Ustadz Anis Matta memberikan taujih
kepada para aktivis dan qiyadah dakwah yang berkumpul di Jakarta
Convention Center (JCC). Di antara isi taujih beliau adalah tentang
pentingnya kita menguatkan kesabaran dalam menapaki jalan perjuangan.
Menurut beliau, sabar adalah karakter dan akhlaq yang paling banyak
disebut di dalam Al Qur'an, sampai para ulama menyebut sabar sebagai
induknya semua akhlaq terpuji.
Tiada hentinya kita harus mengingatkan diri tentang kesabaran. Bukan
hanya karena di jalan dakwah akan banyak tantangan dan hambatan dari
luar. Makar, konspirasi, pembusukan karakter, pengadilan yang tidak
adil, persepsi publik yang negatif, penyelewengan opini lewat berbagai
media, dan lain sebagainya. Namun kesabaran ini diperlukan di setiap
mihwar, karena secara internal pun dakwah ini hanya bisa dijalankan oleh
mereka yang sabar.
Sabar, sabar, sabar… Beginilah jalan dakwah telah kita lalui.
Berkomunitas bersama orang-orang salih bukannya tanpa masalah, maka
Allah memerintahkan agar kita selalu bersabar bersama mereka :
" Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru
Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan
janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan
perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya
telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya
dan adalah keadaannya itu melewati batas . (Al Kahfi : 28).
Bisa jadi ada salah paham di antara para aktivis. Bisa jadi ada
ketidaknyamanan perasaan di antara para pelaku dakwah. Bisa jadi ada
gesekan-gesekan antar aktivis dakwah dalam kancah politik praktis. Bisa
jadi ada data yang kurang valid, namun digunakan untuk pengambilan
keputusan. Bisa jadi ada stigma yang menganga, dan tidak pernah ada
pengadilan yang memberikan klarifikasi. Bisa jadi ada persepsi yang
keliru terhadap seorang aktivis namun diyakini untuk memberikan
penilaian kepadanya. Bisa jadi ada ketidaktepatan dalam menerapkan
teori-teori fiqih dakwah yang telah dipelajari selama ini.
Capek, lelah mendera jiwa dan raga. Namun ini adalah pilihan, yang
tidak ada sedikitpun paksaan kita bersamanya. Bisa jadi di sepanjang
perjalanan dakwah ini ada ketidakpahaman, ada ketidakmengertian, dan
kita tidak pernah menemukan jawaban. Bisa jadi Khalid bin Walid tidak
pernah mengerti mengapa dirinya diganti dari posisi panglima perang yang
demikian dihormati. Namun toh kehormatan dirinya tidak runtuh karena
posisi itu tidak lagi dia miliki.
Kehormatan diri kita adanya pada konsistensi. Konsisten menapaki
kebenaran. Konsisten menapaki jalan kebaikan. Komitmen pada peraturan.
Teguh memegang keputusan. Mendengar dan taat, itulah karakter kader
teladan. Bukankah ini ujian, karena yang kita dengar dan kita taati bisa
jadi berbeda dengan suara hati nurani. Qum Ya Hudzaifah !
Menggelegar suara perintah. Dan Hudzaifah segera bangkit berdiri. Taat
tanpa kompromi kepada Sang Nabi.
Kehormatan diri bukan terletak pada posisi kita sebagai apa. Tidak
menjadi apa-apa, tetap bisa dihormati. Kita terhormat karena karakter
yang kuat, kita terhormat karena karya yang tiada pernah berhenti, kita
terhormat karena kerja yang terus menerus, kita terhormat karena
keteladanan, kita terhormat karena konsisten, kita terhormat karena
kesabaran dan kesetiaan di jalanNya.
Sabar, itulah kunci keberhasilan dakwah di setiap mihwar.
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..