Hati-hati dengan kesepian. Inilah salah satu
penyakit yang mampu menggerogoti semangat berkarya, beramal dan
berdakwah. Dulu banyak kaum berilmu yang menyepikan diri dengan
pergaulan bersama umat karena ingin berkonsentrasi dalam beribadah
kepada Allah SWT. Mereka berkonsentrasi menjual dirinya pada Allah
semata. Tidak mau disibukkan dengan aktivitas lain yang akan mengganggu
konsentrasi ibadahnya.
Benarkah pendapat seperti di atas? Saya
hanya ingin memberikan penegasan bahwa berpendapat seperti di atas
sebenarnya sangat tidak salah saat umat semuanya sadar menjalankan
syariat agama? Namun sekarang masih banyak kita dapati umat yang
antipati menjalankan ajaran agamanya. Masih banyak orang mengaku Islam
tapi tak pernah patuh menjalankan ajarannya. Lalu kalau banyak orang
shalih yang tergoda untuk menyepi dan meninggalkan kebisingan dunia,
siapa yang akan menyadarkan orang-orang yang mengaku beragama tapi tak
mau menjalankan syariat agamanya itu? Siapa yang memberikan pencerahan
bagi umat yang semangat beribadahnya memburam? Siapa yang bangkit
melawan tontonan kemaksiatan yang memerihkan mata? Dan masih banyak lagi
pertanyaan-pertanyaan lainnya.
Saudaraku, mari hentikan aktivitas
menyepi kita. Menyepi dari urusan umat. Menyepi dari aktivitas dakwah.
Sesungguhnya dakwah adalah urusan kita yang sudah tersinari dengan
cahaya hidayah. Mengapa kita berhenti dari aktivitas mulia ini. Biarlah
yang lain berhenti dari aktivitasnya karena godaan-godaan dunia yang tak
mampu dilawannya. Tapi pastikan kau bukan di barisan orang-orang yang
tergoda itu. Biarlah yang lain menyepi karena virus merah jambu yang
membuat nyali berjuangnya mati. Tapi pastikan itu bukan engkau. Biarlah
yang lain pergi asalkan kau tetap berada di barisan ini.
Kita amat
tahu godaan-godaan untuk menyepi itu sangat banyak menyapa. Memanggil
kita dengan sangat kerasnya untuk menghampirinya. Tapi jangan pernah
tergoda. Keindahan surga dan kenikmatan bersaudara terlalu sayang untuk
kita tinggalkan.
Saudaraku, kenapa panggilan untuk menyepi itu
semakin kuat godaannya? Jawabannya karena kita telah kehilangan
kenikmatan beribadah kepada Allah. Coba periksa tilawah Qur’an kita.
Apakah tilawah itu mampu meresap dalam sanubari kita? Coba cek shalat
kita, apakah sudah kita kerjakan dengan khusyuk? Coba amati shalat Dhuha
dan tahajud kita, sudahkah mampu kita kerjakan dengan rutin? Coba cek
kedekatan kita dengan saudara-saudara seperjuangan, semakin renggang
atau semakin erat?
Ketika shalat tak mampu lagi khusyuk, ketika
tilawah Qur’an tak lagi menenangkan jiwa. Ketika Dhuha dan Qiyamullail
sudah semakin sering ditinggalkan. Ketika kita semakin jauh dari
saudara-saudara seperjuangan. Waspadalah, itulah yang menyebabkan virus
untuk menyepi dari jalan dakwah berkembang biak. Ketika virus-virus
keinginan menyepi itu tak segera dibasmi maka dia akan menjadi penyakit
dakwah yang mematikan. Hampir dapat dipastikan pengidapnya akan
meninggalkan jalan menuju surga yang pernah dilaluinya. Ketika
pengidapnya telah berjamaah maka akan dipastikan kapal jamaah dakwah itu
akan hancur berkeping-keping. Selanjutnya kehancuran kapal jamaah
dakwah akan menghancurkan jati diri umat terbaik. Dan hancurnya jati
diri umat terbaik akan menghancurkan kehidupan.
Sesungguhnya
dunia ini belum berakhir karena masih banyak orang beriman yang
menjalani aktivitas dakwahnya dengan penuh keikhlasan dan ketundukan.
Regenerasi orang beriman hanya tercipta dari kemauan para pendakwah
mengorbankan waktunya, hartanya dan bahkan hidupnya dalam mengajarkan
syariat-syariat Allah. Mari waqafkan kehidupan kita untuk menghadirkan
generasi-generasi orang beriman yang patuh pada perintah Allah SWT.
Jangan tergoda untuk menyepi karena bagi kita dakwah adalah nafas
kehidupan yang membuat usia hidup kita masih bertahan lama.
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..