Assalamu Alaikum, Selamat datang Saudaraku. Semoga BLOG ini bermanfaat dan harapan kami agar Anda sering datang berkunjung. Wassalam. ==> YAHYA AYYASY <==

Menghindari Kematian Hati

Pekerjaan rutin dakwah bisa menyeret kita ke dalam sebuah kubangan “kemegahan” yang kita bangun bersama cita-cita dan harapan. Bergerak, membuat kita selalu berada dalam kesadaran, namun juga bisa memasuki zona nyaman yang membahayakan. Ketika pergerakan itu sendiri sudah menjadi rutinitas yang mematikan hati, karena terlampau sibuk mengurus “bagaimana agar selalu bergerak”, dan melupakan hakikat serta falsafah dasar perjuangan.

Berada dalam lingkungan orang-orang salih memang menyejukkan, namun kadang memberikan perasaan nyaman berlebihan. Merasa selalu terjaga, padahal keterjagaan adalah buah dari kesadaran aktif yang harus selalu dibangun dan diusahakan setiap saat. Namun pada titik aktivis dakwah mulai berinteraksi dengan segala jenis kalangan manusia, yang diperlukan adalah usaha yang lebih untuk terus memiliki kesadaran aktif akan tujuan besar yang hendak diraih bersama dakwah. Bukan tujuan praktis dan pragmatis, bukan kepentingan pribadi, bukan soal gengsi dan harga diri orang per orang.

Luar biasa membaca perjalanan tigapuluh tahun pergerakan dakwah, ketika beberapa gelintir orang penuh semangat dan dedikasi membangun mimpi, memulai tahapan yang paling asasi, membenahi diri. Tidak genap sepuluh orang pada awalnya, namun tigapuluh tahun telah memberikan banyak arti. Perlipatan jumlah, perluasan wilayah, pertambahan mihwar dakwah, mobilitas para aktivis, baik vertikal maupun horisontal, telah tampak terlihat. Apakah hanya itu tujuan dakwah ? Tentu tidak.

Banyaknya jumlah aktivis bisa melenakan. Lengkapnya fasilitas bisa melalaikan. Perbenturan aktivis dakwah dengan realitas medan yang sangat keras bahkan sanggup mematikan potensi hati. Bukan ahli maksiat yang perlu merasa khawatir akan kematian hati, karena para ahli maksiat memang telah mati potensi hatinya. Justru para aktivis dakwah yang harus sangat berhati-hati menjaga diri, agar terhindar dari fenomena kematian hati. Terlebih saat dakwah telah berada dalam wilayah kekuasaan politik yang sangat keras benturannya.

Izinkan saya mengingatkan kita semua, dengan nasihat dan tausiyah ustadz Rahmat Abdullah, Allahyarham, tentang kematian hati. Tausiyah beliau ini sangat relevan untuk selalu kita ingat dan kita renungkan dalam perjalanan dakwah kita pada hari-hari ini. Rehat sejenak saja, membaca ulang tausiyah yang menyejukkan, untuk menguatkan langkah dan menambah kehati-hatian bergerak bersama mesin dakwah.
Berikut tausiyah ustadz Rahmat Abdullah.

ustadz rahmat abdullah

Kematian Hati

Banyak orang tertawa tanpa (mau) menyadari sang maut sedang mengintainya. Banyak orang cepat datang ke shaf shalat laiknya orang yang amat merindukan kekasih. Sayang ternyata ia datang tergesa-gesa hanya agar dapat segera pergi. Seperti penagih hutang yang kejam ia perlakukan Tuhannya.

Ada yang datang sekedar memenuhi tugas rutin mesin agama. Dingin, kering dan hampa, tanpa penghayatan. Hilang tak dicari, ada tak disyukuri. Dari jahil engkau disuruh berilmu dan tak ada idzin untuk berhenti hanya pada ilmu. Engkau dituntut beramal dengan ilmu yang Allah berikan. Tanpa itu alangkah besar kemurkaan Allah atasmu.

Tersanjungkah engkau yang pandai bercakap tentang keheningan senyap ditingkah rintih istighfar, kecupak air wudlu di dingin malam, lapar perut karena shiyam atau kedalaman munajat dalam rakaat-rakaat panjang.

Tersanjungkah engkau dengan licin lidahmu bertutur, sementara dalam hatimu tak ada apa-apa. Kau kunyah mitos pemberian masyarakat dan sangka baik orang-orang berhati jernih, bahwa engkau adalah seorang saleh, alim, abid lagi mujahid, lalu puas meyakini itu tanpa rasa ngeri. Asshiddiq Abu Bakar Ra selalu gemetar saat dipuji orang. “Ya Allah, jadikan diriku lebih baik daripada sangkaan mereka, janganlah Engkau hukum aku karena ucapan mereka dan ampunilah daku lantaran ketidaktahuan mereka”, ucapnya lirih.

Ada orang bekerja keras dengan mengorbankan begitu banyak harta dan dana, lalu ia lupakan semua itu dan tak pernah mengenangnya lagi. Ada orang beramal besar dan selalu mengingat-ingatnya, bahkan sebagian menyebut-nyebutnya. Ada orang beramal sedikit dan mengklaim amalnya sangat banyak. Dan ada orang yang sama sekali tak pernah beramal, lalu merasa banyak amal dan menyalahkan orang yang beramal, karena kekurangan atau ketidak-sesuaian amal mereka dengan lamunan pribadinya, atau tidak mau kalah dan tertinggal di belakang para pejuang.

Mereka telah menukar kerja dengan kata. Dimana kau letakkan dirimu?
Saat kecil, engkau begitu takut gelap, suara dan segala yang asing. Begitu kerap engkau bergetar dan takut. Sesudah pengalaman dan ilmu makin bertambah, engkaupun berani tampil di depan seorang kaisar tanpa rasa gentar. Semua sudah jadi biasa, tanpa rasa.

Telah berapa hari engkau hidup dalam lumpur yang membunuh hatimu sehingga getarannya tak terasa lagi saat maksiat menggodamu dan engkau menikmatinya? Malam-malam berharga berlalu tanpa satu rakaatpun kau kerjakan. Usia berkurang banyak tanpa jenjang kedewasaan ruhani meninggi. Rasa malu kepada Allah, dimana kau kubur dia?

0 Komentar:

Posting Komentar

Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..

Recent Post widget Inspirasi Rabbani

Menuju

Blog Tetangga

Blog Tetangga
Klik Gambar untuk Berkunjung

Luwuk Banggai SULTENG

Luwuk Banggai SULTENG
ebeeee......