622 M: Mekkah semakin tidak kondusif untuk dakwah
Islam. Bahkan kafir Quraisy memutuskan untuk segera membunuh Rasulullah
SAW. Beliau kemudian memerintahkan sahabatnya hijrah ke Madinah, karena
di sana telah terbentuk basis massa pendukung Islam. Rasul pun
akhirnya pergi berhijrah bersama Abu Bakr dan tiba di Madinah pada 12
Rabiul Awwal tahun ke 13 Bi’tsah. Tahun ini kemudian dijadikan tahun
pertama perhitungan
kalender Islam pada masa kekuasaan Umar bin Khattab.
Setelah tiba di Madinah Nabi mulai meletakkan dasar-dasar pembangunan masyarakat Madinah. Dalam Fiqhus Sirah Muhammad Al-Ghazaly disebutkan ada 3 hal yang dibangun Nabi Muhammad SAW dalam rangka penegakan daulah Islamiyah:
- Memperkokoh hubungan umat Islam dengan Allah, hal ini ditandai dengan membangun masjid sebagai pusat peribadatan dan penggemblengan ruhani.
- Memperkokoh hubungan intern ummat Islam, yakni dengan mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar. Dengan ini jama’ah muslimin semakin solid dan kuat.
- Mengatur hubungan umat Islam dengan non muslim. Untuk itu Rasulullah SAW melakukan penandatanganan Piagam Madinah (sulhul Madinah), berisi kesepakatan untuk hidup berdampingan secara damai antara umat Islam dengan kaum Yahudi serta musyrikin dengan hak dan kewajiban yang sama.
Dengan 3 pilar tersebut kedudukan kaum muslimin semakin mantap. Hal
lain yang perlu dicatat adalah Rasulullah SAW mendirikan pasar Madinah
sebagai pembangunan basis perekonomian. Selain itu, dalam rangka menjaga
keamanan daulah Islamiyah, Rasulullah mengirim sariyyah
dengan tugas patroli mengawasi lalu lintas kafilah yang bergerak dari
Mekkah ke Syam dan sebaliknya. Hal ini menurut Muhammad Al-Ghazaly
untuk memperlihatkan kekuatan kaum muslimin dan memberi peringatan
kepada musyrikin Quraisy.
624 M: Tersiar kabar bahwa sebuah kafilah raksasa
kaum musyrikin berangkat meninggalkan Syam. Rasulullah kemudian diikuti
sahabat-sahabatnya bermaksud menghadang kafilah tersebut untuk
memberikan pukulan telak kepada penduduk Mekkah. Akan tetapi kafilah Abu
Sufyan berhasil menyelamatkan diri, dan Allah memiliki rencana lain:
Perang Badar! Perang ini menjadi shiraaul wujud (pertempuran
eksistensi) bagi kaum muslimin. Dalam perang ini kaum musyrikin Quraisy
kalah telak, sementara eksistensi kaum muslimin semakin diperhitungkan
masyarakat Arab pada saat itu.
Tepatnya bulan Syawal, Yahudi Bani Qunaiqa mulai berulah, yakni
terjadinya insiden pelecehan seorang muslimah yang menimbulkan keributan
dan terbunuhnya seorang muslim. Berawal dari peristiwa inilah
terjadinya ketegangan antara kaum Muslimin dengan kaum Yahudi. Setelah
dikepung selama 15 hari akhirnya Yahudi pergi ke Adzraat di daerah Syam.
625 M: Setelah kekalahan di Badr kaum musyrikin
bermaksud melakukan balas dendam. Maka pada pertengahan Syawal mereka
bergerak mendekati Madinah. Kemudian terjadilah perang Uhud. Pada perang
ini kaum muslimin sempat berhasil memukul mundur orang-orang Quraisy,
akan tetapi keadaan berbalik setelah beberapa orang pasukan muslimin
tidak menjalankan komando Nabi.
‘Kekalahan’ muslimin di Uhud memunculkan keberanian kelompok-kelompok
yang dengki kepada kaum muslimin (Arab Badui dan Yahudi). Bani Asad
mencoba menyerang Madinah, akan tetapi berhasil dipatahkan oleh kaum
muslimin di bawah pimpinan Abu Salmah. Beberapa saat setelah itu Bani
Hudzail pun melakukan hal yang sama. Begitu pula Yahudi Bani Nadzir
mulai berulah (merencanakan pembunuhan Nabi) sampai akhirnya diusir dari
Madinah.
627 M: Setelah beberapa kali terjadi operasi militer
untuk menjaga keamanan Madinah akhirnya terjadilah perang Ahzab
(Khandaq), dimana Yahudi Bani Quraidhah, Arab Badui yang dimotori Bani
Ghatafan dan musyrikin Quraisy bersatu padu hendak menyerang Madinah.
Akan tetapi rencana busuk mereka itu digagalkan Allah SWT dengan
menimpakan kesulitan dan perpecahan di antara mereka.
628 M: Pada bulan Dzulqa’dah tahun ke 6 hijriyah
Rasulullah pergi menuju Makkah untuk melaksanakan umrah. Akan tetapi
dihalang-halangi kaum Musyrikin. Kemudian dilakukan negosiasi. Juru
runding dari kaum muslimin adalah Utsman bin Affan. Sempat terjadi
peristiwa bai’aturidwan menyusul kabar terbunuhnya Utsman. Tapi
tenyata Utsman hanya sempat tertahan saja. Berikutnya kaum Quraisy
mengutus Suhail bin Amr untuk melakukan perjanjian dengan Rasulullah,
yang kemudian dikenal dengan perjanjian Hudaibiyyah.
Isi
perjanjian tersebut adalah tentang kesepakatan gencatan senjata selama
10 tahun dan harus batalnya maksud kaum muslimin berumrah ke Makkah
tahun ini. Perjanjian ini menimbulkan tanda tanya mayoritas para
sahabat.
Tapi sebenarnya, perjanjian Hudaibiyah ini adalah kemenangan
gemilang. Karenan langkah politis Nabi ini semakin memacu percepatan
dakwah Islam. Jumlah kaum muslimin pasca perjanjian ini melonjak tajam.
Sebagai gambaran tentang hal ini Ibnu Hisyam menyebutkan ungkapan
Az-Zuhri bahwa pada saat keberangkatan ke Hudaibiyyah Rasulullah hanya
diikuti sekitar 1400 orang. Tapi 2 tahun kemudian pada peristiwa futuh
Makkah Nabi diikuti sekitar 10.000 orang.
Pada masa-masa ini terjadi ketegangan dengan orang-orang Yahudi yang
merasa tidak tenang melihat pertumbuhan kekuatan kaum muslimin. Mereka
bersama Bani Ghathafan berencana melancarkan tindakan subversive. Maka
sekembalinya dari Hudaibiyyah, kaum muslimin segera menuju Khaibar pada
7 hijriyah. Khaibar pun akhirnya dapat dikuasai kaum muslimin. Inilah
benteng terakhir orang-orang Yahudi di Madinah. Bertepatan runtuhnya
Khaibar, kaum Muhajirin dari Habasyah pulang.
Kekuatan kaum muslimin terus berkembang, dakwah Islam semakin gencar
dilakukan. Rasulullah mulai memperkenalkan Islam ke luar negeri melalui
surat-surat dakwahnya, diantaranya beliau mengirim surat kepada Kisra
(Raja Persia), Kaisar Romawi, Najasyi raja Habasyah, dll.
629 M: Menjelang akhir tahun 7 hijriyah kaum
muslimin melakukan umrah sesuai perjanjian Hudaibiyah. Disini kaum
muslimin melakukan mudzaharah, show of force untuk memperlihatkan kekuatan.
Pada tahun inilah Hubail bin Amr, utusan Nabi ke penguasa Bashra
dibunuh. Peristiwa ini mencetuskan Perang Mut’ah. Dalam perang ini 3000
pasukan kaum muslimin berhadapan dengan 200.000 orang pasukan Romawi
dan Nasrani Arab. Perang berakhir seri, tidak ada yang menang maupun
yang kalah.
630 M: Berawal penyerangan Quraisy terhadap Bani
Khuza’ah (sekutu kaum muslimin), terjadilah peristiwa Futuh Makkah.
Bersama 10.000 pasukan, Rasulullah memasuki Makkah dan menguasainya.
Berhala-berhala dihancurkan. Pada hari itu semua penduduk Mekkah memeluk
Islam.
Kabilah Hawazin dan Kabilah Tsaqif menyerang kaum muslimin, maka
terjadilah Perang Hunain. Bani Hawazin menyerah sedangkan Bani Tsaqif
melarikan diri dan berlindung di benteng-benteng, beberapa bulan
kemudian mereka menyatakan diri masuk Islam.
631 M: Terdengar kabar bahwa Romawi berencana
menyerang Madinah, maka Rasulullah segera memobilisasi pasukan untuk
mencegah niat busuk mereka. Kaum muslimin keluar dari Madinah menuju ke
Tabuk dalam suasana musim panas. Mereka menempuh perjalanan panjang
sejauh 800 km dari Madinah. Tapi ternyata orang-orang Romawi
mengurungkan niatnya.
Eksistensi dakwah Islam terus menguat, orang–orang berdatangan ingin
mendengar dakwah ini, diantaranya adalah datangnya utusan Nasrani
Najran yang akhirnya menyatakan takluk kepada daulah Islam dan bersedia
membayar jizyah.
632 M: Tahun ke 10 hijriyah Rasulullah melakukan
Haji wada. Sepulang dari Makkah Nabi berencana melakukan penyerangan
kepada Romawi karena telah membunuh Farwah bin Umar Al-Judzami, seorang
kepala daerah Romawi yang masuk Islam. Akan tetapi hari-hari terakhir
bulan Shafar tahun 11 Hijriyah, Rasulullah mulai menderita sakit.
Akhirnya pada usia 63 tahun Rasulullah wafat.
Marhalah Madaniyah adalah Marhalah pengokohan dakwah. Karakteristik yang menonjol pada fase dakwah ini adalah adanya:
- Al-Qa’idatu al-ijtima’iyyah, pembentukan dan pemantapan kaidah-kaidah kemasyarakatan.
- Al-Qa’idatu al-ardhiyyah, penentuan tegaknya teritorial yang kuat dan berwibawa.
- Al-Quwwatul qudratu ‘alal hamiyah, memperkuat kemampuan pertahanan, perlindungan dan pengayoman masyarakat untuk memelihara kemashlahatan orang banyak.
- Tandzimu daulah, penataan pilar-pilar negara yang kokoh.
- Ad-Da’watu syamilah, menyebarkan nilai-nilai secara sempurna dengan pola komunikasi dan publikasi.
sumber
Jangan Lewatkan
Sejarah Perjuangan Nabi ( Periode Makiyyah )
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..