What is a Muhasabah? Halah, nih nanyanya pake bahasa campur-campur
segala. Inggris dan Arab. Hehehe.. nggak apa-apa, selama kamu semua
ngerti. Ya, apa sih yang dimaksud dengan muhasabah? Ikuti tulisan ini ampe tuntas ya. Langsung aja kita ke TKP.......
Bro en Sis, Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Hai orang-orang
yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.” (QS al-Hasyr [59]: 18)
Ayat ini merupakan isyarat untuk melakukan muhasabah setelah amal
berlalu. Karena itu Umar bin Khaththab ra berkata, “Hisablah diri kalian
sebelum kalian dihisab” (Ibnu Qudamah, Minhajul Qashidin (terj.), hlm. 478)
Sobat muda muslim, muhasabah di sini artinya
senantiasa memeriksa diri kita sendiri. Sudah sejauh mana sih yang kita
raih dalam beramal baik. Sudah banyak nggak pahala yang kita perbuat,
atau jangan-jangan malah sebaliknya kedurhakaan yang mengisi penuh
pundi-pundi amal yang bakalan kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah?
Aduh, naudzubillahi min dzalik!
Jangan sampe suatu saat kita hanya bisa menyalahkan orang lain yang
kita tuduh nggak mengingatkan kita dari berbuat maksiat, padahal kita
yang nggak mau diingatkan dan malah menyalahkan yang mengingatkan kita.
Kalo itu yang kita lakukan berarti kita udah ngelakuin argumentum ad
hominem, lho. Buruk muka cermin dibelah tuh.
Padahal nih, kalo kita mau berpikir lebih dalem lagi tentang diri
kita, tentunya kita bisa merasakan betapa lemahnya kita. Betapa
ringkihnya kita sebagai manusia. Kalo ingin membayangkan gimana lemahnya
kita, bisa kita mengkaji diri bahwa seteliti-telitinya kita, selalu aja
ada celah kosong yang bisa membuat kita teledor. Sepandai-pandainya
kita, selalu saja ada peluang untuk berlaku bodoh dan salah. Betul ndak?
Tapi jangan khawatir, di balik kelemahan itu manusia adalah makhluk
Allah yang paling mulia. Potensi ini bahkan harusnya membuat kita lebih
memahami dengan kondisi kita. Coba, dari jaman Nabi Adam diciptakan
sampe sekarang ras manusia telah berhasil menciptakan berbagai kemajuan.
Contoh kecil aja, apa pernah kita melihat kucing bisa membuat sepeda
motor, terus makan dengan garpu (kecuali si Tom di film Tom and Jerry
kali ye?), kemudian ada kucing yang sekolah sampe jenjang yang lebih
tinggi. Belum pernah kita melihatnya, bahkan mendengarnya kecuali kalo
kita mau mengkhayal dalam sebuah cerita. Tapi manusia, banyak pencapaian
yang berhasil diraihnya dari jaman ke jaman. Iya kan? Tentu saja itu
juga berkat kemurahan Allah Swt. yang menjadikan manusia lebih mulia
dari makhlukNya yang lain. Manusia diberi akal, sobat. Maka,
berbahagialah memilikinya. Sure!
Allah Swt. menjelaskan dalam al-Quran (yang artinya): “Dan
sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di
daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan
makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS al-Israa’ [17]: 70)
Subhanallah, betapa besar cinta Allah kepada kita. Allah memberikan
segalanya buat kita. Itu sebabnya, sangat wajar jika kita kudu pandai
mengelola segala potensi hidup yang telah diberikan Allah Swt. Aneh bin
ajaib kalo masih ada manusia yang nggak bisa memanfaatkan potensi yang
dimilikinya. Sangat heran pula jika pun pandai memanfaatkan potensi yang
dimilikinya tapi salah dalam mengamalkannya. Misal, ia memiliki potensi
kreativitas yang tak ada hentinya, tapi kreatif dalam rangka mencuri
barang orang lain atau kreatif mengolah kata-kata bernuansa pornografi.
Wah, itu namanya memanfaatkan di jalur yang salah dong ya? Hindari deh!
Sobat muda muslim, jika kita memanfaatkan
potensi kita, tentunya tidak lepas dari rasa syukur kita kepada Allah
Swt. yang telah memberikan segalanya buat kita. Artinya, amalan kita
dalam memanfaatkan potensi pun kudu benar sesuai tuntunan Allah Swt.
Nggak bisa asal njeplak berdasarkan hawa nafsu kita. Nggak bebas en liar
gitu tentunya.
Sebab, jangan lupa, apa yang kita lakukan nggak bakalan lepas dari
pengamatan Allah Swt. Kalo di sekolah kita bisa ngibulin teman atau guru
dengan berbohong, maka Allah nggak bakalan bisa dibohongi. Kalo di
dunia ini para pembunuh bisa nyantai, bebas berkeliaran belum dihukum
oleh negara, maka di akhirat ia pasti nggak bakalan lolos dari hukuman
yang diberikan Allah Swt. Bahkan Allah Swt. tak akan pernah salah dalam
mengkalkulasi amalan kita. Nggak bakalan ketuker masukin data. Allah
Swt. pasti jeli, amalan kita yang baik akan ditaro di “folder” amalan
baik. Begitu pun amalan buruk kita. Terus, terminal akhir di akhirat pun
sudah jelas buat tiap-tiap manusia sesuai amalannya. Surga buat yang
amal baiknya banyak, sementara neraka khusus untuk yang berbuat maksiat
waktu di dunia dan nggak sempat bertobat hingga akhir hayatnya.
Watau, ini kok ngomongnya pahala-dosa dan surga-neraka aja sih? Ya,
biar kita takut. Biar kita benar-benar taat kepada Allah Swt. Karena
sejatinya yang menciptakan surga dan neraka juga Allah Swt. Tempat itu
pun sudah disiapkan oleh Allah untuk kita sesuai amalan kita. Semoga
surga yang kita dapatkan.
Hmm…jadi inget lagunya Chrisye, “Jika surga dan neraka tak pernah ada, masihkah kau sujud kepadaNya? Jika surga dan neraka tak pernah ada, masihkah kau, menyebut namaNya?” **kamu inget lagu ini?
Sayangnya, meski surga dan neraka sudah jelas diterangkan
keberadaannya di al-Quran oleh Allah Swt. banyak manusia yang tetap
berbuat maksiat. Banyak mausia yang nggak ngikutin perintah Allah dan
bahkan banyak manusia ogah menyembahNya. Aneh banget kan? Apalagi kalo
surga dan neraka nggak ada?
Mulai saat ini juga
Sebaiknya, mulai saat ini juga memang kita kudu sadar diri. Yuk, kita mengkaji al-Quran, mengkaji Islam lebih dalam. Memahami siapa diri kita, siapa pencipta kita. Karena apa? Karena kita manusia, yang memang banyak kekurangannya dibanding kelebihannya. Sebagai wujud rasa syukur kita, pantes banget deh kalo kita beribadah hanya Allah Swt. Bukan kepada yang lain. Catet ya, hanya kepada Allah Swt.
Dan, kayaknya perlu diingatkan lagi, bahwa dalam hidup ini selalu
saja ada godaan. Dunia itu terlalu gemerlap. Maka, jika kemudian kita
berbuat salah dan maksiat kepada Allah, lalu diingatkan oleh orang lain,
sikap yang terpuji adalah berani mengakui kesalahan, mendengar dan
menuruti nasihat teman kita itu serta nggak mau mengulangi perbuatan
maksiat. Jangan sebaliknya, malah marah dan menyalahkan orang lain.
Padahal, orang lain atau teman kita hanya mengingatkan kita. Ibarat
cermin, teman kita tahu apa yang kita lakukan, sementara kita yang
sedang lupa bin khilaf jelas nggak bakalan ngeh kalo ternyata kita
berbuat salah. Kalo sampe kita nggak mau mengakui kesalahan kita atau
kelemahan kita setelah diingatkan, bisa digolongkan sebagai orang yang
ditulis dalam peribahasa: buruk muka cermin dibelah. Iya kan?
Yuk, kita bareng-bareng meningkatkan kualitas amalan kita dan
memperbanyak amal shaleh. Senantiasa ikhlas, bersabar, dan bersyukur
kepada Allah Swt. Nggak jamannya lagi mengingkari kelemahan kalo
sejatinya kita emang lemah dan nggak mampu. Juga nggak perlu malu
mengakui kesalahan jika memang kita salah. Jangan menyerang orang lain
yang kita tuding sebagai biang kesalahan kita, tapi kita seharunya
melakukan interospeksi diri. Sebab, kita hidup bersama orang lain. Dan
kita memang saling membutuhkan satu sama lain. Kita juga pasti butuh
kepedulian dari orang lain (termasuk kita sendiri harus peduli dengan
orang lain).
Itu sebabnya, sungguh sebuah tragedi kalo kita merasa benar sendiri,
merasa nggak perlu saran dan masukan dari orang lain, nggak mau
diingatkan ketika salah, nggak mau mengakui kelemahan dan kesalahan yang
dilakukan, dan lebih celakanya lagi kalo kita menuding orang lain dan
menimpakan kekesalan kita kepada mereka ketika kita salah atau gagal.
Jika terus demikian, di mana keikhlasan kita?
Semoga kita menjadi hamba Allah yang beriman, bertakwa dan senantiasa
lapang dada dan ikhlas menerima saran dan kritikan dari orang lain.
Karena semua itu demi kebaikan kita dan kemajuan kita bersama. Apalagi
jika kita hidup dalam sebuah organisasi atau komunitas (termasuk
organisasi dakwah). Selain muhasabah diri untuk lebih baik bagi akhirat
kita kelak, juga muhasabah untuk kebersamaan kita sebagai gologan kaum
muslimin yang akan melakukan perubahan ke arah yang lebih baik untuk
kehidupan di dunia dan di akhirat kelak demi tercapainya tujuan bersama
yang dicita-citakan.
Semoga tulisan singkat tentang muhasabah diri di buletin kesayangan
kamu ini mampu mengingatkan kepada kita semua tentang pentingnya ikhlas,
keutamaan dan sangat bermanfaatnya keikhlasan dalam kehidupan kita.
Ikhlas akan senantiasa memberikan ketenangan. Hidup tidak gelisah tidak
penuh kebencian kepada sesama, tak ada buruk sangka, tak ada rasa
khawatir menjadi miskin atau kehilangan kedudukan, dan jabatan. Ikhlas
membuat kita tak perlu gelisah melihat orang lain lebih baik dari kita
atau berhasil mengalahkan kita dalam kehidupan. Justru jika kita merasa
terancam atau ingin merebut kebahagiaan orang lain, ikhlas kita akan
rusak digerus rasa hasad atau dengki kita.
Nikmati dunia ini dengan cara yang benar dan tuntunan yang sesuai
ketetapan Allah Swt. dan RasulNya. Tak perlu khawatir, karena semua yang
diberikan oleh Allah Swt. kepada kita adalah demi kebaikan kita.
Tetaplah kita bersama Allah Swt. dan RasulNya. Jalani hidup dengan
ikhlas, insya Allah nikmat, bahagia, tanpa perlu merasa was-was. Ikhlas
menjadikan kita lebih terhormat di hadapan Allah Swt., juga menjadikan
orang lain berusaha mencontoh pribadi kita yang baik. Semoga, kita semua
bisa menjadi hamba-hamba Allah Swt. yang senantiasa ikhlas menghadapi
berbagai kenyataan hidup sembari berdoa memohon ampun dan pertolongan
kepada Allah Swt. Kita muhasabah diri: seberapa ikhlaskah kita? Hanya
kita yang mampu menjawabnya. Interospeksi yuk! [solihin |Twitter @osolihin]
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..