“Kita
rela mengorbankan apa yang kita miliki untuk sembuh dari penyakit
lahir, mengapa kita ragu untuk sembuh dari penyakit batin?”
Assalamu’alaikum wr.wb.
Sahabatku,
Rasa senang itu datang tatkala
kita dapat berkumpul untuk membina diri, membangun sebuah komunitas
perbaikan, melakukan transformasi pribadi menuju kepribadian muslim
yang menyeluruh dan benar. Sambil membuka Al-Qur’an, mata ini tak
jarang berbinar-binar melihat perkembangan, dan saya percaya
perkembangan itu menuju perbaikan. Seperti mimpi, rasanya kehidupan
Islami seperti tampak jelas di pelupuk mata. Harapan untuk membangun
peradaban madani seperti masih terbuka lebar dan memang terbuka lebar
sahabatku, ketika kita masih bisa konsisten dan meningkatkan kualitas
kelompok pembinaan kita. Karena pembinaan adalah pilar peradaban. Kalau
pernah melihat senangnya mahasiswa di wisuda, bagi saya ketika di
waktu pembinaan lebih dari itu, bahkan rasa senang itu bukan satu kali
seumur hidup tetapi setiap pekan sekali. Apakah engkau merasakan hal
serupa sahabatku?
Sahabatku,
Rasa khawatir itu pun datang pula, tampaknya kelompok pembinaan kita kurang berjalan dengan baik. Saya
seperti sibuk sendiri dan serasa meluangkan sedikit waktu untuk
pembinaan kita, sehingga acap kali waktu pembinaan kita tidak cocok.
Disamping itu, Saya terkadang mengundurkan jadwal pembinaan yang sudah
disepakati, atau bahkan meniadakan pembinaan dan melanjutkan pada pekan
berikutnya. Dan itu dapat terjadi dalam dua pekan berturut-turut,
bahkan tiga pekan. Kemudian, terkadang saya terlambat datang padahal
waktu kita sangat terbatas. Saya menduga hal ini mengundang prasangka.
Mudah-mudahan dugaan saya salah. Saya khawatir tidak menjadi bukti
indahnya Islam. Maafkan ya sahabatku, maafkan atas keterbatasan diri
ini. Doakan ya, semoga saya bisa terus memperbaiki diri
sehingga Allah menurunkan kekuatan pada diri ini untuk melanjutkan
pembinaan kita. Maukah engkau memaakan dan mendoakan?
Sahabatku,
Saya percaya tatkala engkau
tidak datang, mungkin sedang terdesak dengan kondisi yang payah. Tugas
sedang menumpuk yang tiada habis-habisnya. Mungkin sedang kedatangan
saudara jauh bahkan orang tua. Mungkin pula amal-amal di lapangan
seperti jabatan-jabatan organisasi menuntutmu berbuat lebih banyak
sehingga waktu ini menjadi amat terbatas. Atau terbentur jadwal Home Tournament yang
tidak bisa digantikan. Atau mungkin harus menyiapkan ujian pada esok
hari atau lusa. Saya paham akan hal itu semua. Saya yakin dirimu pun
berusaha agar kondisi itu membaik dan kembali singgah di taman-taman
pembinaan kita. Andai tidak demikian pun, saya sudah memaafkan. Tidak
perlu khawatir sahabatku, meski engkau tidak datang, saya akan tetap
menunggu. Dan akan menyambutmu ketika engkau sudah siap untuk kembali.
Semoga engkau tidak hadir bukan karena kecewa dengan diri yang terbatas
ini. Masihkah engkau segan? ^_^
Sahabatku,..
Upayakanlah untuk hadir meski
engkau memiliki banyak aktivitas. Mungkin saya salah, tetapi andai
boleh menyarankan, prioritaskanlah agenda pembinaan. Dimana pun berada,
kapan pun dan dengan siapa pun. Manfaat dari pembinaan ini sangatlah
besar. Bukankah ketika kita sakit badan kita ingin sekali sembuh dan
mengorbankan apa yang kita miliki agar sembuh dan terbebas dari
belenggu penyakit. Bahkan ketika kita ingin sembuh dari penyakit
intelektualitas, kita bekerja keras untuk mencapainya. Namun, mengapa
ketika kita berpenyakit batin, kita enggan sembuh dan enggan
mengorbankan apa yang kita miliki.
Oleh karena itu, mari kita
seimbangkan aktivitas penyembuhan kita bersama. Dengan demikian,
jadikanlah kelompok pembinaan kita seperti OASE di gurun, tempat engkau
menyegarkan diri, tempat mendapatkan pandangan baru. Jadikanlah
kelompok pembinaan kita seperti pohon rindang, tempat beristirahat
sejenak sekaligus untuk merenungi kejadian-kejadian sepekan penuh yang
telah kita lalui. Jadikanlah kelompok pembinaan kita seperti charger,
tempat mengisi ulang ruhiyah kita. Dan Jadikanlah kelompok pembinaan
kita layaknya kampus abadi, tempat kita belajar, berlatih dan beramal.
Wallahu’alam
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Mengarungi samudra kehidupan
Kita ibarat para pengembara
Hidup ini adalah perjuangan
Tiada masa tuk berpangku tangan
Setiap tetes peluh dan darah
Tak akan sirna di telan masa
Segores luka di jalan Allah
Kan menjadi saksi pengorbanan
Allahu Ghayatuna (Allah adalah Tujuan Kami)
Ar-Rasul Qudwatuna (Rasulullah Teladan Kami)
Al-Qur’an Dusturuna (Al-Qur’an Pedoman Hidup Kami)
Al-Jihadu Sabililuna (Jihad Adalah Jalan Juang Kami)
Al-Mautu fii sabilillah Asma Amanina (Mati di Jalan Allah adalah Cita-cita Kami Tertinggi)
(by Shoutul Harakah)
http://www.lingkaran.org/surat-terbuka-untuk-menteemutarabbi-kampus.html
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..