Seringkali Rasulullah Saw menyinggung sunnah membaca sebuah surat 
pada hari-hari tertentu dengan fadhilah yang demikian besar. Seperti 
misalnya siapa saja yang membaca surat Al-Waqiah di malam hari maka ia 
tidak akan menjadi miskin bahkan kaya, siapa yang membaca Ayat Kursi 
menjelang tidur malam ia tidak akan diganggu syetan sepanjang malam, 
siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari jum’at maka ia tidak akan 
terkena fitnah al-Masih Dajjal, siapa yang hafal surat Al-Mulk maka 
tidak akan mendapat siksa kubur dan demikian seterusnya.
Makna tersirat di balik ini semua tentu bukan hanya sekedar menyuruh 
kita membaca saja secara rutin tanpa perenungan. Tidak! Namun lebih dari
 itu tujuannya adalah memberikan stimulasi kepada setiap muslim dan 
muslimah untuk memberikan perhatian agar mempertahankan interaksi 
dirinya dengan Al-Qur’an. Kalau hanya dipahami bahwa surat-surat 
tertentu itu memberi dampak positif bagi pembacanya apabila ia 
membacanya maka betapa banyak dari umat Islam yang merutinkan bacaannya,
 tapi sayang tidak memahaminya sama sekali. Padahal surat-surat yang 
selalu ia baca itu memuat bobot yang sangat padat untuk kehidupannya.
Misalnya saja, ketika Rasulullah Saw memerintahkan umatnya untuk 
membaca surat Al-Kahfi pada malam dan siang hari jum’at, setidaknya ada 
beberapa hal yang patut dipahami tentang fadhilah perintah ini. Apa 
kandungan surat Al-Kahfi tersebut dan apa perannya bagi kemaslahatan 
seorang muslim sejati?
Setidaknya ada 3 kisah yang indah yang terkandung di dalam surat 
Al-Kahfi ini yang intinya adalah mengokohkan akidah (keyakinan) seorang 
muslim kepada Allah dan mengimani keagungan-Nya.
Pertama: Kisah Ashabul Kahfi (tiga pemuda penghuni gua).
Kisah ini mengetengahkan tentang tadhiyyah (pengorbanan) 
dengan jiwa dalam mempertahankan eksistensi akidah. Ia adalah kisah 
tentang para pemuda muslim yang hijrah keluar dari kampung mereka demi 
menyelamatkan keyakinan mereka dan bersembunyi di sebuah gua di salah 
satu gunung. Mereka berdiam diri di dalam gua tersebut dalam keadaan 
tidur selama 309 tahun. Kemudian Allah membangunkan mereka setelah itu.
Kedua: Kisah Musa dan Khidir.
Kisah ini menjelaskan tentang anjuran bersikap tawadhu dalam menuntut
 ilmu dan hal-hal ghaib yang Allah perlihatkan kepada Musa melalui 
bentuk pengajaran hamba yang shaleh, Khidir terhadap Musa ‘alaihissalam 
seperti kisah sebuah bahtera, peristiwa pembunuhan anak kecil dan 
pembangunan dinding.
Ketiga: Kisah Zulqornain
Sebagai seorang raja yang telah Allah karuniakan kepadanya kerajaan 
besar lalu ia memerintahkan dengan ketakwaan dan keadilan sehingga ia 
bisa mengurus kerajaannya dengan penuh kemakmuran, mengendalikan belahan
 bumi Barat dan Timur dan kejadian yang berkenaan dengan pembangunan 
bendungan besar.
Selain menjabarkan secara rinci ketiga hal kisah di atas, surat agung
 ini juga memaparkan tentang perumpamaan tiga realitas yang menerangkan 
bahwa al-Haq (kebenaran) tidak terikat sama sekali dengan 
ukuran banyaknya harta (materi) dan kekuasaan. Tetapi al-Haq terikat 
dengan akidah (keyakinan).
Pertama: Perumpamaan tentang seorang kaya raya yang 
bergelimang dalam harta kekayaannya dan seorang fakir yang bangga dengan
 akidah dan keimanannya. Hal ini dijelaskan pada kisah pemilik dua 
kebun.
Kedua: Ilustrasi kehidupan dunia dan hal-hal yang berhubungan dengan kefanaan dan kebinasaan.
Ketiga: Perumpamaan tentang sikap takabbur dan tipu 
daya yang tergambarkan pada peristiwa penolakan iblis untuk sujud kepada
 nabi Adam alaihissalam serta kejadian yang harus diterima iblis berupa 
pengusiran dan diharamkan dari kebaikan Allah swt.
Demikian bobot dan kepadatan hikmah yang dikandung surat al-Kahfi ini.
Jelas saja Rasulullah saw mensunnahnya umatnya untuk senantiasa 
membaca surat al-Kahfi pada setiap hari jum’at. Dengan harapan rutinitas
 nabawi ini tidak sekedar sebagai bacaan yang terhafal oleh bibir namun 
kering pada hati di makna-maknanya. Padahal surat al-Kahfi yang sarat 
hikmah dan pelajaran apabila kita mau mengeksplorasi secara mendalam 
lagi.
Semoga saja kita bisa lebih meningkatkan interaksi kita dengan 
nilai-nilai al-Qur’an dari balik rutinitas sunnah nabawi yang dianjurkan
 kepada kita dari surat-surat al-Qur’an sehingga kelak ia bisa menjadi 
pedoman hidup yang selalu segar dalam ingatan untuk kemudian diamalkan 
dalam kehidupan sehari-hari, Amiin Ya Robbal ‘Alamin.
Wallahu a’lam bish-Showab
Oleh: Hidayat Hamim
sumber: http://www.fimadani.com/sisi-komprehensif-surat-al-kahfi/ 
 
 
 
 
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..