Kita sama tahu, kapitalisme sudah mengakar dalam
kehidupan masyarakat. Kaki dan tangannya masuk menyentuh sendi kongkret
perekonomian. Setiap hari manusia yang mengaku modern mengkonsumsinya.
Produk-produk diciptakan agar dinikmati dan ditukar uang dan barang.
Manusia
seperti dilanda kegilaan zaman dalam mengkonsumsi barang. Berapa banyak
pertukaran uang terjadi sungguh tak terbayangkan. Mobilitas tinggi
terjadi setiap hari dalam bentuk pekerjaan rutin. Menghadirkan manusia
“doyan” kerja sehingga tidak jarang, terampas kesempatan anak
mendapatkan kasih sayang ibu dan bapaknya.
Sayang kapitalisme
selalu gagal menjawab persoalan kemanusiaan. Bagaimana tidak, paham
kapital memuja kepentingan modal bagaikan Tuhan. Ketika faktanya,
sekarang kapitalisme mulai runtuh di Wall Street dan berbagai belahan
negara Eropa. Kita baru tersadarkan, paham ini bukan sebuah solusi bagi
kemaslahatan hidup manusia.
Keruntuhan kapitalisme dan berbagai
bentuk variannya memaksa fenomena baru yang mengerikan. Kemiskinan,
begitu banyak orang menyebutnya. Suatu bentuk gejala yang melahirkan
dampak negatif baru seperti kejahatan, sikap cuek dan tingginya nilai
individualisme. Sehingga wajar jika Ali Bin Abi Thalib RA berkata “ jika
kemiskinan itu manusia, aku akan membunuhnya.
Agaknya kemiskinan
juga yang membawa manusia China tidak peduli derita sesama. Kemiskinan
menghapus sensitivitas, sehingga seorang Yue yue dipaksa tergeletak
lemah tak berdaya. Darah mengucur setelah sebuah mobil menabraknya.
Puluhan orang melihat tanpa mau menolongnya. Nurani hari itu, resmi
terkubur.
Kejadian tragis yue yue, refleksi kita bersama. Betapa individualisme mengakar kuat. Habis mengikis “sense of belong” yang
jadi fitrah manusia. Hati dipaksa terusik melihat manusia modern
bergerak mundur. Rasional lumpuh dan membakar sendi kepedulian sosial.
Akhir zaman macam apakah ini?
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..