Seperih rasa sakit.. Sungguh, jauh berbeda dari hari sebelumnya. Rasanya, air mata tak ingin berdiam diri, melepas diri, menangis. Dan aku tahu, saat itu, ada perih yang terasa menyayat hati. Dan aku paham, ukhuwah itu tidaklah sunyi dari uji.
“karena saat ikatan melemah, saat keakraban merapuh
Saat salam terasa menyakitkan, saat kebersamaan serasa siksaan
Saat pemberian bagai bara api, saat kebaikan justru melukai
Aku tahu, yang rombeng bukan ukhuwah kita
Hanya iman-iman kita yang sedang sakit, atau mengerdil
Mungkin dua-duanya, mungkin kau saja
Tentu lebih sering, imankulah yang compang-camping ,,, “
(Salim A Fillah )
Yah, benar..
Imanku sedang sakit, amalanku menurun dari semangat
Yah benar..
Akulah yang sebenarnya tersalah, akulah yang pantasnya terdakwa.
Begitulah ukhuwah, atmosfer yang terkadang berganti. Menyengat,
menyayat hati hingga sesekali menghalau air mata yang menandakan
kesedihan.
Mungkin, aku yang tak paham bahwa sahabatku juga tak lepas dari
ujiNya. Hingga terkadang sedih menyergapnya, masih saja ku tambah dengan
ketidakpahamanku. Dan sungguh, aku juga tak lepas dari ujiNya. Hingga
terkadang sedih sedang berhadir bertemu dengan ketidaktahuanmu. Dan
akhirnya, harus kita tahu, ukhuwah itu sedang di uji. Saat
ketidakpahamanku dan ketidaktahuanmu menyatu tanpa melebur. Kita
mungkin tahu, tapi tidak mau tahu.
Apakah cinta dalam ukhuwah itu ada hanya ketika hati tentram?
Apakah cinta dalam ukhuwah itu hadir hanya saat hati bahagia?
Lalu, kemana ia saat hati gerah memanas?
Lalu, kemana ia saat hati tangis memerih?
Mungkin, ia lagi bersembunyi, menghilang.
Mungkin akan kembali, mungkin tidak.
Begitulah ukhuwah, ia tak sepi dari uji.
Begitulah sakitnya rasa cinta dalam ukhuwah, kala ia tak lagi sama
dengan sebelumnya, hati terasa memerih, memerah tangis. Kala kata-kata
mulai tidak seperti biasanya, segeralah hati merundung sedih. Kalau lah
tidak ada rasa cinta, sungguh itu takkan terjadi, namun apakah harus
bahagia atau bersedih?
“Abu Bakr bersimpuh lalu menggenggam tangan sang Nabi. Ditatapnya
mata suci itu dalam-dalam. ‘antara aku dan putra Al-Khattab,’ lirihnya,
‘ada kesalahpahaman. Lalu dia marah dan menutup pintu rumah. Aku merasa
menyesal. Maka ku ketuk pintunya, kuucapkan salam berulangkali untuk
memohon maafnya. Tapi, dia tidak membukanya, tak menjawabku, dan tak
juga memaafkanku.’
Tepat ketika Abu Bakr berkisah, ‘Umar ibn Khattab datang dengan
resah. ‘sungguh aku di utus pada kalian,‘ sang nabi bersabda menghardik,
lalu kalian berkata, ‘engkau dusta!’
Wajah beliau tampak memerah, campuran antara murka dan rasa malunya yang lebih dalam dibanding gadis dalam pingitan.
‘hanya Abu bakr seorang,‘ sambung beliau, ‘yang langsung mengiyakan,‘
engkau benar ! ’lalu dia membelaku dengan seluruh jiwa dan hartanya.
Masihkah kalian tidak takut pada Allah untuk menyakiti sahabatku?’
‘Umar berlinang, beristighfar dan berjalan bersimpuh mendekat. Tetapi
tangis Abu Bakr lebih keras, derai air matanya bagai kaca jendela
lepas. ‘tidak ya Rasulullah. Tidak. Ini bukan salahnya,‘ serunya
terpatah-patah isak. ‘Demi Allah akulah yang memang yang keterlaluan.‘
lalu dia pun memeluk ‘Umar, menenangkan bahu yang terguncang. Mereka
menyatukan rasa dalam dekapan ukhuwah, menyembuhkan luka.“
Dan lihatlah, insan-insan terbaik ini pun tak lepas dari uji dalam
ukhuwah mereka. Dan begitu pun kita, dan disini aku berada di posisi
‘Umar yang (mungkin) menyakiti hambaNya, dan disini aku berada di posisi
Abu Bakr yang (mungkin) memang keterlaluan.
“Masihkah aku tidak takut menyakiti hamba Allah yang dicintaiNya, yang berkorban di jalanNya?“
Sungguh, sebenarnya aku takut. Semoga aku berada diantara kemaafan
sahabat-sahabatku atas ukhuwah yang belum kutunaikan haknya. Dan
ketahuilah, kita hidup dalam kemaafanNya.
“ Ya Rabb..
Izinkan aku mencintai sahabat-sahabatku baik di kala ia ridho atasku dan baik di kala ia enggan atasku..
Izinkan aku mengasihi sahabat-sahabatku baik di kala ia bahagia denganku dan baik di kala ia benci denganku..
Izinkan kami mencintai karenaMu, hingga ujian dalam ukhuwah ini bisa kami lewati dengan kefahaman kami dan keridhoanMu. “
Oleh: Linda MS, Tangerang
http://www.fimadani.com/tangisan-ukhuwah/
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..