Assalamu Alaikum, Selamat datang Saudaraku. Semoga BLOG ini bermanfaat dan harapan kami agar Anda sering datang berkunjung. Wassalam. ==> YAHYA AYYASY <==

Pemimpin Ketinggalan Bus

Sebuah bus yang penuh berisi penumpang sedang melaju dengan cepat menelusuri jalanan yang menurun. Di belakang bus tampak ada lelaki yang mengejar bus dengan berlarian. Tampak wajahnya tegang dan berusaha sekuat tenaga mencapai bus yang kian kencang.

Seorang penumpang mengeluarkan kepala keluar jendela bus dan berkata kepada lelaki yang mengejar, “Hai kawan! Sudahlah kamu tak mungkin bisa mengejar bus ini!”
Lelaki tersebut menjawab, “Saya harus mengejarnya . . .”
Dengan nafas tersengal-sengal dia berteriak, “Saya adalah pengemudi bus ini!”
*******
Menjadi pemimpin bukanlah pekerjaan mudah. Salah satu tugas pemimpin adalah memberi arahan atau direction kepada semua pihak yang menjadi tanggung jawabnya. Ia harus bisa mengarahkan semua potensi agar bekerja secara optimal guna mencapai tujuan organisasi.

Mengarahkan adalah soal ilmu dan seni. Tentu ada ilmu yang bisa dipelajari, bagaimana cara memberi arahan. Bagaimana cara memberikan kejelasan direction yang mudah dimengerti dan dilaksanakan semua anggota. Namun mengarahkan juga memiliki seni tersendiri.
Menebar Racun Persepsi
Suatu saat seorang pemimpin organisasi memberikan arahan dengan berapi-api. Ia bercerita tentang visi dan misi organisasi. Ia mengarahkan agar semua anggota bekerja dan berjuang untuk mencapai visi dan misi organisasi di tengah kompetisi yang semakin berat. Ia bercerita tentang rival atau musuh organisasi, yang bisa menghancurkan keutuhan organisasi. Ia bercerita tentang strategi memenangkan kompetisi di tengah rivalitas berbagai organisasi.

Sang pemimpin mampu membangkitkan semangat dan motivasi kepada semua anggota. Arahan yang disampaikannya benar-benar membakar semangat para anggota. Mereka semua terbangkitkan jati dirinya sampai ke level emosi. “Kita harus bangkit !” kata sang pemimpin yang disambut dengan teriakan dan yel-yel yang kompak.

Berkali-kali dalam kesempatan yang berlainan sang pemimpin kharismatik ini menyampaikan arahan serupa. Ia selalu mampu membangkitkan gairah yang menyala kepada semua anggota untuk setia dan membela visi organisasi, bahkan semua cara harus dilakukan dalam rangka memenangkan kompetisi. Kalau perlu harus menyerang dan mematikan rival, agar semakin menguatkan eksistensi organisasi.

Apalagi dibumbui dengan cerita-cerita yang membangkitkan emosi. Bahwa ada musuh yang telah bekerja siang dan malam untuk menghancurkan organisasi. Bahwa ada konspirasi yang sangat berbahaya dan telah efektif bekerja menggerogoti organisasi. Bahwa ada sejumlah operasi musuh yang sedang berjalan untuk mematikan organisasi. Para anggota menyimpan kemarahan yang mendalam terhadap musuh-musuh yang sedemikian memuakkan.

“Lawan !” kata para anggota serempak.
“Hancurkan !” kata semua anggota dengan kompak.
Semenjak proses “pembakaran” emosi berlangsung, temperamen para anggota mulai menampakkan perubahan. Mereka berubah menjadi beringas saat bertemu anggota organisasi lain yang masuk kategori musuh. Emosi mereka mudah memuncak hanya karena melihat organisasi rival sedang melakukan kegiatan yang telah terprogramkan.

Inilah racun persepsi itu. Sebuah racun yang sangat ganas dan merubah temperamen serta perilaku. Bermula dari persepsi, akhirnya meracuni watak dan perbuatan.
Jahatnya Racun Persepsi
Teori konspirasi telah merasuk sampai tulang sumsum para anggota. Teori permusuhan  telah masuk menjadi aliran darah dan ritme nafas semua anggota. Setiap melihat aktivitas organisasi yang menjadi rival, pikiran mereka selalu menyimpukan, “Mereka sedang berusaha menghancurkan organisasi kita”.

Setiap ada tokoh organisasi rival yang muncul di media memberikan pernyataan, selalu dikaitkan dengan strategi penghancuran dan permusuhan. “Modus apa lagi yang dia lakukan untuk merusakkan organisasi kita ?”
Tidak ada yang benar, semua aktivitas dan pernyataan dari organisasi rival selalu dinilai negatif dan salah. Semua masuk dalam kerangka teori yang telah terbangun kokoh di benak mereka, bahwa organisasi rival selalu bekerja siang dan malam, tanpa kenal lelah, mengeluarkan berbagai daya dan upaya untuk menghancurkan organisasi mereka. Pikiran mereka dipenuhi curiga dan kewaspadaan yang berlebihan.

Hingga akhirnya terjadilah peristiwa itu. Ada sedikit salah paham saat organisasi rival melakukan aktivitas rutin.
“Mengapa anda beraktivitas di sini ? Bukankan anda tahu ini wilayah kekuasaan kami ? Anda ingin merusak organisasi kami ya ?” tanya mereka.

Para rival sangat terkejut. Mereka hanya berkegiatan rutin, mereka telah memiliki program yang juga sudah berjalan selama ini tanpa ada masalah. Tiba-tiba program yang sudah rutin berjalan itu dipermasalahkan.
“Kami hanya menjalankan program rutin organisasi kami”, jawab sang rival.

“Bohong, selama ini anda bekerja sistemis merusak organisasi kami. Anda selalu memusuhi kami!” mereka tambah beringas.

Sang rival bertambah heran dan bingung. Tidak ada niat untuk melakukan perusakan atau penghancuran organisasi. Itu hanya kegiatan rutin yang selama ini juga sudah berjalan. Bagaimana bisa dituduh melakukan perusakan sistemis ?

Pertikaian tidak bisa dihindarkan. Setiap kali bertemu rival, selalu terjadi perbenturan fisik. Korban mulai berjatuhan, semakin lama semakin banyak. Dari kedua belah pihak. Racun persepsi telah menjalar dan menguasai hati, pemikiran dan perilaku anggota organisasi. Yang ada dalam benak mereka hanyalah mencegah lawan bekerja, agar tidak menghancurkan organisasi. Lawan, hancurkan ! Itu semboyan setiap bertemu rival.
Semakin lama permusuhan kian mengkristal. Konflik horisontal merebak dimana-mana. Para anggota tidak bisa lagi berpikir rasional dan proporsional. Semua berlaku emosional. Perilaku bakar membakar, perilaku saling melempar, akhirnya menjadi kian liar dan tidak bisa dikendalikan.

Sang pemimpin menyadari bahwa arahannya telah menjadi pemicu kerusuhan massal. Ia berusaha mengingatkan dan mengendalikan para anggota. Namun tidak bisa. Perilaku anggota yang emosional semakin kokoh terbangun akibat benturan praktis di lapangan. Emosi kian memuncak.

Gerakan para anggota yang emosi kian kencang. Seperti bus yang bergerak kian kencang pada jalan menurun. Seseorang berusaha sekuat tenaga mengejar bus yang berjalan kencang tersebut. Sia-sia. Bahkan seorang penumpang menasihati, “Hai kawan! Sudahlah kamu tak mungkin bisa mengejar bus ini!”
Lelaki tersebut menjawab, “Saya harus mengejarnya . . .”

Dengan nafas tersengal-sengal dia berteriak, “Saya adalah pengemudi bus ini!”
Awalnya Adalah Ilmu dan Kepahaman
Sebagai pemimpin, anda harus memberikan arahan untuk menumbuhkan kepahaman yang mendalam. Bukan arahan untuk membangkitkan emosi serta kemarahan anggota. Apabila para anggota bergerak berdasarkan ilmu, pengetahuan dan kepahaman, akan muncul pergerakan yang cerdas, smart, serta membuahkan hasil yang optimal seperti harapan.

Ada perbedaan yang mencolok antara ilmu dengan emosi. Ilmu cenderung memerlukan proses yang runtut dan bertahap. Seperti logika sekolah, dari TK hingga ke Perguruan Tinggi.  Seseorang tidak bisa sekolah di SMA apabila tidak pernah melalui sekolah dulu di SD. Hal ini karena pertumbuhan ilmu memerlukan proses yang bertahap.

Sedangkan emosi bercorak sesaat. Ia mudah diledakkan kapan saja, tanpa proses yang bertahap. Orang bisa dicetak dengan cepat untuk menjadi beringas dan penuh kebencian. Tanamkan saja racun persepsi, bangun saja teori konspirasi, maka para anggota akan terjebak dan terpenjara dalam racun persepsi yang sangat mematikan ini. Yang akan muncul hanyalah emosi.

Maka selalu tanamkan ilmu, pengetahuan dan pemahaman yang benar kepada para anggota organisasi. Jangan hanya meledakkan emosi mereka dengan berbagai cerita yang didramatisir untuk mendapatkan pembenaran. Bergerak berdasarkan ilmu berbeda dengan bergerak karena emosi. Bangsa kita sudah cukup sakit, jangan diperparah dengan tindakan yang membuat suasana permusuhan dan pertikaian berkepanjangan antara sesama anak bangsa.

Pemimpin Harus Bertanggung Jawab
Sebagai pemimpin, anda harus bertanggung jawab atas ledakan emosi para anggota. Bukankah itu dampak dari arahan yang anda berikan ?
“Saya tidak pernah memerintahkan anggota saya melakukan perusakan”, jawab sang pemimpin.
“Saya tidak pernah menyuruh anggota untuk bertindak brutal”.
“Saya tidak bisa mengendalikan anggota saya. Mereka sedang marah karena perbuatan musuh”.
Benarkah mereka marah dan emosi karena perbuatan musuh ? Tapi, siapa yang menciptakan musuh dalam benak mereka ? Siapa yang menyiapkan kerangka teori tentang konspirasi musuh sehingga mereka yakini ?
Pemimpin harus bertanggung jawab atas tindakan anggotanya. Tidak bisa berlepas diri dari tanggung jawab, dan melempar kesalahan begitu saja kepada pihak yang dianggap musuh.

Jangan menjadi pemimpin yang ketinggalan bus. Padahal harusnya anda yang menjadi sopir bus itu, nyatanya bus berjalan sendiri di jalan menurun. Anda mengejar dengan susah payah karena merasa bertanggung jawab untuk mengendarai bus. Ternyata bus bergerak kian cepat dan anda semakin payah untuk mengejarnya.
Bahkan seorang penumpang menasihati anda, “Hai kawan! Sudahlah kamu tak mungkin bisa mengejar bus ini !”

Anda menjawab, “Saya harus mengejarnya . . .”
Dengan nafas tersengal-sengal anda akhirnya berteriak, “Saya adalah pengemudi bus ini !”

Penulis : Ust. Cahyadi Takariawan
http://cahyadi-takariawan.web.id/?p=1870 

0 Komentar:

Posting Komentar

Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..

Recent Post widget Inspirasi Rabbani

Menuju

Blog Tetangga

Blog Tetangga
Klik Gambar untuk Berkunjung

Luwuk Banggai SULTENG

Luwuk Banggai SULTENG
ebeeee......