Setelah tiba di Madinah Nabi mulai meletakkan dasar-dasar pembangunan masyarakat Madinah. Dalam Fiqhus Sirah Muhammad Al-Ghazaly disebutkan ada 3 hal yang dibangun Nabi Muhammad SAW dalam rangka penegakan daulah Islamiyah:
- Memperkokoh hubungan umat Islam dengan Allah, hal ini ditandai dengan membangun masjid sebagai pusat peribadatan dan penggemblengan ruhani.
- Memperkokoh hubungan intern ummat Islam, yakni dengan mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar. Dengan ini jama’ah muslimin semakin solid dan kuat.
- Mengatur hubungan umat Islam dengan non muslim. Untuk itu Rasulullah SAW melakukan penandatanganan Piagam Madinah (sulhul Madinah), berisi kesepakatan untuk hidup berdampingan secara damai antara umat Islam dengan kaum Yahudi serta musyrikin dengan hak dan kewajiban yang sama.
Dengan 3 pilar tersebut kedudukan kaum muslimin semakin mantap. Hal  
lain yang perlu dicatat adalah Rasulullah SAW mendirikan pasar Madinah  
sebagai pembangunan basis perekonomian. Selain itu, dalam rangka menjaga
  keamanan daulah Islamiyah, Rasulullah mengirim sariyyah 
dengan  tugas patroli mengawasi lalu lintas kafilah yang bergerak  dari 
Mekkah  ke Syam dan sebaliknya. Hal ini menurut Muhammad Al-Ghazaly 
untuk  memperlihatkan kekuatan kaum muslimin dan memberi peringatan 
kepada  musyrikin Quraisy.
624 M: Tersiar kabar bahwa sebuah kafilah raksasa  
kaum musyrikin berangkat meninggalkan Syam. Rasulullah kemudian diikuti 
 sahabat-sahabatnya bermaksud menghadang kafilah tersebut untuk  
memberikan pukulan telak kepada penduduk Mekkah. Akan tetapi kafilah Abu
  Sufyan berhasil menyelamatkan diri, dan Allah memiliki rencana lain:  
Perang Badar! Perang ini menjadi shiraaul wujud (pertempuran  
eksistensi) bagi kaum muslimin. Dalam perang ini kaum musyrikin Quraisy 
 kalah telak, sementara eksistensi kaum muslimin semakin diperhitungkan 
 masyarakat Arab pada saat itu.
Tepatnya bulan Syawal, Yahudi Bani Qunaiqa mulai berulah, yakni  
terjadinya insiden pelecehan seorang muslimah yang menimbulkan keributan
  dan terbunuhnya seorang muslim. Berawal dari peristiwa inilah  
terjadinya ketegangan antara kaum Muslimin dengan kaum Yahudi. Setelah  
dikepung selama 15 hari akhirnya Yahudi pergi ke Adzraat di daerah Syam.
625 M: Setelah kekalahan di Badr kaum musyrikin  
bermaksud melakukan balas dendam. Maka pada pertengahan Syawal mereka  
bergerak mendekati Madinah. Kemudian terjadilah perang Uhud. Pada perang
  ini kaum muslimin sempat berhasil memukul mundur orang-orang Quraisy, 
 akan tetapi keadaan berbalik setelah beberapa orang pasukan muslimin  
tidak menjalankan komando Nabi.
‘Kekalahan’ muslimin di Uhud memunculkan keberanian kelompok-kelompok
  yang dengki kepada kaum muslimin (Arab Badui dan Yahudi). Bani Asad  
mencoba menyerang Madinah, akan tetapi berhasil dipatahkan oleh kaum  
muslimin di bawah pimpinan Abu Salmah. Beberapa saat setelah itu Bani  
Hudzail pun melakukan hal yang sama. Begitu pula Yahudi Bani Nadzir  
mulai berulah (merencanakan pembunuhan Nabi) sampai akhirnya diusir dari
  Madinah.
627 M: Setelah beberapa kali terjadi operasi militer
  untuk menjaga keamanan Madinah akhirnya terjadilah perang Ahzab  
(Khandaq), dimana Yahudi Bani Quraidhah, Arab Badui yang dimotori Bani  
Ghatafan dan musyrikin Quraisy bersatu padu hendak menyerang Madinah.  
Akan tetapi rencana busuk mereka itu digagalkan Allah SWT dengan  
menimpakan kesulitan dan perpecahan di antara mereka.
628 M: Pada bulan Dzulqa’dah tahun ke 6 hijriyah  
Rasulullah pergi menuju Makkah untuk melaksanakan umrah. Akan tetapi  
dihalang-halangi kaum Musyrikin. Kemudian  dilakukan negosiasi. Juru  
runding dari kaum muslimin adalah Utsman bin Affan. Sempat terjadi  
peristiwa bai’aturidwan menyusul kabar terbunuhnya Utsman. Tapi
  tenyata Utsman hanya sempat tertahan saja. Berikutnya kaum Quraisy  
mengutus Suhail bin Amr untuk melakukan perjanjian dengan Rasulullah,  
yang kemudian dikenal dengan perjanjian Hudaibiyyah. 
Isi  
perjanjian tersebut adalah tentang kesepakatan gencatan senjata selama  
10 tahun dan harus batalnya maksud kaum muslimin berumrah ke Makkah  
tahun ini. Perjanjian ini menimbulkan tanda tanya mayoritas para  
sahabat.
Tapi sebenarnya, perjanjian Hudaibiyah ini adalah kemenangan  
gemilang. Karenan langkah politis Nabi ini semakin memacu percepatan  
dakwah Islam. Jumlah kaum muslimin pasca perjanjian ini melonjak tajam. 
 Sebagai gambaran tentang hal ini Ibnu Hisyam menyebutkan ungkapan  
Az-Zuhri bahwa pada saat keberangkatan ke Hudaibiyyah Rasulullah hanya  
diikuti sekitar 1400 orang. Tapi 2 tahun kemudian pada peristiwa futuh  
Makkah Nabi diikuti sekitar 10.000 orang.
Pada masa-masa ini terjadi ketegangan dengan orang-orang Yahudi yang 
 merasa tidak tenang melihat pertumbuhan kekuatan kaum muslimin. Mereka 
 bersama Bani Ghathafan berencana melancarkan tindakan subversive. Maka 
 sekembalinya dari Hudaibiyyah, kaum muslimin segera menuju Khaibar pada
 7  hijriyah. Khaibar pun akhirnya dapat dikuasai kaum muslimin. Inilah 
 benteng terakhir orang-orang Yahudi di Madinah. Bertepatan runtuhnya  
Khaibar, kaum Muhajirin dari Habasyah pulang.
Kekuatan kaum muslimin terus berkembang, dakwah Islam semakin gencar 
 dilakukan. Rasulullah mulai memperkenalkan Islam ke luar negeri melalui
  surat-surat dakwahnya, diantaranya beliau mengirim surat kepada Kisra 
 (Raja Persia), Kaisar Romawi, Najasyi raja Habasyah, dll.
629 M: Menjelang akhir tahun 7 hijriyah kaum  
muslimin melakukan umrah sesuai perjanjian Hudaibiyah. Disini kaum  
muslimin melakukan mudzaharah, show of force untuk memperlihatkan kekuatan.
Pada tahun inilah Hubail bin Amr, utusan Nabi ke penguasa Bashra  
dibunuh. Peristiwa ini mencetuskan Perang Mut’ah. Dalam perang ini 3000 
 pasukan kaum muslimin  berhadapan dengan 200.000 orang pasukan Romawi  
dan Nasrani Arab. Perang berakhir seri, tidak ada yang menang maupun  
yang kalah.
630 M: Berawal penyerangan Quraisy terhadap Bani  
Khuza’ah (sekutu kaum muslimin), terjadilah peristiwa Futuh Makkah.  
Bersama 10.000 pasukan, Rasulullah memasuki Makkah dan menguasainya.  
Berhala-berhala dihancurkan. Pada hari itu semua penduduk Mekkah memeluk
  Islam.
Kabilah Hawazin dan Kabilah Tsaqif menyerang kaum muslimin, maka  
terjadilah Perang Hunain. Bani Hawazin menyerah sedangkan Bani Tsaqif  
melarikan diri dan berlindung di benteng-benteng, beberapa bulan  
kemudian mereka menyatakan diri masuk Islam.
631 M: Terdengar kabar bahwa Romawi berencana  
menyerang Madinah, maka Rasulullah segera memobilisasi pasukan untuk  
mencegah niat busuk mereka. Kaum muslimin keluar dari Madinah menuju ke 
 Tabuk dalam suasana musim panas. Mereka menempuh perjalanan panjang  
sejauh 800 km dari Madinah. Tapi ternyata orang-orang Romawi  
mengurungkan niatnya.
Eksistensi dakwah Islam terus menguat, orang–orang berdatangan ingin 
 mendengar dakwah ini, diantaranya adalah datangnya utusan Nasrani 
Najran  yang akhirnya menyatakan takluk kepada daulah Islam dan bersedia
  membayar jizyah.
632 M: Tahun ke 10 hijriyah Rasulullah melakukan  
Haji wada. Sepulang dari Makkah Nabi berencana melakukan penyerangan  
kepada Romawi karena telah membunuh Farwah bin Umar Al-Judzami, seorang 
 kepala daerah Romawi yang masuk Islam. Akan tetapi hari-hari terakhir  
bulan Shafar tahun 11 Hijriyah, Rasulullah mulai menderita sakit.  
Akhirnya pada usia 63 tahun Rasulullah wafat.
Marhalah Madaniyah adalah Marhalah pengokohan dakwah. Karakteristik yang menonjol pada fase dakwah ini adalah adanya:
- Al-Qa’idatu al-ijtima’iyyah, pembentukan dan pemantapan kaidah-kaidah kemasyarakatan.
- Al-Qa’idatu al-ardhiyyah, penentuan tegaknya teritorial yang kuat dan berwibawa.
- Al-Quwwatul qudratu ‘alal hamiyah, memperkuat kemampuan pertahanan, perlindungan dan pengayoman masyarakat untuk memelihara kemashlahatan orang banyak.
- Tandzimu daulah, penataan pilar-pilar negara yang kokoh.
- Ad-Da’watu syamilah, menyebarkan nilai-nilai secara sempurna dengan pola komunikasi dan publikasi.
sumber
Jangan Lewatkan
Sejarah Perjuangan Nabi ( Periode Makiyyah )
 
 
 
 
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..