Dikatakan bila
seorang perempuan dilamar oleh satu laki-laki, maka ia tidak boleh
menerima pinangan dari laki-laki yang lainnya. Namun, Fathimah binti Qais pernah mengalami kondisi tersebut.
Saudara perempuan Adh Dhahhak bin Qais
ini terkenal dengan kecantikan parasnya, kecerdasan dan wibawanya.
Ketika suaminya, Amr bin Hafsh, menceraikannya, berbondong-bondong
laki-laki melamar Fathimah, tak terkecuali Mu'awiyah bin Abu Sufyan,
putra pembesar kaum Quraisy yang sempat membenci Nabi Muhammad saw
sebelum akhirnya masuk Islam.
Fathimah kala itu menerima saja semua
lamaran yang datang. Ia tidak segera memutuskan laki-laki mana yang ia
pilih menjadi suaminya. Ia justru menanyakan hal itu kepada Rasulullah
saw.
Rasulullah tidak menyalahkan atau pun
mengingkari perbuatan Fathimah dengan adanya lamaran di atas lamaran
yang lain. Beliau saw kemudian memerintahkan Fathimah binti Qais menikah
dengan Usamah bin Zaid, namun keputusan tetap di tangan Fathimah.
Setelah pernikahan Fathimah dan Usamah
berlangsung, Fathimah mengungkapkan betapa bahagianya ia menempuh biduk
rumah tangga dengan Usamah bin Zaid.
Beberapa mazhab memang mengatakan untuk
menerima lamaran dari satu laki-laki saja. Jika lamaran tersebut tak
mendapat sambutan dari pihak perempuan, barulah laki-laki lain boleh
melamarnya. Pelarangan tersebut bersumber pada kekhawatiran akan
munculnya kebencian dan dendam di antara sesama Muslim yang melamar
perempuan yang sama.
Fathimah juga dikenal sebagai pelapor
hadits. Ia banyak menimba ilmu dari Rasulullah saw. Tercatat, Fathimah
telah meriwayatkan 34 hadits. Di antara riwayatnya, ada yang muttafaqun
'alaih dan tiga hadits darinya diriwayatkan oleh Imam Muslim.
Fathimahlah yang meriwayatkan hadits tentang nafkah dan pemberian tempat
tinggal bagi istri yang dicerai. Dia pula yang meriwayatkan hadits
tentang al-jassasah (yang suka mengintai) dan hadits tentang Dajjal.
Semasa hidupnya, Fathimah memang banyak
menghabiskan waktunya untuk beribadah. Rumahnya sering dijadikan tempat
bermusyawarah pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Bahkan ketika Umar
terbunuh, banyak orang yang datang berkumpul di rumahnya. Zubair bin
Awwam adalah salah seorang yang kagum terhadap kepribadian Fathimah bin
Qais. Dalam sebuah ungkapannya terhadap Fathimah, Zubair berkata, “Ia
adalah wanita yang cerdas dan mulia.”
Pada tahun ke-50 hijrah, Fathimah binti Qais berpulang ke sang Pencipta dengan meninggalkan jasa baik untuk umat Islam.
sumber: http://www.ummi-online.com/berita-511-lamaran-di-atas-lamaran.html
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..