta Allah untuk para muslimah di dalamnya.
Dalam
hadits-hadits nabi pun banyak membahas tentang muslimah. Bahkan, ada
hadits yang benar-benar mengagungkan kodrat seorang muslimah. Hadits
yang memerintahkan seorang anak untuk lebih menghormati ibunya ketimbang
ayahnya. Kata ummi pun tiga kali berturut-turut disebutkan
dalam hadits ini. Rasulullah pun sangat menghormati seorang perempuan.
Terlihat dalam keseharian Beliau. Ia tak pernah sedikit pun menyakiti
hati seorang perempuan.
Keistimewaan lain yang Allah berikan pada
muslimah pun begitu banyaknya. Ketika seorang muslimah melahirkan
anaknya bisa disebut sebagai jihad. Sedangkan bagi laki-laki, ia harus
pergi ke medan jihad terlebih dahulu. Ketika ia meninggal saat
melahirkan anaknya, maka kematiannya sama dengan jihad fi sabilillah. Belum lagi terdapat hadits yang menyatakan bahwa, ‘Surga itu terletak dibawah telapak kaki ibu’. Begitulah agama kita memuliakan seorang perempuan.
Namun
sayangnya, dengan keistimewaan-keistimewaan yang Allah berikan, tak
semua muslimah menerimanya dengan senang hati. Beberapa justru
mengabaikannya. Ia menganggap peraturan-peraturan yang Allah berikan
merupakan sebuah kekangan untuk hidupnya. Ia merasa, itu seperti tak
adil. Ketika diperintahkan menutup aurat, ia justru tidak
melaksanakannya. Padahal telah jelas, Allah gambarkan bahwa ‘Kebanyakan
penghuni neraka dihuni oleh wanita.’ Ini disebabkan oleh para muslimah
sendiri yang tak menaati perintah-Nya. Padahal, di balik itu semua tentu
Allah lebih mengetahui yang terbaik untuk kita.
Dalam Qs. al-Ahzab: 59 disebutkan, “Hendaklah
mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu
agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak
diganggu.’ Jadi, menutup aurat agar kita mudah dikenali dan tidak
diganggu. Bukan untuk mengekang sehingga kita tak lagi bisa mengikuti
tren. Tapi, untuk apa mengikuti tren jika akhirnya hanya mengeksploitasi
diri sendiri? Apa kita mau keindahan yang kita punya, yang seharusnya
diberikan untuk suami kita, justru dijual bebas begitu saja? Kalau
begitu, apa bedanya kita dengan barang obralan yang bisa dipegang dan
dicoba semaunya?
Jika seorang muslimah sudah memutuskan jalannya
hanyalah untuk mengabdi pada yang kuasa, maka Allah akan memudahkan. Tak
usah mencari hidayah atau menunggu kemantapan niat. Karena
sesungguhnya, hidayah bertebaran dimana-mana. Hanya kita saja yang tak
mau mengambilnya atau justru menyia-nyiakannya begitu saja. Niat kita
pun tak akan mantap. Karena akan selalu ada setan yang mengganggu dan
menggoyahkan keyakinan kita. Lebih baik lakukan dari sekarang. Sebelum
terlambat dan menyesal kemudian.
Sebab, pikiran-pikiran negatif
akan terus membayangi kita. Seperti contohnya, untuk apa berjilbab
tetapi perilaku masih seperti itu? Itu justru yang salah. Ketika
memutuskan untuk berjilbab, di situlah kita memberikan rem untuk diri
sendiri. Seolah-olah kita memiliki alarm yang akan mengingatkan ketika
kita berlaku salah. Jilbab juga yang akan membatasi/menjaga kita dari
pergaulan-pergaulan yang salah.
Jadilah seorang muslimah yang
kembali pada fitrahnya. Muslimah yang sempurna, yang merupakan anugerah
terindah bagi orang-orang di sekitarnya. Muslimah yang mampu memberikan
manfaat bagi lingkungannya. Sekalipun hanya hal sepele yang sepertinya
tak bernilai apa-apa. Semisal memberikan sebuah senyuman ketika bertemu
dengan orang lain. Mungkin, bagi kita itu hanyalah sebuah senyuman.
Namun ternyata, bagi mereka itu amat bermakna, bagaikan sebuah sapaan
hangat atau bahkan pemberi semangat baginya.
Jadilah muslimah yang
melengkapi. Bukan mengurangi atau memberi masalah bagi orang lain.
Jadikanlah kedatangan kita pada suatu forum merupakan sebuah penantian.
Kehadiran yang ditunggu-tunggu. Karena kita mampu memberikan sedikit
solusi atau hanya sebagai penetralisir suasana yang mampu menjadi
pendengar setia ketika yang lain sedang sibuk berapi-api dengan
argumennya.
Jadilah muslimah yang berharga jual tinggi. Bukan
muslimah yang rendah, bahkan murahan. Bukan muslimah yang sembarang
orang bisa melihat keindahannya karena pakaiannya yang tidak menutupi
aurat; bukan pula muslimah yang semuag orang bisa memegangnya, karena
begitu banyaknya laki-laki yang sudah pernah menjadi pacarnya. Tetapi
muslimah yang mampu menjadi contoh di masyarakatnya, mampu menebar
kebaikan, memiliki keindahan akhlak, ibadahnya sempurna dan yang
akidahnya kuat.
Seperti filosofi sebuah mawar. Mawar itu indah
untuk dilihat. Namun, tak sembarang orang bisa mencabutnya. Itulah
muslimah shalihah. Muslimah yang indah. Indah karena akhlaknya. Muslimah
shalihah pun tak sembarang orang bisa memilikinya. Karena ia memiliki
duri yang tajam. Duri itulah yang menjaga muslimah itu. Duri adalah
agama dan keshalihannya. Maka jadilah mawar. Meskipun dunia telah
gersang dan kering.
Kelak, kau akan menjadi bidadari surga yang
kecantikannya sungguh luar biasa. Karena kau selalu menjaga diri. Yang
matanya indah, karena selalu menundukan pandangannya dari hal-hal yang
diharamkan oleh Allah. Yang tentunya akan diberikan kepada pemuda-pemuda
shaleh yang juga senantiasa menjaga dirinya. Seperti tercantum dalam
Qs. an-Nur: 26, “Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang
keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji
(pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang
baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula).”
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..